PEMUKA

188 0 0
                                    

BAGAIMANA JIKA ?

Selamat malam meskipun tulisan ini terbit saat fajar, tengah hari ataupun menuju gelapnya malam.

Terlebih saat suasana hati tidak karuan rasanya,

Entah apa yang dikeluhkan pada saat itu, semuanya tak ada yang bisa menggambarkan, melukiskan, sekalipun mengerti tak pernah benar-benar paham selain diri sendiri.

Maka dari itu, bagaimana jika adalah sedikit pengharapan jika semuanya berjalan sesuai rencana mu tapi tidak menurut tuhan-mu,

Konon katanya, sebelum bayi terlahir kedunia ini mereka telah menyetujui sendiri bagaimana menentukan rollercoster kehidupannya dan tak ada hal lain selain menyetujuinya dengan Tuhan.

Dan

Mungkin itulah yang dinamakan "Tidak ada ujian yang diberikan Tuhan kepada hambanya yang tidak bisa dihadapi hambanya" karena merujuk kata-kata sebelumnya kita sendiri lah yang menyetujuinya.

"Mungkin"

Tak ada yang tahu pastinya.

.

.

.

Mari mulai berbasa-basi setelah titik tiga kali itu, manusia mungil nan kusut ditengah malam itu merenungkan dan marah sejadi-jadinya jika kalau hari itu ia tidak melakukan atraksi yang memecah jalan hidupnya mungkin ia akan baik-baik saja.

"BANGSAT"

Satu kata dengan tarikan napas yang dalam.

Dihisapnya lagi sebatang rokok yang menuju akhir babak, tak tahu menau soal apa yang direncakan sang esa terhadap hidupnya kedepan ia hanya mau mengeluh malam ini.

Tak kuat menahannya sendiri ia coba hubungi teman terdekatnya untuk bercerita karna ia yakin bercerita pada orang tua justru menambah beban pikiran mereka atau malah bisa terkena sembur sejadi-jadinya, Na'as.

Tak ada satupun teman yang merespon ditengah malam gelap gulita apalagi terpaksa bangun untuk mendengarkan keluh kesah yang tak bermanfaat ini.

"nih kalo gua marah terus sama tuhan gua tetep butuh dia, kalo ga marah juga munafik, munafik juga dibenci tuhan"

"Halah rujit"

Gumam manusia mungil ini.

Dibukanya handphone melihat-lihat lagi hari hari sebelum tragedi itu terjadi betapa tak karuannya juga hari sebelumnya, namun dipikirnya jika atraksi itu tak terjadi mungkin hidupnya tak terlalu kusut.

Entah salah siapa, tapi ia tak mau disalahkan sendirian.

Tak berselang setengah bungkus rokok lebih 3 batang cukup untuk olahraga malam bagi paru-parunya itu, tak henti gumamnya disitu ia lanjutkan sambil menuju terlelap dikasur reyot kamarnya.

"masih belum ngantuk lagi, tapi paru-paru udah cekakak-cekikik"

Gumam manusia mungil itu sambil melihat langit-langit kamar.

Yah pikiran dan batinnya begitu Lelah menerima alur kehidupn yang sedang dijalani,namun tubuhnya tahu belum saatnya ia terlelap dengan percuma, jikalau ia tahu pastinya untuk memanfaatkan waktu.

Tak lebih dari 15 menit Kembali lagi ia duduk namun kali ini ke sofa saja, soalnya diluar dingin.

Diambilnya 1 batang rokok kretek, tak langsung dibakar dilihatnya dulu komposisi perhelai tembakau kering itu diperhatikannya dalam-dalam bagai paham betul ia.

Ia lakukan hal itu kurang lebih 20 menit sambil meyakinkan dalam hati bahwa paru-parunya masih mampu mencerna asap ini.

Ia masukan Kembali sebatang rokok itu kedalam bungkusnya.

BAGAIMANA JIKA ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang