Five

323 42 26
                                    

"Kau masih menyukai Frank Ocean, Jimin?"

Yoongi bertanya sembari menghubungkan bluetooth ponselnya dengan audio mobil, membuka aplikasi pemutar musik lalu mencari nama artis yang dulunya merupakan favorit Jimin.

"Masih, Hyung." Jimin mengangguk, tersenyum simpul mengetahui Yoongi masih mengingatnya. "Aku selalu menemukan ketenangan tiap mendengarkan musiknya. Aku masih sangat menyukainya."

Senyum kecil Yoongi terulas. Tak butuh waktu lama, sebuah melodi menenangkan melantun di dalam mobil. Mengiringi perjalanan keduanya ke tempat yang akan mereka tuju.

Setelah mengantar Hoshi, entah mengapa Jimin merasa sedikit canggung dan malu duduk berdua saja di dalam satu mobil bersama Yoongi. Mungkin karena saking lamanya, sehingga perasaan gugup itu mendadak muncul dan membuatnya terkesan ragu dalam berucap atau bertindak.

Yoongi melihat melalui sudut matanya, bagaimana gelagat Jimin kini kentara sekali gelisahnya. Ia mendengus pelan, lantas sedikit memelankan laju mobil.

"Apa ada sesuatu yang kau inginkan, Jimin?" tanya Yoongi setelah menoleh sekilas.

"A-iya? Apa?" balas Jimin yang tidak siap dengan pertanyaan Yoongi yang tiba-tiba. Hal itu seketika membuat Yoongi terkekeh kecil.

"Haus, misalnya? Kita berhenti sebentar mencari mesin penjual otomatis. Perjalanannya memakan waktu satu jam."

"Ohh. Iya. Boleh, Hyung."

Jimin menunduk. Merutuki dirinya sendiri lantaran terlihat jelas sekali bahwa dirinya merasa canggung pada Yoongi. Padahal, mengajak Yoongi untuk menemaninya berjalan-jalan adalah idenya sendiri. Namun bisa-bisanya ia malah malu-malu tidak jelas seperti ini.

Setelah menemukan mesin penjual otomatis, Yoongi segera menepikan mobil di bahu jalan, dan keduanya turun bersamaan. Jimin mempersilakan Yoongi untuk menggunakan mesin itu terlebih dahulu dan menunggu di dekat pagar pembatas jalan. Tak lama kemudian, Yoongi sudah kembali dengan dua minuman di masing-masing tangannya, memberikan salah satunya pada Jimin. Jimin pun menerimanya dan berterima kasih pada Yoongi.

Tarikan napas panjang Jimin terdengar. Penglihatannya menyapu pada jalanan di sekelilingnya. Suasana di jalanan setengah pedesaan ini sangat sepi. Jimin meneguk minumannya sambil sesekali melirik ke arah Yoongi. "Hyung," panggilnya pelan, akhirnya.

Yoongi menoleh, memandang Jimin dengan tatapan bertanya.

"Kalau aku di sini lebih lama dari rencana awalku, apa kau keberatan?" Jimin menggigiti bibirnya setelah berani melontarkan pertanyaan. Mengetahui bahwa Yoongi juga merindukannya, Jimin berpikir peluang pria itu akan kembali padanya telah naik beberapa persen. Ia ingin berlama-lama menghabiskan waktu bersama Yoongi di sini.

"Entahlah. Itu semua tergantung padamu, Jimin."

Senyum Yoongi naik sekilas, itu pun hanya di ujung bibirnya. Membuat Jimin seketika menurunkan bahunya lesu. "Keberadaanku—mengganggumu ya, Hyung?" ucapnya sedikit terbata.

Lama sekali Yoongi hanya diam menatap Jimin dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Entah apa yang sedang dipikirkannya, Jimin tak tahu.

"Kau ingin tahu jawaban jujurku, Jimin?"

Jimin dibuat menunduk sebab tatapan Yoongi padanya terasa mengintimidasi. Genggaman pada botol minumannya menguat, takut jika Yoongi benar-benar tak suka dengan keinginan tak tahu dirinya.

Yoongi mendengus pelan. "Sudahlah," ucapnya menenangkan. "Kau tak perlu merisaukan hal itu." Yoongi mengulas senyum simpul. Mendekat ke sisi Jimin dan mengusak surai pria itu lembut. "Ayo, kita lanjutkan perjalanan."

IRREPLACEABLE ・ YOONMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang