3- Supermarket

15 2 1
                                    

Setelah acara yang melelahkan itu selesai, Feli berada di depan gerbang sekolah menunggu Ayahnya menjemput. Apa kabar dengan Leta? gadis itu sudah pulang duluan dijemput dengan supirnya.

"Kok ayah lama banget ya?" Omel Feli sendiri.

Tak lama kemudian datanglah cicak bertopeng  buaya mendekat. Siapa lagi kalau bukan Raka.

"Dek ngapain lo?" Tanya Raka.

Feli yang malas meladeni abangnya pun menjawab asal. "Nunggu suami."

"Kelamaan jadi janda lo ya." Kata Raka dengan melayangkan buku ke kepalanya Feli.

"SAKIT BANGET ANJIRRR!" Teriak Feli dan hampir melayangkan satu pukulan di perut Raka.

"Lagian lo, gue tanyak baik-baik juga."

"Pertanyaan lu si gak berbobot. Ya gue mau pulang lah, masa mau tidur disini." Balas Feli kesal.

"Yeuu si bocil, pande bener lo jawabnya."

"Makanya, jangan samain gue sama lo. Nah tu mobil ayah, duluan ya cicak bego." Kata Feli setelah melihat mobil Ayahnya dan segera mendekat.

"Sok pinter lo." Teriak Raka dan acungan jari tengah dari Feli.

"Untung adek." Hembusan nafasnya terdengar pasrah.

"Gila! itu siapa Ka? Cantik banget." Kata Rayan histeris yang muncul bersama David.

"Adek lo Ka?" Tanya David.

"Yakali pacar dia." jawab Rayan meremehkan.

"Diem lo. Pembantu gue itu. Sifatnya melebihi sifat setan, minta dipecat emang." Balas Raka sambil berjalan ke warung mbak Lusi yang tidak jauh dengan pintu gerbang.

" Lah adek lo bersifat setan, abangnya apaan. Jelmaan iblis?" Ujar Rayan dan dihadiahi tendangan manis dari Raka.

"Sialan lo."

Di tengah keributan para duda, datangalah Raevan seperti ibu peri.

"Nah Vid, kemeja lo. Ketinggalan tadi di kelas. Stress gue makenya." Lemparannya tepat jatuh di atas wajah Rayan.

"Knapa ke gue su." Kesal Rayan dan melemparnya ke David.

"Hehe makasi njir. Gue yang gak make aja masi tanda mereka gue panitia." Cengiran David.

"Iya lah. Wajah burik kayak lo kan mudah diingat." Balas Rayan asal.

"Ngaca bege."

"Yauda sini kasi kemejanya, biar gue tunjukkin cogan ni sekolah." Sambung Rayan berlagak tampan.

"Ogah ah, ntar kemeja gue bau lagi. Lu kan malas mandi." David mempertahankan kemejanya.

"Lo ngawur ya? Cowo ganteng, pinter nan wangi gini lo bilang malas mandi?" Kata Rayan semakin mengada-ngada.

"Yan, lo mabuk? imajinasi lo uda tinggi banget nyet." Kata Raevan berduka.

"Iya ya, kasian. Mana masi muda lagi." sambung Raka.

"Yok dek, abang antar ke RSJ. Dah dari kapan kaburnya?" David menepuk pundak Rayan pelan.

"Kalian semua seperti bangsat teman-teman." Rayan tersenyum terharu.

Suara tawa mulai memenuhi kantin yang sepi itu.

Seperti itulah hari-hari Most wanted SMA Harapan Bangsa itu. Sepele dan abstrak sih, tetapi hal itulah yang membuat cerita remaja mereka menjadi unik dan berharga.

----••-----

"Kak, kita langsung jenguk Anna aja ya." Ucap ayah Feli memecahkan keheningan di dalam mobil.

REPANPELITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang