2

374 57 2
                                    

***

"Halo. Ada apa?" suara Jiyong yang terengah-engah terdengar setelah dering kelima panggilan itu.

"Ada apa?" ketus Lisa, yang sudah menunggu sangat lama untuk panggilan itu.

"Hm... Ada apa? Kenapa menelepon?" tanya Jiyong sekali lagi.

"Kenapa lama sekali menjawab teleponku?" gadis yang kini berbaring di sofanya menekuk cemberut wajahnya. Meski ia tahu sang manager tidak akan bisa melihatnya. "Kenapa oppa mengabaikan teleponku? Bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi padaku? Bagaimana kalau pekerjaanku bermasalah? Bagaimana kalau aku terlibat skandal?"

"Ada apa denganmu? Kau benar-benar sedang PMS?" heran Jiyong, yang sayup-sayup kemudian memperdengarkan suara seorang wanita. "Oppa, siapa?" tanya seorang wanita, yang tidak Lisa kenali suaranya.

"Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lainnya!" Lisa memprotes.

"Apa pertanyaanmu?" jawab Jiyong masih heran, sedang Lisa tidak mendengar jawaban atas pertanyaan wanita tadi. Jiyong tidak menjawab pertanyaan wanita yang sekarang bersamanya.

"Oppa tidak mendengarkanku?! Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan sekarang?!" kesalnya, pada sang manager yang sudah lebih dari dua belas tahun membantu karirnya.

"Aku dengar, tapi apa aku harus menjawab semua itu?"

"Iya!"

"Augh! Menyebalkan! Apa tadi pertanyaanmu?" sebal Jiyong. "Aku sibuk sekarang, jadi aku terlambat menjawab teleponmu. Aku tidak mengabaikan teleponmu. Tapi aku menjawab teleponmu, jadi harusnya itu bukan masalah, kan? Tidak ada hal buruk yang terjadi padamu, Jihoon bilang dia sudah mengantarmu sampai ke rumah. Kalau pekerjaanmu bermasalah, Jihoon yang akan meneleponku, tapi tadi dia bilang semuanya baik-baik saja, semuanya lancar. Kalau ada skandal, reporter yang akan meneleponku lebih dulu, kau tidak akan meneleponku. Sudah? Hanya itu yang ingin kau tahu?"

"Kau sedang bersama seorang wanita sekarang?"

"Iya."

"Aku mengganggu kalian?"

"Iya."

"Ya! Bajingan!" kesal Lisa yang tanpa menunggu reaksi Jiyong, langsung mematikan panggilannya.

Begitu panggilannya berakhir, Jiyong menatap layar handphonenya. "Makin hari dia makin aneh saja," komentarnya, yang kemudian mengetik sebuah pesan.

"Artist-mu, oppa?" tanya wanita yang tadi diabaikan.

"Hm..." Jiyong mengangguk, sembari tangannya sibuk mengetik sebuah pesan untuk sang bintang— kalau perutmu sakit karena datang bulan, obatnya ada di laci dapur. Harusnya kau sudah tahu— tulis pria itu lalu menyimpan handphonenya di saku belakang celananya.

"Lalisa Kim? Rose? Song Mino? Yang mana? AKMU? Jeon Somi?" tanyanya sekali lagi.

"Lisa."

"Ah... Gadis cantik yang menyukaimu itu?" tanyanya, yang selanjutnya berteriak— "Ya! Oppa! Daesung oppa! Hati-hati dengan lampuku!" serunya, sembari menunjuk-nunjuk lampu tinggi yang ada di sebelah pintu. Lampu yang harusnya di kemas sebentar lagi.

Ia adalah Kim Jisoo, teman serumah Jiyong dengan beberapa orang lainnya. Rumah besar yang manager itu warisi, punya lima kamar dan empat diantaranya berpenghuni. Jisoo yang menempati salah satu kamarnya, sedang dua kamar lainnya ditempati Kang Daesung— seorang drummer yang terkenal di YouTube— dan Lee Seungri yang sibuk berbisnis makanan.

Hari ini, secara tiba-tiba Kim Jisoo memutuskan untuk pindah dari rumah itu. Jiyong tidak menyetujuinya, Jiyong ingin Jisoo tetap tinggal di rumahnya, namun gadis itu bersikeras hingga akhirnya Jiyong juga Daesung harus membantunya berkemas malam ini.

Short Story - The ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang