Entah bagaimana ceritanya, Soobin tiba-tiba dibawa ke sebuah rumah besar sekaligus seram. Di rumah itu Soobin harus hidup menjadi istri dari orang tersebut dan menghadapi banyak masalah.
BXB YEONBIN
RATE M MATURE, NC, DEWASA 💯🔞🚫
MPREG 💯🚫
DON'T...
Aku selalu melihatnya berdiri di ujung jalan. Berpakaian hitam dengan rambut pendek dan dahi terlihat. Terkadang dia akan memakai pakaian musim dingin padahal cuaca sedang panas. Lalu dia akan memakai pakaian kaos hitam, celana latex hitam, serta topi yang menutupi kepala, dahi dan mata.
Ini sudah bertahun-tahun berlalu dan aksinya selalu sama. Dia hanya berdiri di sana, memperhatikan jendela tempat tidurku tanpa lelah. Pernah suatu hari aku menghampirinya, tapi dia menghilang. Aku juga pernah memfotonya, tapi di foto itu dia hilang. Aku pernah mengadukan ini pada Ayah, tapi Ayah tidak terlihat khawatir.
Sebaliknya, Ayah memberiku sebuah cincin dengan salib sebagai permata. Ayah bilang jika ini adalah jimat yang akan selalu melindungiku sampai Ayah tiada. Ayah juga bilang jika aku tidak boleh melepaskan cincin ini apapun yang terjadi. Ayah juga bilang jika dengan cincin ini aku bisa membedakan mana orang yang baik dan mana orang yang akan berbuat jahat padaku.
Aku tinggal di sebuah desa bernama Beverly Hills Amerika Serikat. Desa ini masih diselimuti dengan pepohonan hijau juga alam yang indah. Desa ini memang jauh menuju perkotaan, oleh sebab itu desa ini mendirikan banyak bangunan seperti sekolah, gereja, rumah sakit dan lain-lain.
Aku sekolah di sekolah keagamaan bernama HYBE. Ini karena keluargaku adalah keluarga yang sangat religius dan Ayah ingin aku melanjutkan profesinya sebagai pendeta di gereja kecil keluarga kami. Aku tidak pernah melewatkan ibadahku setiap minggunya di gereja itu. Kehidupanku memang seperti itu setiap harinya. Jarang bergaul dan hanya memiliki satu teman saja.
Sudah sebulan sebenarnya Ayah sakit. Selama sebulan itu tidak ada yang menggantikan Ayah untuk memimpin ibadah di gereja. Aku selalu membersihkan gereja dengan rutin, lalu terkadang membaca alkitab di sana untuk memperdalam ilmu agamaku. Kami tinggal berdua, Ibuku meninggal karena sakit lalu Kakakku pindah ke kota untuk mengejar karir. Sejak kecil Kakakku tidak tertarik untuk menjadi pendeta, bahkan Ayah tidak pernah memaksa Kakak untuk melakukannya. Sebagai gantinya akulah yang harus melakukan itu.
Aku melakukan pekerjaan rumah juga. Membersihkan rumah, memasak, berbelanja, dan mencuci. Melelahkan ketika aku harus mengerjakannya sendirian, tapi rutinitas ini tidak ada yang bisa mengerjakannya selain aku. Seperti hari ini, aku harus pergi ke pasar karena aku kehabisan bahan untuk memasak. Pergi ke pasar harus melewati jembatan bata sebagai penyebrangan di atas hutan. Di pinggir jembatan itu juga aku sering melihat seorang pengemis muda dengan pakaian lusuh berada di sana.
Setiap melewati pengemis itu aku selalu memberikan dia koin. Dia juga tidak bisa bicara, tapi dia selalu menatapku datar. Mungkin tatapannya memang sedatar itu. Aku tidak takut jika dia mencoba untuk menakuti aku.
Teman yang aku maksud itu adalah Doyoon, pemuda putus sekolah yang kini bekerja di lubung. Doyoon tidak keberatan jika dia harus putus sekolah karena dia bekerja untuk meneruskan usaha milik keluarganya. Doyoon sering mengantarku pergi ke pasar. Jika ada bahan yang sulit dibawa, Doyoon dengan perkasa akan membantuku.
Benar juga, setiap kami kembali dari pasar, pengemis itu selalu sudah menghilang. Mungkin dia sudah pergi ke tempat lain jika jembatan ini sudah tidak ramai dilewati manusia. Tapi anehnya Doyoon tidak pernah melihat pengemis itu di sini. Hingga Doyoon pikir dia mungkin berada di sisi jembatan itu hanya untuk menunggu uang dariku setelah itu dia akan pergi.
Aku tidur di lantai dua. Di lantai itu tidak ada ruangan lain selain kamarku. Sebentar lagi aku akan berusia 18 tahun, tapi sebulan menuju ulang tahunku, aku sering diganggu sesuatu ketika tidur. Gorden jendelaku sering terbuka sediri. Lampu kamarku sering mati sehingga kamarku menjadi gelap. Tapi kali ini aku merasakan gangguan itu ditubuhku. Bayangan hitam besar sering menindih tubuhku, aku terasa sesak dan sulit berteriak. Terkadang dia suka menggerakkan tubuh bayangannya hingga ranjang kayu milikku berderit, dan jimat yang kugantung di sisi ranjangku berayun.
Hal itu berlangsung beberapa menit lalu bayangan itu menghilang. Malam ini aku ingin mengujinya. Aku tidak akan tidur dan menunggu bayangan itu muncul. Aku sengaja membuka gorden kamarku dan mematikan lampu. Aku duduk di atas ranjang dengan selimut menutupi tubuh sampai ke leher. Menoleh ke kanan dan ke kiri tidak ada apapun. Sampai akhirnya aku merasakan kantuk, aku terpejam beberapa detik lalu bayangan itu muncul.
Aku tersentak mundur. Kali ini bukan bayangan, melainkan sesosok manusia normal berpakaian hitam. Dia menatapku di ujung ruangan, aku tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas, hanya tubuhnya dan matanya yang nampak menyala merah. Aku berdoa kepada Tuhan untuk menjauhkan segala macam iblis dan setan yang mendekatiku, tapi sosok itu malah semakin mendekat.
Aku memilih kabur dari kamar ini, sayang, dia berhasil mencengkeram tanganku dan menarikku padanya. Aku tidak bisa berteriak, suaraku seperti menghilang, hanya nafas berat dan air mata memohon agar sosok itu tidak menggangguku. Sosok itu mendorong tubuhku ke atas ranjang. Sedangkan dia mencoba mengendus leherku sampai dada. Aku masih diam ketakutan, sosok itu lalu mengambil ciuman pertamaku.
Bukan hanya mencium, dia juga menggerayangi tubuhku dengan tangan satunya lagi. Dia hanya membuka bagian bawah tubuhku. Demi apapun aku masih suci, aku belum pernah berpacaran, aku belum pernah disentuh siapapun. Ayah selalu bilang jika itu adalah dosa besar jika aku berhubungan dengan seseorang yang bukan jodohku. Tapi sosok ini sekarang menodaiku.
Sosok ini menjilat air mataku seperti es krim. Sensasi pertama kali yang aku rasakan adalah bagaimana dia menyentuh milikku lalu meraba lubang belakangku. Aku menggunakan kedua tanganku untuk menghajar wajahnya, tapi dia marah. Sosok itu menarik kedua tanganku ke atas kepala, sebuah kain melilit tanganku kuat, aku tidak bisa menggerakkannya. Sosok itu kembali mencium bibirku, kali ini dia memasukkan lidahnya yang hangat, membuat air liurku meluber.
Lenguhan terdengar ketika sosok itu berhasil meregangkan lubang milikku. Aku berdosa, aku tidak seharusnya melakukan ini. Dia bersiap untuk kegiatan selanjutnya, memasuki lubangku dengan milikknya dengan ukuran tidak normal. Aku mencoba melawan lagi, suaraku hampir kembali, tapi sosok tersebut menutup mulutku dengan tangannya.
Satu sentakan berhasil lolos, kemudian dia langsung menggerakkan miliknya tanpa menunggu kesiapan dariku. Tidak peduli aku sakit atau tidak, sosok itu bergerak sampai ranjang ini ikut bergerak. Kegiatan panas itu berlangsung cukup lama, dia begitu menikmati penderitaanku, tubuhku yang kotor, aku menangisi diriku yang ternoda.
Aku tidak tahu kapan kegiatannya berakhir, aku bangun ketika hari sudah siang. Aku bangun dan melihat keadaan tidak baik-baik saja. Meskipun begitu keadaanku masih berpakaian lengkap dan bersih. Tapi keadaan ranjang ini berantakan.
Hal aneh ketika aku bangun adalah, tidak ada suara Ayah membangunkan aku jika hari sudah siang. Juga aku baru ingat, semalam aku sempat melepas cincinku.
Mungkinkah cincin itu benar-benar melindungi aku dari gangguan makhluk seperti sosok semalam? 🎭