"Gak ada salahnya berharap untuk kebaikan. Asalkan berharap pada porsinya kita akan tetap baik-baik saja ketika harapan itu tidak berjalan sepenuhnya"
***
Milo,
Kucing itu sudah mengeong sejak 5 menit yang lalu di atas tubuh Airin. Berusaha membuat gadis itu bangun dari tidurnya. Milo beberapa kali menjilat tangan Airin. Widya sama sekali tidak terganggu dengan suara Milo dan tetap tidur dengan tenang."Emhh," erang Airin akhirnya membuka mata. Airin segera duduk dan mengumpulkan nyawanya sambil memeluk Milo. Kemudian menatap Widya di sampingnya yang masih tertidur.
Cahaya pagi mulai masuk melalu ventilasi-ventilasi kamarnya. Pikiran Airin kembali pada malam sebelumnya. Pesan dari Awan semalam sangat mengganggu pikirannya. Airin merasa ada hal yang mengganjal di dalam dirinya. Namun ia sendiri tidak tau itu apa.
Untuk kesekian kalinya Airin menatap pesan Awan.
Awan
Awan Geradium
Makasih ya makanannya.Semoga kita bisa jadi teman baik. Hati-hati Airin, kalau ada apa-apa hubungin gue aja.
Rin? Gue papasan preman itu di gang kost-an lama lo.
Rin, jangan takut ya.
Ada gueAirin seolah merasa sedikit aman sejak ada kejadiran Awan. Rasa takut yang setiap hari menghapirinya sedikit berkurang.
"Meow." Milo beranjak dari pelukan Airin.
***
Seseorang sibuk mengetuk pintu sebuah kamar di ujung gang sana. Sebuah kantong plastik hitam berisikan makanan-makanan ringan menggantung pada kedua tangannya. Suara gadis itu melengkin meneriaki ruangan di dalam sana. Gebi berada di depan kost lama Airin, seorang diri.
"Rin, Wid bukain dong gue bawa makanan nih. Airin, Widya bukain." Sudah puluhan kali Gebi berusaha menggerakkan gagang pintu dan megeriaki nama kedua sahabatnya itu. Tapi, jawaban tak kunjung ia dengar. Gebi mulai kesal. Kantong plastik tadi ia letak ke sembarang tempat dan merogoh handphone di tas punggungnya.
Jomut!
BUKAIN PINTU WOI, KALIAN DIMANA SIH?
08.28Airin
Geb, gue pindah kost kemarin.
Lo sendiri? Buruan kabur Geb.Serius Rin? Coba shareloc, gue otw kesana
Airin
[location]
Gue jemput aja Geb,
Lo jalan aja sampe gang depan.
Ada mamang sayur di sana, aman.oke, hati-hati Rin.
Tidak ada lagi pesan yang masuk. Gebi merasakan jantungnya berdetak lebih kencang ketika bayangan wajah sumo-sumo berterbangan di kepalanya. Gebi meraih kedua kantong plastiknya dan berjalan dengan kaku di lorong gang sempit menuju tempat yang Airin maksud.
Airin mengambil dengan asal sweeternya yang tergantung di dinding. Sebelum pergi menyusul Gebi, Ia masih sempat mengisikan makanan Milo berharap kucing kesayangannya itu tidak menurut pergi dengannya. Untunglah itu berhasil. Tangan Airin cekatan mengunci pintu dan berlari keluar gang.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain
Teen FictionKeberadaan Awan membuat Airin merasa aman. Semua kekhawatiran yang selalu mengikutinya seolah-olah enyah entah kemana. Perlindungan Awan harus berakhir dilorong gelap diikuti rintik hujan dibulan Oktober. Sejak saat itu kesedihan dan kekhawatiran me...