Aku seringkali berpikir tentang jadi apa aku di masa depan. Dulu saat aku kecil, aku ingin jadi seorang arsitek. Tidak tahu kenapa, karena bagiku itu keren. Nyatanya, itu benaran hanya sebuah impian belaka. Aku tidak jadi apa-apa saat ini. Aku jadi diriku sendiri saja itu sudah berat.
Dan entah kenapa, saat memasuki usia setengah lima puluh tahun. Aku punya banyak impian yang ingin digapai. Seperti kata seseorang bahwa impian itu bisa dari hal kecil dan sepele. Seperti ingin kemana hari ini, atau ingin melakukan apa hari ini.
Jadi, memang benar. Aku mulai menyadari bahwa impian bisa dimulai dari hal kecil. Karena impian itu bukan hanya soal hal besar. Dan impian adalah sebuah keinginan.
Sejauh ini, aku sudah melakukan beberapa yang aku inginkan. Aku memaksa diriku sendiri untuk bisa dan mau melakukannya. Aku ingin bisa membeli sesuatu dari uangku sendiri. Aku ingin bisa belajar dan memaksa diriku untuk mau tahu.
Sekilas, kehidupan masa kecilku yang menempa aku agar bisa menjadi seperti sekarang. Tidak ada yang mudah. Benar-benar tidak ada yang mudah sama sekali. Jika kamu berpikir bahwa hidupmu sulit, maka kamu belum melihat kesulitan oranglain. Agar setidaknya, kamu menghargai kehidupanmu sendiri.
Sedari kecil, bahkan untuk sekedar makan mie instan saja aku harus berbagi dengan kedua adikku. Dan makanan itu adalah makanan yang sulit aku temui keberadaannya. Aku hanya sering menemui sayuran, bahkan nasi dengan sambal.
Aku juga masih ingat, bekal dua ribu rupiah yang diberikan nenekku saat aku bersekolah SMP yang harus menempuh perjalanan kaki selama 3km. Aku tidak mengeluh saat teman-temanku bahkan bisa membeli mie ayam atau naik bus asli setiap pulang sekolah. Aku mensyukuri hidupku saat itu karena jika aku memberontak, aku tetap tidak mendapatkan apa-apa.
Dengan ajaibnya, Tuhan mengirimiku sahabat yang menemani suka dukaku. Dia sering memberiku traktiran agar bisa makan mie ayam setelah pulang les, karena aku tidak bawa bekal sama sekali.
Secara tidak sadar, hidupku selalu dikelilingi orang-orang baik. Aku mengalami banyak kesulitan pada kehidupanku, orangtuaku, dan diriku sendiri yang pendiam sejak kecil. Perlahan aku berubah karena lingkungan dan pola pikirku yang terus menerus menelan banyak hal baru.
Di usia ini, aku sudah lelah mengutuk kehidupan. Saat aku kehilangan sahabat di pesantrenku. Aku mengerti bahwa orang datang dan pergi sekalipun dia yang sangat kamu percayai. Terlebih, kekasih yang ku harapkan jadi tambatan hati terakhir pergi menuju ke kehidupan yang abadi. Aku tidak lagi bertanya kenapa dia pergi, karena aku tahu alasannya. Itu tidak baik jika harus bersama dalam kehidupan ini.
Jika kamu menyerah dalam menggapai mimpi. Jangan menyesali ketika suatu saat kamu mengingatnya dengan mengatakan, "Ah, kenapa aku dulu tidak melakukannya?"
Apapun yang kamu lakukan, jangan pernah menyesalinya. Karena sesalmu tidak akan memutarbalikkan keadaan. Jadilah manusia yang realistis terhadap kehidupan. Daripada menyesal, lebih baik lakukan sekarang karena kamu masih punya banyak waktu.
Aku tidak so dewasa. Tapi, beberapa keadaan membuatku bisa berpikir lebih. Aku terlahir dari keluarga yang tidak baik-baik saja. Ditinggalkan sosok Ayah dari sebelum aku mengenali apa itu dunia. Tidak dibesarkan oleh Ibu karena beliau harus bekerja menghidupi anak-anaknya. Aku dulu selalu bertanya, kenapa harus aku? Jawabannya mungkin karena aku adalah anak yang kuat dan hebat. Bisa tumbuh menjadi anak baik meski tidak sempurna kebaikannya.
Semenjak kecil aku terbiasa diam, tidak pernah meminta apapun karena memang tidak punya apa-apa. Tidak terbiasa berbaur karena aku selalu memilih sendiri. Meski kini tidak jauh berbeda, setidaknya aku punya perubahan.
Aku tidak adu nasib. Aku hanya ingin mengatakan bahwa tidak hanya kamu yang merasa kesulitan. Aku juga, mereka juga. Jadi, apa yang membuat kamu ingin menyerah ya sudah menyerah saja. Tapi, jangan menyesalinya. Ingat? Jangan menyesalinya!
Aku ingin bertanya, apa kamu punya mimpi? Sama, aku juga. Aku punya banyak mimpi kecil yang belum aku wujudkan.
Kamu mau tahu apa mimpiku? Aku ingin naik Damri dengan suamiku kelak. Aku ingin naik ke menara masjid di alun-alun Bandung. Aku ingin museum date. Aku ingin olahraga lari setiap pagi tapi selalu mager. Aku ingin beli buku di Palasari.
Dan yang paling ingin aku lakukan saat ini adalah melipat tumpukan baju kering. Setiap melihatnya, aku seperti melihat gundukan beban. Sangat berat melakukannya. Tapi, aku tidak menyesalinya karena aku tidak melakukannya. Ya, biarkan saja. Aku lelah.
Jadi, mimpi apa yang ingin kamu gapai hari ini? Aku sedang belajar kembali bahasa Jepang yang dulu pernah aku pelajari sekilas waktu sekolah SMK. Aku masuk kelas bahasa Jepang online. Di usia 25 tahun dan hampir menikah ini, aku tidak ingin sibuk menjadi alasanku tidak belajar sesuatu. Kalian yang kuliah, aku iri karena rajin belajar dan punya banyak pengetahuan. Jadi, aku ingin seperti kalian juga.
Hari ini aku lelah bekerja, jam 9 ke jam 10. Jika aku mengeluh tidak ada gunanya. Aku nikmati, karena tidak semua orang punya pekerjaan.
Jangan lupa kenali dirimu sendiri, pikirkan dirimu, dan renungi sejauh ini apa mimpi kecil yang ingin kamu lakukan dan kamu yakin mampu menggapainya.
Selamat bermimpi, dan selamat berusaha mewujudkannya!
🍁14-06-2022
01:40