"Kak feli?"
Mendengar suara itu, Feli langsung membalikkan badannya.
"eh, lo? kok disini?" tanya Feli heran.
Gadis itu terkekeh.
"Ini rumah gue kak."
"Lah? Serius?" Feli menggeleng-geleng kepalanya.
"Dunia sempit banget ya."
"Ahaha... Btw kakak ngapain kemari?" Tanya gadis itu.
"Oh, bokap lo temennya ayah gue." Jawab Feli seadanya.
"Btw nama lo siapa si? Daritadi kita ngobrol tapi gue gak tau nama lo." Sambung Feli.
"Sora kak. Panggil aja Sora."
"Oke deh Ra."
"Ke atas yuk kak, ke kemar gue. Aneh banget kita berdiri disini." Kekeh Sora lagi. Sepertinya gadis ini suka sekali tertawa.
"Gausa deh, ntar lagi juga uda mau pulang. Kita duduk didekat-dekat sini aja." Tolak Feli halus.
"Kalo ke taman belakang mau gak kak?" Tanya Sora.
"Boleh deh."
Mereka berjalan menuju taman yang dimaksudkan Sora.
"Ini mah lebih jauh dari kamar lo deh kek nya." Ujar Feli.
Bagaimana tidak, jika ingin menuju pintu belakang dari rumah ini, kita harus melewati sekitar 30 meter jaraknya dari ruang tamu. Mulai dari ruang TV, ruang keluarga, ruang makan, 2 dapur mewah, dan 3 kamar mandi.
Memikirkan cara untuk membersihkan satu rumah ini dalam 1 hari saja membuat Feli bergedik ngeri, apalagi 1 tahun. Remuk sudah badan ini.
"Kamar gue mah lebih jauh lagi, di lantai 3 soalnya." Sora terkekeh lagi.
"Ini rumah apa istana heh." Feli menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Pasti lo ga bakal bosan dah dirumah terus." Kini mereka sudah duduk di kursi taman belakang.
'Luas banger breyy'
"Salah lo kak. Malah gue bisa gila di ni rumah. Apalagi kalo mama sama papa lagi ada bisnis di luar kota. Sepinya luar biasa. Ibaratnya kalo pun ada hantu disini, udah gue ajak bersahabat hantunya." Sora terkekeh lagi. Ucapan Sora terlihat seperti candaan. Namun, Feli dapat melihat sorotan mata yang sangat sendu di dalamnya. Gadis ini merasa kesepian.
"Lo gak ajak temen lo main kemari?"tanya Feli coba menghibur.
"Rumah temen gue jauh-jauh kak. Kalo pun mereka main, ya harus nginep. Jadi cuma beberapa kali aja main ke rumah gue." Sora lagi-lagi tersenyum. Gadis itu mencoba kuat. Luar kokoh di dalamnya rapuh. Walaupun ia memiliki segalanya, tetapi sesungguhnya ia merasa sendiri.
Sora adalah anak dari Aditya Putra. Seorang pengusaha terbesar ke-4 di Asia Tenggara ini. Ayahnya memiliki lebih dari 30 perusahan ternama dan menyebar di seluruh dunia. Bagi seorang Aditya, waktu adalah uang. Sulit sekali berada di rumah seperti saat ini. Sora mengerti keadaan keluarganya dan mencoba kuat sendiri. Gadis itu tidak ingin menjadi fikiran tambahan untuk kedua orang tuanya. Oleh karena itu, dia berusaha untuk terlihat ceria. padahal itu semua hanya topeng yang ia gunakan untuk menghibur dirinya sendiri.
"Lo gak punya siapa gitu. kakak atau abang adek lo?" Tanya Feli lagi.
"Gue punya si kakak laki-laki. Tapi dia juga jarang tidur dirumah. Dia punya apartemen sendiri. Jadi sering tidur disana, kadang juga temennya main-main di apartemennya. Gue uda pernah minta untuk tinggal di apartemen sendiri, tapi alasannya banyak banget. masi kecilah, perempuan gaboleh sendiri lah. Macem-macem dah." Ketika Sora mengatakan ia memiliki seorang kakak laki-laki, Feli mengingat wajah mengerikan lelaki di depan pintu tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
REPANPELI
Novela JuvenilLo ga tau nama gue?" tanyanya sekali lagi. Feli menatap langit-langit perpustakaan, seolah sedang mengingat nama lelaki yang bahkan ia tidak tahu. Lelaki itu melipat tangannya di dada. "Nyali juga lo minta tanda tangan sama gue." lelaki itu tertawa...