Diantara Kita

524 35 9
                                    









Seminggu kemudian, Soobin memang belum saling bicara dengan Seokjin. Sejak saat itu, keadaan Soobin berubah, ia menjadi pendiam di dalam kamarnya. Susah makan dan minum, tidur juga hanya secukupnya saja. Keadaan itu diperhatikan oleh Seokjin dan Yoongi. Seokjin bahkan sampai memohon pada Yoongi untuk mengembalikan kembali keadaan Soobin menjadi seperti semula.

Yoongi juga tidak bisa berbuat apapun. Sejak malam itu ia merasakan aura yang gelap dan menemukan Soobin terbaring di kasurnya, Yoongi juga tidak bisa mengajak bicara Soobin. Soobin tidak mau bersuara kepada siapapun, tidak peduli Seokjin menangis di depannya, Soobin hanya diam di atas kasurnya.

Malam kemudian Seokjin kembali mencoba mengajak Soobin bicara. Ia dan Yoongi melakukan rencana kedua jika usaha ini tidak berhasil. Seokjin masuk ke kamar Soobin sambil membawa semangkuk sup dan susu. Seokjin duduk di samping Soobin, menyentuh poni adiknya, rambut pemuda itu masih basah karena walaupun keadaan Soobin seperti itu, Seokjin masih bisa memandikan adiknya.

"Soobin, sekali lagi kakak minta, tolong bicaralah, setelah keadaan kamu membaik, kita bisa berkumpul lagi dengan Ayah di rumah ini." ujar Soobin bersedih.

Seperti biasa Soobin hanya terdiam. Seokjin kembali menangis, ia memegang kedua pipi adiknya, menangkupnya. "Lihat, ini kakakmu, kamu sudah pulang sayang..."

Soobin hanya berkedip. Seolah jiwanya tak berada dalam tubuhnya, seolah tubuh ini hanya digerakkan oleh baterai.

Yoongi menatap kedua saudara itu di ambang pintu. Ia merasakannya, jiwa Soobin memang sudah kembali dan ini adalah Soobin, tapi entah kenapa, jiwa Soobin tidak hidup di dunia ini. Apalagi ia tahu cerita sebenarnya tentang keluarga ini. Tapi Yoongi tidak mau menceritakannya pada Seokjin. Karena Yoongi tidak siap melihat reaksi Seokjin nanti.

Seokjin mengambil sup di atas meja, ia menyuapi adiknya sedikit demi sedikit sambil menangis melihat nasib adiknya setelah hilang tiba-tiba lalu kembali dengan tiba-tiba juga. Soobin dapat makan, tapi tidak bisa mengunyah. Jadi Seokjin memberinya bubur, sup, minum. Setelah supnya habis, karena memang porsinya sedikit, Soobin diberi susu.

Berselang beberapa menit, Soobin mulai mengantuk. Pemuda manis itu mulai terpejam dan tertidur. Yoongi memang menyarankan Seokjin untuk memberikan Soobin obat tidur karena pemuda itu sulit tertidur. Biasanya Soobin akan terbangun keesokan paginya secara normal, selanjutnya hanya diam.

Tapi kali ini, Soobin membuka kembali matanya karena ia merasakan ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Di balik jendela balkon kamarnya ada seseorang yang sedang berdiri. Soobin terbangun, ia menatap siluet itu lamat-lamat. Soobin mengenalinya.

Seketika angin membuka pintu balkon kamar, Soobin menutup matanya menghalau debu yang masuk ke matanya. Perlahan angin menghilang, Soobin bisa melihat dengan jelas sosok itu. Daniel. Itu Daniel yang memakai jubah hitam dengan rambut yang berantakan tak terurus. Soobin tersenyum senang.

"Daniel..." kata Soobin.

Daniel mendekati Soobin perlahan. Wajah dan tatapannya sangat serius, tajam, hanya tertuju pada Soobin. Soobin menatap mata Yeonjun berbinar, terlalu senang sehingga mengabaikan aura gelap yang menyelimuti ruangan itu.

"Soobin..." panggilnya. "Jaga dirimu baik-baik, jangan membuat orang panik lagi..."

Senyum bahagia Soobin luntur, tak tahu artinya. "Maksudmu?"

"Ini adalah pertemuan terakhir kita di hidup ini. Setelah ini, mungkin kita tidak akan bertemu lagi." katanya lagi.

"Kamu mau kemana Daniel?" tanya Soobin mengerutkan kedua alisnya.

"Aku harus tinggal ke duniaku sendiri."

"Tapi ini duniamu juga, kenapa kau harus pergi?"

"Karena seharusnya kita tidak bertemu." timpalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EGOIST [YEONBIN]🔞➕❌➕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang