Kabut

19 3 3
                                    

Di malam yang sunyi, Sonas berjalan menyusuri jalanan yang disinari oleh lampu jalanan yang redup dengan kantong belanjaan di salah satu tangannya. Sonas mengenakan pakaian tebal seperti yang orang gunakan di musim dingin. Suhu udara di malam ini benar-benar bukan main sampai napas yang Sonas hembuskan telihat dengan jelas di udara.

Sonas meletakkan kantong belanjaannya dan mengeluarkan tangan yang lainnya keluar dari kantung jaketnya yang tebal lalu ia menggosok kedua tangannya dengan cepat. Perasaan hangat menyebar di tangan Sonas yang hampir membeku dan setelah selesai menggosok, dia mendekatkan tangannya ke mulut dan menghembuskan napas yang hangat ke dalamnya.

Napas yang dihembuskan cukup untuk mengembalikan tangan Sonas yang kedinginan sampai rasanya hampir mati rasa menjadi kembali hangat.

Saat ini, Sonas benar-benar ingin memaki orang tuanya. Musim telah memasuki musim dingin dan sebelum dia pergi (ditendang) keluar rumah, dia sedang bersantai dalam kamarnya menonton video tetapi tiba-tiba pada jam 9 malam, ayahnya mendobrak masuk ke kamarnya dan menyuruhnya untuk membelikan dia minuman keras.

Tentu saja Sonas menolaknya tetapi itu tidak berhasil karena secara ajaib, ibunya juga ingin menitipkan barang kepadanya. Sonas langsung jatuh dan masuk ke dalam situasi terpuruk karena yang dia kira sekutu ternyata adalah musuh selama ini. Dalam keputusasaan, Sonas mencoba untuk beralasan dengan apakah mereka tidak tau seberapa dingin cuaca di luar saat ini tapi ibunya hanya dengan tenang mengatakan, "Pakailah jaket yang tebal dan celana panjang."

Semua jenis dan macam harapan sirna dari wajah Sonas dan dia menggertakkan giginya dalam kekalahan dan dengan langkah berat, dia mengambil jaket tebal dan mengganti celananya dengan celana panjang. Dalam langkahnya menuju pintu keluar, dia mendengar ayahnya berkata, "Hati-hati." 

Mendengar hal itu, Sonas bisa merasakan segala caci-maki naik dan mengamuk seperti laut di kala badai.

'Hati-hati, bangsat kau!' Sonas membatin.

Meskipun begitu, Sonas tidak bisa menahan dirinya untuk merasa aneh dengan sifat yang ayah dan ibunya tunjukkan sebelumnya. Meskipun kejadian Sonas diminta oleh ayahnya untuk membeli minuman keras bukanlah tidak pernah tapi itu sangatlah jarang karena ayahnya hanya minum ketika di saat tertentu seperti waktu dia benar-benar sedih atau dia sangat senang sampai tidak bisa menahan rasa ingin minumnya tetapi berdasarkan ingatan Sonas, ayahnya tidak sedang terlalu sedih maupun terlalu senang lantas kenapa ayahnya meminta Sonas untuk membelikan dia minum?

Rasa curiga Sonas semakin menguat ketika dia mengingat bahwa ibunya tidak menghentikan ayahnya saat dia menyuruh Sonas membeli barang di luar pada saat cuaca yang buruk. Meskipun ibunya adalah orang yang sedikit dingin tapi Sonas bisa merasakan dengan jelas bahwa ibunya sayang dan peduli dengan dia.

Tetapi ibu yang sayang dan peduli dengan anaknya itu tiba-tiba membiarkan Sonas pergi keluar pada saat cuaca yang buruk? Kalau itu tidak mencurigakan maka tidak ada lagi yang namanya mencurigakan.

Sonas mengingat kembali wajah orang tuanya sebelum dia pergi. Meskipun tidak jauh berbeda tapi Sonas bisa merasakan bahwa suasana di sekitar mereka lebih melankolis berbeda dengan diri mereka yang biasanya tenang dan hampir selalu tersenyum.

'Mau apapun itu, nanti aku sampai ke rumah juga tau.' Sonas menggelengkan kepalanya dan berhenti memikirkannya.

Langkah demi langkah dilalui Sonas.

Awalnya, semuanya itu normal seperti biasanya. Jalan membosankan yang kosong tanpa apapun selain lampu jalanan yang ditaruh di dekat tepi jalan dan rumah-rumah yang berderetan perlahan-lahan ditutupi kabut tipis.

Semakin Sonas melangkah semakin kecil pula jarak pandangannya dan semakin juga daerah sekelilingnya menghilang seperti mereka dilahap oleh kabut tersebut.

I Believe There's A Little Misunderstanding Here (Bakal direwrite kayaknya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang