Who's Airin? [1]

14 1 0
                                    

Selamat datang di cerita After Rain.

Selamat membaca.

♤♤♤

Gelap.
Tirai yang sudah lama tidak dibuka menutupi semua cahaya yang berusaha masuk ke dalam kamar kos gadis itu. Jendela-jendela yang ditutupi dengan selendang tipis membuat kamar sedikit terang. Cahaya yang berhasil masuk melalui ventilase pintu dan jendela membuat gadis itu terbangun.

"Pagi Milo," sapanya kepada kucing kampung yang sudah ia rawat satu tahun lebih.

Milo tidak merespon dan beranjak pergi entah kemana.

"Dasar kucing sialan, tai lo kemana-mana ini," umpat Airin mendapati kotoran Milo tergelatak dilantai.

Pukul 06.45 Airin berjalan menelusuri gang kosan menuju sekolahnya. Sekolah keperawatan yang tengah ia jalani. Suara angkot dan berbagai jenis kendaraan sudah ramai terdengar. Banyak anak sekolah yang sama-sama ingin pergi menuju sekolah sama sepertinya.

"Airin! Sini!" Teriak Widya sambil melambaikan tangan. Gadis itu menyuruh Airin agar segera mendekati dirinya.

"Sarapan!" Suruhnya memaksa Airin duduk dibangku sebelahnya.

"Iya iya, traktir ya Wid," pinta Airin menyenggol bahu Widya memberi kode.

"Sarapan lo 10 tahun juga gue jabanin. Yang penting lo sarapan," balas Widya sambil tersenyum bangga. Ia adalah sahabat Airin sejak mengenal dunia keperawatan.

Airin hanya tersenyum malu, malu karena selalu membiarkan Widya membayar sarapannya.

"Gebi mana Rin, tumben gak bareng sama lo." Widya menoleh kanan dan kiri mencari beradaan Gebi yang tak kunjung datang.

"Nah itu dia tuh," tunjuk Airin kepada sosok diseberang jalan sana.

Sosok Gebi berlari sambil melambai-lambaikan tangan kearah dua sahabatnya ini.

"Yuhu makanan gratis Gebi cantik datang," teriaknya dengan semangat.

"Sini woy buruan, udah gue pesenin."

"Unch, timacih Mama Widya yang baik hati," balas Gebi sambil nyengir kegirangan.

Seketika raut wajah gadis itu berubah, menyadari isi dari mangkoknya.

"Bubur Ayam terus. Mang sekali-sekali jual yang lain kek," pinta Gebi sebelum duduk dihadapan kedua sahabatnya.

"Ye, beli ditempat lain aja sono. Saya mah jualan bubur ayam aja yang bisanya." Logat betawi khas milik sang empu warung bubur ayam terdengar nyaring di ketiga telinga gadis-gadis itu.

Tidak mempedulikan ocehan sang pemilik warung bubur ayam itu, ketiga gadis itu malah berteriak.

"SELAMAT MAKAN, BISMILLAH."

Bubur ayam menjadi kesukaan Airin, Widya dan Gebi. Karena murah dan tentu saja sangat enak. Dan nilai plusnya dekat dengan kosan.

Moto hidup Trio Jomut alias Jomblo imut adalah enak, murah dan banyak.

"Besok udah libur semester, kalian pada pulang?" Tanya Airin masih dengan bubur ayam di mulutnya.

Widya dan Gebi hanya mengangguk karena mulut mereka sedang mengunyah.

"Iya, lo emang gak pulang?" Widya menatap Airin serius, menunggu jawaban gadis itu selanjutnya.

"Engga deh kayaknya, gue bakal dikos-an aja sama Milo."

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang