Six

228 39 19
                                    

"Ijinkan aku untuk membuatmu jatuh cinta padaku lagi, Hyung. Kumohon."

Kalimat Jimin terngiang di dalam kepalanya. Yoongi menatap kedua netra Jimin yang menyorot penuh harap padanya.

Tidak. Ia tidak bisa menatap wajah itu berlama-lama, apalagi di situasi semacam ini. Wajah Jimin yang memelas, memohon padanya dengan maksud yang sama seperti saat-saat itu. Menginginkan dirinya kembali menjalin hubungan dengannya.

Yoongi menundukkan wajah. Melepaskan tangannya dari Jimin. "Kau laki-laki yang baik, Jimin. Aku tidak ingin menyakitimu lebih jauh lagi. Sudah cukup. Kau pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku. Aku—"

"Tidak!" Jimin menggeleng keras. "Kalau kau menolakku kali ini, itu sama saja kau menyakitiku lebih jauh lagi, Hyung."

Tekad Jimin semakin menguat. Ia menggeser duduknya, menghadap Yoongi sepenuhnya dan menarik pria itu ke dalam pelukan. "Aku tidak ingin orang lain. Aku hanya ingin dirimu, Hyung. Tidak apa-apa. Kita mulai semuanya dari awal. Ijinkan aku menumbuhkan kembali rasa cintamu padaku. Aku mengerti sekarang kau telah memiliki tanggung jawab baru, yaitu menjadi seorang ayah bagi Hoshi. Tapi, itu bukan masalah untukku. Aku bisa memahami posisimu. Hanya saja, aku ingin memperjuangkan kita kembali. Memperjuangkanmu lagi."

Pelukan itu melonggar. Jimin kemudian menangkup wajah Yoongi dengan kedua tangannya. Menatap hangat netra kelam di hadapannya. "Mari kita mulai lagi, Hyung. Kau mau, 'kan?"

Tatapan itu begitu hangat. Memancarkan kasih serta cinta yang nyatanya masih bisa Yoongi rasakan. Hanya saja, dirinya merasa tak mampu untuk membalas semua yang Jimin berikan.

"Entahlah, Jimin. Aku tidak yakin ...." Yoongi menjawab lemah. "Aku takut kalau nantinya usaha itu akan sia-sia. Dan kau akan kembali merasa sakit."

"Jadi, kau mau, Hyung?" Wajah Jimin seketika berubah cerah. Mengambil satu kesimpulan dari ucapan Yoongi yang menaikkan harapannya menjadi sebuah kenyataan.

"Aku ...." Yoongi menimbang kalimatnya yang terlanjur terucap. Berbagai pikiran dan praduga negatif bermunculan dalam benaknya. Jimin kini sudah mengetahui alasannya mengapa selama ini ia tak pernah mau kembali pada lelaki itu. Alasan utamanya ada pada dirinya.

Yoongi sangat memahami bahwa Jimin adalah laki-laki baik, penyayang, dan sangat pengertian. Namun, ia takut justru itu akan menjadi sebuah bumerang untuknya.

Yoongi takut ia akan menyakiti Jimin lagi dan lagi.

"Hyung ...." Jimin memberikan senyum tertahan. "Tolong berhenti memikirkan hal-hal yang rumit dan belum tentu akan terjadi." Jimin menggigit bibirnya. Tahu bahwa Yoongi tengah menimbang banyak hal. "Kita coba jalani saja dulu. Ya? Kau mau?" Jimin bertanya lembut. Tanpa sadar menggerakkan ibu jarinya untuk mengusap pipi Yoongi.

"Jimin, bagaimana kalau ...."

"Aku yakin kita bisa kembali baik-baik saja, Hyung. Aku sangat menyayangimu. Tidakkah kau juga menyayangiku, Hyung?"

Yoongi menatap netra Jimin yang bergerak-gerak seolah mencari pembenaran. Ya, memang. Yoongi menyayangi Jimin adalah satu hal yang benar dan mutlak. Ia tak dapat mengelak akan hal itu. Hanya saja—

"Hyung? Mana jawabanmu? Aku tidak sabar ingin segera mendengarnya," ucap Jimin tak sabaran. Ia begitu yakin bahwa Yoongi pasti akan menerimanya. Yoongi hanya terlalu banyak memikirkan hal-hal rumit. Tidak bisakah ia kesampingkan hal itu dan mencobanya lagi?

"Kenapa kau sangat yakin kalau aku akan menjawabnya sekarang?"

"Hyung, berhenti mengulur waktu. Kau bilang aku adalah laki-laki yang baik. Jadi, tidak ada alasan untuk menolak laki-laki baik sepertiku, 'kan? Kita sudah lama saling mengenal satu sama lain. Kalau titik masalahnya hanya karena rasa cintamu yang sudah menghilang, aku bisa menumbuhkannya lagi. Aku sudah menunggumu selama ini, Hyung. Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi, terlebih setelah mengetahui semua hal ini. Semua hal yang kau sembunyikan dariku."

IRREPLACEABLE ・ YOONMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang