Seoul, 29 July
Bulan Juli adalah puncaknya musim panas di Korea Selatan. Terik matahari yang menyengat dan udara yang panas nan pengap membuat kota itu serasa sedang dibakar di ruang tertutup. Benar-benar seperti neraka di bumi.
Sekolah-sekolah saat itu sedang libur musim panas dan kebanyakan anak-anak akan pergi ke kolam renang atau ke mall untuk mengirit penggunaan AC di rumah. Ni-ki? Ni-ki hanya di rumah bersama kakaknya.
Mereka miskin, mana bisa pergi ke kolam renang. Buang-buang duit kalau kata kakaknya. Ke Mall? Mahal, belum kalau ada godaan promo-promo tidak berguna di sana. Intinya, lebih baik di rumah kepanasan seperti sedang di sauna, menonton TV atau main HP seharian seperti babi guling yang siap disantap kapan saja.
Ni-ki dan Jay hanya tinggal berdua, mereka yatim-piatu, orang tua mereka telah lama meninggal karena kecelakaan. Sering Ni-ki berharap ia dilahirkan dalam keluarga lengkap dan serba ada. Namun, melihat kakaknya yang tengil itu bekerja setiap hari untuk menyekolahkannya, Ni-ki hanya bisa mendengus dengan kekesalan hampa.
Toh, darah lebih kental dari air. Hanya keluarga tempat ia bisa bernaung.
Setidaknya kemiskinan mereka membuat Ni-ki pintar dalam menyelesaikan masalah. Ia suka mengumpulkan kupon dan ikut flash sale dekat rumahnya sampai ibu-ibu penjaga konter daging hafal dengan wajahnya.
Kakaknya dipecat dari pekerjaan secara mendadak bulan lalu dan sekarang hanya bisa part-time di restoran. Ni-ki membagi sisa uang mereka agar bisa makan setidaknya sehari 2 kali selama 2 bulan. Mereka juga tidak bisa menyalakan AC untuk mengirit biaya listrik. Jadi, jika sampai Desember nanti kakaknya belum punya pekerjaan stabil, mereka masih bisa menyalakan penghangat ruangan. Ia sangat percaya semua masalah bisa ia akali. Begitu juga dengan panas Seoul ini, ia pasti akan menemukan cara agar mereka tidak terbakar hidup-hidup.
★☆★
Sudah 2 minggu semenjak liburan dimulai, Ni-ki ingin mati rasanya. Ia sedang tiduran di sofa ruang tamu, badannya serasa terkena demam, kulit maupun organ dalamnya jika bisa berbicara pasti akan berteriak untuk Ni-ki menyalakan AC. Ia bahkan sudah berusaha membuka jendela. Namun, yang masuk hanyalah angin panas.
Sial. Kalau begini ceritanya, Ni-ki benar-benar bisa jadi babi panggang.
Dengan langkah malas dan ogah-ogahan, Ni-ki mencoba berjalan ke kulkas mereka, ingin mengambil air putih dingin untuk melepas dahaga dan rasa panas di tubuhnya. Ni-ki membuka pintu kulkas tersebut dan udara dingin segera menerpa wajahnya, serasa seperti masuk surga jika Ni-ki bisa jelaskan. Namun, ia tidak bisa berlama-lama berdiri di sana, bisa-bisa es di dalamnya meleleh dan makanan mereka busuk. Ni-ki pasti akan kena omel kakaknya.
Ni-ki segera mengambil botol minuman paling dekat dengannya dan menutup pintu sebelum godaan untuk berdiri di depan kulkas marasuki pikirannya. Namun, sebelum ia bisa mengambil salah satu dari jejeran botol, otaknya mendapat satu ide bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUPHROSYNE ; harem ni-ki
Random: goddess of good cheer, joy and mirth. ⚠bxb, yaoi, kinda mature (?) [All x Nishimura Riki] Start : 21-11-21 End : -