1. Nikah Muda?!

56 7 0
                                    

"Dia seorang laki-laki taat agama dan sudah mapan, Flo. Percaya sama Papa dan Bunda, orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya."

Flora merengut masam. Seragam putih abu-abunya masih melekat ditubuh, tapi yang ia bicarakan dengan sang Papa saat ini adalah sebuah rencana pernikahannya.

"Cuma ini keinginan terakhir dari almarhumah bunda kamu." Imbuh Arya, Papanya Flora.

Mendengar penuturan Papanya, Flora segera mendongak dengan cepat, "Tapi aku masih delapan belas tahun, Pa. Aku malah belum lulus SMA. Ini bisa kena pasal Perlindungan Anak tau, Pa!" protes Flora.

Sejak dua tahun lalu Flora sudah kalau sang bunda memiliki wasiat untuk menjodohkannya dengan putra dari sahabatnya, tapi Flora tidak tau kalau ia akan dinikahkan secepat ini. Ayolah, umurnya masih belum legal untuk menikah.

"Bulan depan kamu ulang tahun, umur sembilan belas sudah boleh menikah, Flo."

Flora menghela napas. Selama hidupnya di dunia belum pernah ia mencetak sejarah memenangkan perdebatan dengan Arya.

"Kalau kayak gini namanya bukan perjodohan, tapi pemaksaan. Aku juga punya hak atas hidupku, Pa." Kali ini Flora tak mau kalah, masa bodoh dibilang anak durhaka karena menentang perintah orang tua. Lagi pula, ia juga punya hak untuk mengambil setiap keputusan dalam hidupnya.

"Flo, Papa dan Bunda cuma ingin yang terbaik. Jaman kamu ini dunia sudah gak karuan, pergaulan bebas di mana-mana. Coba Papa tanya, sudah berapa banyak teman kamu dari SMP sampai SMA yang putus sekolah gara-gara hamil di luar nikah? Papa cuma mau lindungi anak gadis Papa satu-satunya ini." jelas Arya panjang lebar, menahan gerakan tubuh Flora yang hendak beranjak pergi.

"Kamu titipan bunda. Papa cuma gak mau gagal dalam membesarkan kamu dan mengecewakan bunda kamu di sana." lanjut Arya.

Flora membasahi bibirnya, ada yang mengganjal di dadanya melihat bagaimana kerasnya usaha sang Papa untuk menikahkannya. Apa lagi ucapan papanya barusan, seakan merujuk kalau Arya tak percaya bahwa ia bisa menjaga dirinya di jamannya ini.

"Apa menikahi aku dengan pria pilihan bunda membuat Papa merasa berhasil membesarkan aku?" tanya Flora.

"Aku gak menolak perjodohan ini, aku tau ini amanat dari almarhumah bunda. Tapi aku cuma minta waktu, aku masih labil dan emosiku juga belum stabil. Apa Papa yakin anak Papa yang masih suka ngambek ini bisa menjalani bahtera rumah tangga dengan pria yang bahkan belum aku kenal?"

Tak ingin memperpanjang perdebatan, Flora memilih bangkit dari duduknya kemudian beranjak meninggalkan ruang kerja Arya dengan wajah merah menahan emosi. Namun, sebelum pintu benar-benar tertutup, Flora kembali menoleh ke arah Arya lalu berkata.

"Aku bisa jaga diri, tanpa menikah muda pun aku yakin aku gak bakal terjerumus pergaulan bebas apalagi sampai hamil di luar nikah." ucap Flora lalu menutup pintu coklat itu.

* * *

"Flora Danila!"

Yang punya nama menoleh, mendapati gadis berambut pendek tengah berlari kecil ke arahnya.

"Panggil Flora aja." sahut Flora. Ia mengenal wajah gadis disampingnya ini, tapi tidak tau namanya. Flora baru memasuki kelas tiga SMA, setiap kenaikan kelas di sekolahnya setiap anak kelas selalu diacak ulang, jadi ia belum mengenal betul teman-teman kelasnya yang baru.

"Gue Ameera, panggil aja Amee." ujar Amee, Flora mengangguk saja sambil terus berjalan menyusuri koridor menuju kelas.

"Nanti malam lo free gak?" sambung Amee bertanya.

"Ya, kenapa?"

"Clubbing yuk!" ajak Amee tanpa sungkan. Langkah Flora seketika berhenti.

Selama ini Flora hanya bergaul dengan anak-anak berprestasi dikelas sebelumnya, tapi untuk yang satu ini? Clubbing? Wow!

"Clubbing? Gak deh." tolaknya lalu melanjutkan langkah.

"Kenapa?" Amee memasang wajah kecewa. Melihat penampilan Flora, sepertinya dia bukan anak yang polos-polos banget.

"Eh, Flo!"

Tubuh Flora tertarik kebelakang, tiba-tiba saja Amee menarik lengannya cukup kencang hingga membuat Flora hampir terjungkal, untung saja Flora segera menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Ih! Kenapa sih narik-narik segala, untung gue gak jatoh!" sentak Flora kesal. Wajahnya berubah dongkol.

Amee berdecak, tak terlihat perasaan bersalah dari wajahnya, "Jangan marah-marah dong, gue cuma mau kasih lo asupan mata. Tuh liat, Pak Danial baru datang!" ujar Amee heboh sendiri, tatapannya tak lepas dari guru muda di sekolah mereka yang baru saja turun dari mobil Pajero miliknya.

"Ganteng banget ya, Flo." gumam Amee. Matanya membinar, menatap sosok tampan dan menjulang itu penuh puja.

Flora menatap sekilas ke arah guru idola di sekolahnya itu, "Biasa aja tuh." balasnya cuek.

Memang sih kalau dilihat pakai mata kepala itu Danial Biantara sangat tampan, penampilannya juga rapi. Tapi sorot matanya yang tajam serta ekspresi wajahnya yang selalu datar membuat Danial ber-aura dingin. Di kelas pun pria itu tidak sesantai guru-guru yang lain saat mengajar, makanya Flora selalu bosan jika Danial mengajar di kelasnya.

"Mata lo masih ketutup belek kali!" sewot Amee, tak terima guru idolanya di bilang biasa saja. Padahal pesonanya Danial sangat luar biasa memancari alam semesta ini.

Flora memutar bola matanya, ia menepis tangan Amee yang sedari tadi memegangi tangannya kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas. Langkah Flora melambat, di depan sana Danial berjalan ke arahnya. Membuat Flora sedikit kikuk dan bingung ingin melanjutkan langkah atau tidak.

"Pagi, Pak." Flora spontan menyapa Danial ketika pria itu melewatinya. Sayangnya, Danial hanya mengangguk kecil sambil berjalan menundukan pandangannya tanpa berniat menyapa balik atau sekedar menoleh dan melempar senyum.

Flora berdecih samar. Flora sumpahin mulut Danial bisu beneran! Apa susahnya sih membalas sapaannya?! Flora kan jadi tengsin sudah menyapa tapi tidak dibalas, bahkan menoleh saja tidak. Apa lagi melihat Amee yang menertawakannya dibelakang sana, besok-besok Flora harus berpikir ulang dulu kalau mau menyapa Danial.

Dikejar Cinta Guru Idola ; Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang