Malam itu, bayang rembulan tampak menari di permukaan kolam. Derik jangkrik dan gemericik air menjadi paduan suara yang menenangkan. Yoongi duduk di lantai pelataran rumahnya yang bergaya tradisional, memandang riak kolam dengan ekspresi datar di wajahnya.
Dua tahun sudah ia menempati kediamannya tersebut. Memilih untuk menjauh dari hingar bingar dunia entertainment, setahun setelah Bangtan Boys resmi bubar. Kendati jiwa bermusiknya tak pernah surut, Yoongi tetap melaksanakan keputusannya—terbang ke Jepang dan mendiami rumah yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Rehat sejenak, pamitnya kala itu.
Selama mengasingkan diri, Yoongi banyak merefleksikan kehidupannya sejauh ini; karirnya, persahabatan dengan anggota bandnya, penggemar yang selalu setia mendukungnya, percintaannya, dan tak lupa—ia sebagai dirinya.
Yoongi sudah mengalami dan melewati banyak hal. Ia telah ditempa sedemikian rupa oleh pasang-surut kehidupan. Jika ditanya, "Apa hal yang paling membuatmu bahagia?" Yoongi akan menjawab, "menjalani hari ini, dan menantikan hari esok."
Mengenang kembali masa lalu, Yoongi tersenyum tipis mengingat hari keberangkatannya. Dari keenam sahabatnya, Jimin lah yang terlihat paling terpukul. Ia tahu, keputusannya kala itu sungguh berat bagi pemuda bermarga Park tersebut untuk dapat diterima. Namun, keputusan tetaplah sebuah keputusan. Dan Yoongi tak akan mengingkarinya.
『 Hyung, apa kabar? 』
Sebaris pesan dari Jimin yang diterimanya siang tadi terpampang di layar ponsel. Yoongi mengetikkan sesuatu sebagai balasan. Namun, tak lama kemudian menghapusnya. Begitu terus selama beberapa kali sejak malam tadi menjelang. Lalu, biasanya kalau sudah seperti itu, berakhir tak terjawab hingga esok. Dan lama-kelamaan, terlupakan begitu saja.
Yoongi menghela napas panjang sebelum meletakkan ponsel dan meraih shamisen yang berada tak jauh dari tempatnya duduk. Diletakkannya alat musik tradisional itu di atas pangkuan. Lalu memetik senarnya dengan mata terpejam.
Resonansi yang dihasilkan berhasil menambah iring-iringan suara malam dan menyatu membentuk sebuah melodi. Yoongi mendengungkan suaranya, mencoba mengisi kekosongan dalam melodi yang baru saja ia cipta.
Beberapa waktu tenggelam oleh suasana dan musik yang ia mainkan, Yoongi seketika menghentikan semua kegiatannya kala mendengar suara geseran pintu kamar. Berikutnya, langkah kaki kecil bergerak mendekat ke arahnya, lalu berhenti tepat di belakangnya.
Yoongi menoleh, menyambut kedatangan bocah laki-laki itu—salah satu tangan kecilnya mengepal, mengusak mata. Gumaman tak jelas keluar dari bibir kecilnya, seperti tengah menyiapkan diri untuk bervokal lebih jelas. "Sudah malam," ucapnya dengan suara sengau. "Kenapa Ayah tidak tidur?"
.
.
.
.
.
.
haloooo gimana kabarnya? semoga sehat dan bahagia selalu ya 😚. kaget karena konten dinner festa kemarin dan sempet sedih. tapi sekarang udah ga sesedih itu, malah justru lega karena mereka berani ngutarain uneg2 dan struggle mereka selama ini. pokoknya sayang bangetttt sama bangtan huhuhu bakal selalu dukung mereka 💜💜terus ya, setelah liat konten itu, aku jadi keinget tulisan ini. bikinnya tanggal berapa deh lupa, yang pasti setelah album proof rilis, dan sebelum bangtan dinner festa itu. ini pendek aja sih aslinya, idenya. semoga bisa nyelesaiin 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
IRREPLACEABLE ・ YOONMIN
FanfictionTentang bagaimana usaha Jimin yang mengharapkan Yoongi agar kembali menjadi kekasihnya setelah grup mereka bubar. Notes: - Yoongi and Jimin as BTS' members - Top yoongi, bottom jimin - Mengandung unsur 🔞 - Bahasa baku © kimjunev