6. ENAM

20 1 0
                                    

Suasana kota Bandung yang sedang diguyur hujan, Sakila sedang membaca novel dikamarnya. jika kalian ingat ia masih membaca novel yang diberikan galen waktu itu

sakila belum menamatkan novel tersebut, tak lama mila memanggil "tetehh ada telfon" teriak mila. sakila lalu menghampiri mila yang berada diruang keluarga

"siapa?" tanya sakila, mila menggeleng lalu memberikan telfon pada sakila "hallo" ucapnya.

"ehh hai aku galen" jawab dari telfon tersebut, ternyata galen menelfon sakila menggunakan nomor telfon rumahnya.

"haii, kenapa ka?" tanya sakila. galen sedikit bingung untuk menjawabnya "ehh nggakpapa sorry ganggu" jawabnya lalu mematikan telfon tersebut. sakila sedikit terheran galen kenapa? dalam hatinya.

sakila kembali berjalan menuju kamar miliknya dan melanjutkan membaca novelnya. sementara di tempat lain galen sedang menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. kenapa dirinya tadi begitu gugup dan tak seperti biasanya

apakah mungkin dia?ah tidak mungkin karena galen dan sakila baru kenal hanya beberapa hari ini. bi darti yang melihat galen seperti resah menghampirinya

"den alen kenapa?, kok kaya gitu?" tanya bi darti, galen sedikit bingung untuk menjawabnya "ehh nggakpapa ko bi" jawabya. bi darti tersenyum lalu mengelus pundak galen "kalo mau makan bibi udh masak, bibi mau nyertika baju dulu" ucap bi darti lalu meninggalkan galen. galen tersenyum

galen pergi menuju kamarnya, membuka jendela kamar miliknya. hujan yang mengguyur dengan sedikit angin yang berhembus, galen menatap hujan tersebut. perasaan yang tidak bisa dibayangkan rasanya seperti lega melihat hujan yang mengguyur tanaman didepan rumahnya.

tiba tiba sebuah bayangan muncul dibenaknya, memperlihatkan anak kecil yang sedang bermain hujan hujanan bersama ayahnya dibelakang rumah. tampak senyuman yang bahagia, tidak ada beban yang terlihat dalam muka tersebut yang ada hanya muka bahagia tanpa beban yang terlihat

keduanya begitu menikmati mereka diguyur oleh derasnya hujan. ayah yang memangku anaknya begitu indah lalu sedikit berputar dengan derasnya hujan, tercipta tawa yang sungguh bahagia.

galen terkaget lalu tersadar, raut wajahnya berubah seketika, ia menutup jendela dan masuk kedalam kamar.

galen duduk dipinggiran tempat tidur miliknya, lalu mengambil sebuah foto yang terletak didalam laci samping tempat tidurnya

foto yang nampak manis, seorang anak yang sedang digendong oleh ayahnya. galen mencoba menenangkan pikirannya dan menarik nafas dalam dalam, sesak rasanya ketika ini terjadi begitu cepat.

galen mencoba menguatkan hati kecilnya, ia menyimpan kembali foto tersebuh kedalam laci, namun tidak bisa berbohong bahwa galen benar benar merindukan ayahnya.

tiba tiba tangan galen bergemetar dengan cepat, dan sesak yang luar dibiasa didadanya, galen segera mengambil sebuah kotak diatas lemari miliknya dan membuka kotak tersebut. ia menelan beberapa pill yang ada didalam kotak tersebut, entah obat apa yang ditelan oleh galen tapi itu membuat tanganya tidak sebergemetar tadi dan dada yang sesesak tadi ia rasakan.

***

8 tahun lalu.

galen sedang bermain bersama ayahnya dihalaman belakang. bermain perang perangan bersama Bagas, suasana yang bahagia tercipta disana.

tawa yang lepas dan raut wajah yang bahagia. Bagas dan Galen beristirahat dibawah pohon, mereka menidurkan tubuh mereka diatas rumput dan melihat awan dilangit, galen kecil berkata. "yah kalo alen dah gede mau kaya ayah aja deh" ucapnya sambil tersenyum. bagas melirik galen "kok alen pengen kaya ayah?" tanyanya. galen membangunkan tubuhnya "emang nggak boleh ya yah?".

rumah ke rumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang