Balai Kota

9 1 2
                                    

Melihat kota yang gelap dan dia yang tidak mengetahui di mana wali kota tinggal, Sonas tanpa basa-basi langsung masuk lagi ke dalam perpustakaan itu dan menyalakan kembali lilin yang dia hidupkan sebelumnya untuk membaca dan duduk dengan tenang.

Rencana Sonas adalah untuk menunggu sampai matahari terbangun dari tidurnya dan baru setelah itu dia akan mencari balai kota kota ini.

Sebenarnya jika bisa, Sonas ingin pergi saat ini juga untuk mempelajari sihir secepat-cepatnya namun pada akhirnya itu hanyalah sebuah 'jika'.

Jangankan berjalan keluar. Memandang ke luar saja sudah membuat bulu kuduknya merinding.

"Tunggu sebentar..." Sonas berpikir dengan keras.

"...Aku kan bisa tidur!" Sonas menampar kepalanya.

Tanpa tunggu lama Sonas langsung mengambil beberapa buku untuk dijadikan bantal dan menutup matanya.

Setelah memaksakan dirinya untuk melawan ketidaknyamanannya, Sonas pun perlahan-lahan tertidur.

...

[♫ ♫ ♫]

Lantunan melodi yang menenangkan jiwa bersuara melalui udara.

Jari-jari terlihat seperti berdansa dengan elegan di atas tuts-tuts piano yang berwarna putih.

 Di depan piano tersebut, duduk seorang laki-laki muda dengan rambut hitam, badannya digiring oleh irama indah yang berdansa di udara.

Senyum tidak pernah meninggalkan wajah pria itu ketika dia dengan elok membuat tangannya bergerak dalam gerakan yang elok.

Melodi-melodi indah yang terjalin di udara membuat pendengarnya seperti duduk di bawah malam berbintang yang diterangi oleh bulan, ditiupi oleh angin sepoi-sepoi yang terkadang akan lewat.

Iramanya memberi ketentraman kepada jiwa orang yang mendengarnya.

Tapi semua yang memiliki awal pada akhirnya akan berakhir dan bersamaan dengan gerakan pria itu yang semakin intens, permainannya pun selesai.

[Plok Plok Plok]

Suara tepuk tangan bergema dalam ruangan tersebut dan pada saat pria itu melihat arah datangnya suara tersebut. Seorang pria paruh baya yang tampan berlari datang ke arah laki-laki muda tersebut dan kemudian memeluknya di leher dengan satu tangan. 

"Itu sangat sangat luar biasa." kata pria paruh baya itu.

Laki-laki muda itu terlihat menolak pelukan pria tersebut sebelum berhenti melakukan perlawanan dan dengan pasrah membiarkan dirinya terpeluk.

Pria paruh baya itu menyeringai dan memandang ke belakangnya, "Bukankah begitu?"

Wanita yang terlihat masih di masa kejayaannya masuk ke dalam ruangan tersebut dengan tampilan yang tenang di wajahnya tetapi ketenangannya tidak bisa menyembunyikan senyum kecil yang tergantung seperti lukisan indah di mulutnya.

"Mhm, itu bagus." kata wanita tersebut.

"Dengar itu, anakku?" Pria itu, dengan masih ada senyum yang lebar di wajahnya, kembali mengalihkan pandangannya ke laki-laki muda tersebut.

Laki-laki muda tersebut menganggukkan kepalanya dan tersenyum kecil.

Laki-laki muda tersebut memandang perempuan tak jauh dari mereka dan seperti menjawab tatapan laki-laki itu, perempuan itu tersenyum dan bertepuk tangan.

Laki-laki tersebut berdiri diam untuk sebentar sebelum membalas senyum perempuan itu dengan senyum.

...

I Believe There's A Little Misunderstanding Here (Bakal direwrite kayaknya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang