Two

362 50 11
                                    

『 Kabarku baik. Bagaimana denganmu? 』

Seminggu kemudian, Yoongi baru membalas pesan Jimin. Ia tengah membaca novel kala itu, dan sebuah percakapan dalam novel yang ia baca mengingatkannya akan pesan Jimin yang belum juga dibalasnya.

Satu menit setelahnya, ponsel Yoongi bergetar. Jimin meneleponnya. Awalnya Yoongi membiarkan ponselnya terus bergetar, lalu memutuskan untuk menerimanya di panggilan kedua.

"Halo, Jimin. Maaf, aku terlambat membalas pesanmu."

"Tak apa, Hyung. Lagipula aku tahu, kau pasti juga sibuk."

Yoongi dapat mendengar dengusan napas lega di seberangnya. Ia tersenyum tipis. "Ada apa tiba-tiba menelepon?"

"Itu ... aku sedang ingin memastikan sesuatu. Apa sekarang kau sibuk, Hyung?"

"Tidak juga, sih. Aku sedang membaca novel. Lalu teringat akan pesanmu, makanya langsung kubalas begitu ingat."

"Kalau begitu ... boleh aku menanyakan sesuatu padamu, Hyung?"

Perubahan nada dalam ucapan Jimin tentunya dapat ditangkap oleh Yoongi. Lelaki itu berdeham sejenak. Lantas, menyilakan Jimin untuk meneruskan kalimatnya. "Ya, boleh. Tapi aku tidak yakin bisa menjawabnya atau tidak."

"Apa bulan lalu Namjoon-hyung menemuimu?"

Yoongi terdiam sejenak mendengar pertanyaan tanpa basa-basi itu. Dirinya lantas teringat akan pertemuannya dengan Namjoon bulan lalu. Atau lebih tepatnya, Namjoon yang datang berkunjung ke rumahnya. "Apa aku harus menjawabnya?"

"Hyung-" Jimin menjeda kalimatnya. Menarik napas terlebih dahulu. "Aku sudah tahu dari Namjoon-hyung. Aku hanya tak mengerti mengapa kau terus menyembunyikan hal ini dariku."

"Sampai mana kau mengetahuinya?"

Hening kemudian. Pertanyaan datar Yoongi berakhir mengambang tanpa jawaban dari Jimin.

"Aku akan mengunjungimu dalam waktu dekat, Hyung. Kau tak bisa melarangku. Jadi, tunggu aku, okay?"

Kekehan Jimin terselip di akhir kalimatnya. Yoongi mengerutkan dahinya heran. Sebelum ia sempat menjawab, Jimin mendahuluinya dengan berkata, sampai juga, Hyung, dan sambungan terputus setelahnya. Meninggalkan Yoongi dengan segala pikiran dan pertanyaan dalam benaknya.

.

.

.

"Hyung, aku tak menyangka kau membeli rumah seluas ini!"

Jimin terbelalak kaget setelah Yoongi datang menyambutnya. Perjalanan jauh nan melelahkan dari bandara di pusat kota hingga akhirnya mencapai rumah di daerah pedesaan ini terbayarkan sudah. Jimin dengan menggeret koper besarnya berjalan di belakang Yoongi. Rumah sebesar ini memiliki banyak ruang dan bangunan-bangunan terpisah. Ia takjub sekali.

Setelah berjalan cukup jauh, keduanya sampai di ruang tamu dan Jimin meletakkan koper di dekat pintu geser lalu melihat-lihat seisi ruangan. Menghiraukan Yoongi yang kini sudah duduk bersila di atas tatami yang beralaskan bantal duduk.

"Kuanggap kau tahu letak rumahku dari Namjoon."

"Yup, benar sekali."

Jimin tersenyum lebar seakan telah memenangkan sesuatu. Memperhatikan satu per satu barang pajangan yang diletakkan pada lemari di sisi ruangan. Yoongi bukanlah orang yang suka mengoleksi sesuatu. Maka dari itu Jimin berpikir apa yang ia taruh di sana pastilah barang-barang yang begitu berharga bagi hyung-nya tersebut.

"Jimin, kemarilah. Mau sampai kapan kau melihat-lihat isi lemariku?"

Dengan kekehan merdunya, Jimin lantas mengambil duduk di seberang Yoongi. Ia benar-benar tak bisa menyembunyikan perasaan gembiranya.

IRREPLACEABLE ・ YOONMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang