15

2.6K 34 6
                                    

Yuki yang sudah sangat kesal menyeret Haru keluar dari bar itu, dan dengan segera mereka diikuti oleh pria yang bersama Haru tadi. Sesampainya di luar, di jalanan yang super sepi, Yuki melepaskan tangan Haru, dan langsung menamparnya, membuatnya seperti terlempar ke samping, hampir menabrak dinding.

Untungnya pria tadi menangkap Haru. Dia menatap Yuki sinis. Jelas sekali tidak suka dengannya.

"Memangnya ada urusan apa dengan Haru?" tanya pria itu dingin. Dia mendelik pada Yuki, tatapannya seolah mengancam Yuki agar tidak macam-macam.

Tapi bukannya bersekongkol dengan pria itu dan menghindari Yuki, Haru malah mendorong pria itu ke samping. "Kazu, kamu kembali saja ke dalam bar, aku akan menyusul sebentar lagi," ucap Haru tegas tanpa melihat ke arah pria itu.

Sebelum pria itu sempat melontarkan protes, Haru mendorongnya menjauh lebih dulu. Moodnya sudah hancur lebur karena secara tidak sengaja bertemu dengan Yuki, dan dia tidak ingin menambah masalah dengan partner barunya, Kazuya.

Kazuya menurut begitu saja, tanpa mengatakan apa pun lagi, dia kembali ke dalam bar, membiarkan Yuki dan Haru berdua saja di jalanan sepi depan bar itu.

"Apa yang kakak inginkan?" tanya Haru tidak sabaran.

"Siapa orang tadi?" sergah Yuki. Dia menatap Haru kesal. Ekspresinya campur aduk.

"Kazuya, partner baru. Teman dekat Akira." Haru menjawab sesingkat mungkin, tanpa melihat Yuki, berdecak kesal karena tatapan tidak puas Yuki.

"Partner baru?" desis Yuki. "Seminggu kamu sama sekali tidak dapat dihubungi. Kukira ada sesuatu yang terjadi, tapi ternyata kamu malah mencari partner baru?!"

"Itu bukan urusanmu kan?! Kamu bukan siapa-siapa!"

Napas Yuki dan Haru sama-sama terengah karena suara mereka semakin meninggi. Keduanya berteriak keras, sampai Kazuya yang berada di depan pintu bar bisa mendengar suara mereka, walau pun samar.

"Haru, kamu..!" Yuki mendesah kesal, menjambak rambutnya sendiri, dan menghentakkan kakinya. "Kamu tiba-tiba mencari partner baru, tanpa pemberitahuan. Aku sudah pernah bilang kan, aku tidak mau partnerku punya partner lain..."

"Kita, bukan partner lagi." ucap Haru tegas. Dia mengalihkan pandangannya dari Yuki, menatap dinding gang mungil tempat mereka bercakap-cakap sekarang ini. Dia meremas kedua tangannya gugup, jari kakinya juga tidak bisa diam di balik sepatunya.

"Apa? Apa yang..?! Yang benar saja?! Kamu sama sekali tidak bilang apapun!"

"Seharusnya memang aku tidak perlu bilang kan? Kita sama-sama melanggar kontrak, jadi secara otomatis, kontraknya hancur. Kita tidak ada hubungan lagi di luar saudara ipar."

"Melanggar kontrak..?"

Haru perlahan menoleh, menatap tajam Yuki, yang menampilkan jelas ekspresi kebingungan di wajahnya. Haru lalu kembali memalingkan wajahnya, kembali menatap dinding.

"Sudah jelas kan? Aku sudah menuliskannya di kontrak. Sebelum itu pun aku sudah mengatakannya."

"Apa? Kapan? Apa yang kulanggar?" sergah Yuki. Dia maju mendekati Haru, namun Haru malah ikut mundur menjauhinya.

"Saat di hotel, di hari Akira pergi. Hari pertama kita bertemu selain di pertemuan keluarga atau pesta-pesta resmi. Aku mengatakannya kan. Saat kakak bertanya tentang perasaan."

*DEG*

Jantung Yuki berdegup sangat cepat, dan keringat dingin menetes-netes dari dahinya. Dia menatap Haru tidak percaya, tangannya gemetar.

"Soal itu. Jadi kamu mendengarnya?" tanya Yuki dengan suara bergetar.

Haru tidak menjawab, dia melirik Yuki sejenak, lalu kembali mengalihkan pandangannya. Dia mengusap lengannya gugup. Haru sama sekali tidak ingin mendengar pertanyaan itu dari Yuki, karena dia tidak tahu bagaimana dia harus menjawab atau merespon. Karena dia sama sekali tidak memiliki perasaan pada Yuki.

"Jawab, Haru..." 

Bukannya menjawab, Haru malah mundur selangkah, bibirnya terkatup rapat, tangannya meremas ujung sweaternya.

"Haru. Jawab. Apa kamu mendengarnya?" tanya Yuki lagi.

"Jelas aku dengar," balas Haru dingin. "Dan kalau kamu minta jawaban, jawabanku adalah tidak. Aku pergi sekarang."

"Tunggu!!" Yuki buru-buru meraih lengan Haru, mencegahnya kembali masuk ke dalam bar. "Kenapa? Setidaknya beri alasan."

"Sudah jelas bukan? Aku tidak punya perasaan untuk kakak." Haru mendorong Yuki menjauh, melepaskan tangannya dari lengan Haru. Dia melirik Yuki sejenak sebelum kembali masuk ke dalam bar. Meninggalkan Yuki dalam keadaan syok di luar sana.

Beberapa tetes air turun dari mata Yuki membahasi pipinya. Dia buru-buru mengusapnya dengan punggung tangan, dan menyusul Haru masuk dalam bar itu lagi. Di sana dia melihat Haru sudah kembali dengan partner barunya, Kazuya.

Pria itu memeluknya erat, mengecup bibirnya lembut. Hati Yuki terasa seperti terbelah melihatnya, tapi dia tetap memberanikan diri mendekati mereka.

"Haru, kita, tetap jadi teman kan?" tanya Yuki lirih.

Kazuya memeluk Haru semakin erat, menggeram dan menatap Yuki tajam. Sementara Haru berbalik menatapnya, lalu berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk singkat.

Yuki mengecup pipi Haru singkat, sebelum keluar lagi dari bar itu, meninggalkan mereka berdua sendirian.


~


26-27, 6, 2022

Mistress and Her Toy (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang