'Pusing.' pikir Sonas setelah tersadar.
Saat kesadarannya baru mengapung keluar dari dalam lautan bernama tidur, dia disambut oleh kepusingan.
Ini membuat Sonas sangat kesal.
'Bajingan! Kenapa bantal ini terasa seperti batu!' Sonas tidak menahan lagi dirinya dan bangun dari kasurnya.
Sonas tidak bisa membendung amarahnya lagi dan langsung memukul bantal tersebut dengan tanpa ampun.
Krak!
Suara seperti tulang yang retak bergema ke segala penjuru arah.
"AAAAAAAAAAA!!!"
Sonas berguling-guling di tanah sambil berteriak. Sensasi yang dia rasakan saat memukul bantalnya terasa seperti memukul batu asli.
"Bangsat, bangsat, bangsat!"
Meski Sonas mengutuk tiada henti tapi rasa sakitnya tidak juga memudar.
Setelah beberapa detik, Sonas terbaring lemas di atas kasurnya.
Jelang beberapa menit, dia baru bangun dari tidurnya, kepusingan tiada banding melanda kepalanya dan lalu kemudian tak lama setelah itu, dia menyadari bahwa bantalnya itu secara ajaib mengeras dan menjadi seperti sebuah batu dan setelah itu, dalam kekesalan dia mencoba memukul bantalnya dan yang dia dapatkan dari aksinya adalah tangannya yang kesakitan.
Kalau ini namanya bukan sial, maka Sonas tidak tau apalagi yang bisa dikategorikan sebagai sial.
'Bantal bangsat!' Sonas mengutuk sekali lagi.
'Tunggu sebentar... kenapa tanganku kesakitan?' Akhirnya akal budi telah datang kembali ke kepala Sonas.
Sonas yang menyadari ini langsung bangun seketika dan melihat daerah sekitarnya. Semuanya tampak asing, banyak batu-batu yang tertancap di tanah yang terlihat seperti batu yang terpahat oleh perajin yang handal, pagar besi berwarna hitam tetapi itu semua tidak terlintas di kepala Sonas karena dia menfokuskan seluruh perhatiannya ke suatu hal yang ada di depannya yaitu kabut.
Kabut abu-abu yang menyelubungi seluruh pandangan Sonas.
Pusing kembali menyerang kepala Sonas seperti pukulan bertubi-tubi dan di saat yang bersamaan ingatan-ingatan sebelum dia tak tersadar pun kembali kepadanya dengan perlahan-lahan.
Ingatan dia yang sedang dikejar oleh tembok kabut tersebut kembali mengapung keluar dari dalam pikiran Sonas. Ingatan tentang pening yang memecahkan kepalanya dan dunia dalam pandangannya berputar dalam spiral seperti sedang disedot oleh sesuatu kembali berputar ulang dalam kepala Sonas seperti itu baru saja terjadi.
Wajah Sonas dipenuhi dengan ngeri ketika menyadari bahwa dia kehilangan kesadaran pada saat dia sedang berlari dari tembok kabut tersebut.
Dia seketika memandang sekitarnya dan menemui bahwa semuanya terlihat asing baginya.
'Sebuah pemakaman?'
Benar. Tempat Sonas berada sekarang adalah sebuah pemakaman. Makam-makan dijejerkan dengan rapi dalam satu barisan dan di tengah pemakaman tersebut terdapat pohon besar tetapi anehnya pohon ini tidak memiliki warna seperti pohon biasanya; daripada warna coklat, warna pohon tersebut adalah abu-abu yang hampir menjadi hitam dan ditambah dengan suasana unik yang hanya dimiliki oleh pemakaman membuat Sonas berpikir bahwa dia secara ajaib berada di tengah pemakaman yang terlihat seperti ditinggalkan oleh Tuhan ini.
'Ini pasti cuma mimpi.' pikir Sonas dengan penuh keyakinan.
Otak Sonas tidak mampu memproses kejadian yang sedang dan telah berlangsung sehingga secara alami tentu saja dia akan berpikir bahwa ini adalah sebuah mimpi karena hanya mimpilah yang mempunyai level ketidakmasukalan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Believe There's A Little Misunderstanding Here (Bakal direwrite kayaknya)
PertualanganSonas yang baru saja disuruh (ditendang) keluar dari rumah oleh orang tuanya untuk membeli barang tiba-tiba terlempar ke tempat yang asing. Tanah yang kosong akan kehidupan ditambah dengan kabut tipis yang menghalangi penglihatan sejauh mana mata me...