🦄
“Kamar Harang juga masih sama, oh iya mobil-mobilan yang harang kira hilang itu ternyata tertinggal dirumah lama lho. Semalam Sarang liat ada di laci meja belajarnya Harang” kata Sarang lagi yang kini sudah selesai memasukkan semua buku ke dalam tas
“Sarang terlihat senang sekali ya kembali ke rumah” suara Harang akhirnya keluar setelah cukup lama terdiam mendengar semua cerita Sarang tentang rumah mereka dulu. Senyum ikut diukir oleh Harang sebagai tanda kalau ia ikut bahagia.
“jelas senang dong. Harang apa nggak kangen juga sama rumah kita dulu?” pertanyaan terdengar seiring suara hujan yang terdengar mengetuk jendela kelas. “yahhh hujan” netra menatap butiran tirta yang masih pelan tempo jatuhnya.
“Sarang bawa payung nggak?” Harang berdiri menghampiri Sarang yang berposisi berdiri di dekat jendela.
“wahh hujannya mulai lebat” tidak menjawab si cantik malah heboh sendiri, mengulur tangan keluar jendela, senyum makin merekah kala kulit disapu sang tirta. “Harang rasain deh, hujannya dingin banget hehe” Sarang tarik tangan kiri Harang ke luar jendela.
“iya dingin” respon Harang seadanya.
“Harang ingat tidak dulu Ayah pernah ngajak kita main hujan di halaman belakang rumah”
“iya ingat, habis itu Ayah langsung di omel Bunda. Kita juga kena demam” tutur Harang selaras menupang dagu dengan tangan kanan. Netra menelisik jauh ke arah gerbang sekolah yang dipenuhi payung payung dengan warna berbeda. Memang sudah waktu pulang sekolah jadi wajar jika para orang dewasa terlihat lebih ramai.
“tapi Sarang bahagia, meski demam Sarang senang sekali karena itu pertama kalinya Sarang main hujan” Sarang menarik tangan masuk ke dalam, tidak lagi memainkan hujan. Ia ikut bertopang dagu, menikmati suasana tenang penuh kelembaban “Kalau Harang bagaimana?Senang tidak?”
“Harang, Sarang tau kok Harang suka menahan semuanya sendiri” suara sarang kembali mendomin setelah dilihat Harang hanya diam. “Harang juga kangen rumah lama kan? Harang juga mau Ayah sama Bunda baikan kan?”
Kenari hitam legam bergeser, menatap sang kembaran yang sedang mengukir kurva manisnya. Memang tidak bisa di pungkiri Sarang sangat lah mengenal bagaimana Harang. Dibanding Sarang yang cerewet dan suka blak-blakan mengungkapkan perasaan. Harang cenderung lebih pendiam, lebih suka menahan semua sendiri, lebih mementingkan perasaan orang lain dibanding diri sendiri. Sifatnya benar-benar turunan dari seorang Mark Lee sekali.
“Sebenarnya Sarang sering dengar Harang berdoa sebelum tidur”
Harang lagi-lagi membelalak bagaimana bisa Sarang dengar? Selama ini kan Sarang selalu tidur lebih dulu dibandingkan ia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mom Dad let's go home
Fanfiction"Ayah,Bunda, bisa tidak kita pulang kerumah lama saja? Sarang rindu kita yang dulu" . . . 🍂