Flora berdiri di depan cermin, memandang dirinya yang sudah rapi dan siap berangkat ke sekolah. Tapi, hari ini gadis itu tidak semangat seperti biasanya. Flora risau, apa yang akan ia lakukan jika di sekolah nanti bertemu Danial? Setelah sama-sama tahu kalau mereka dijodohkan, pasti baik Flora atau pun Danial akan sama-sama canggung jika bertemu.
Flora berdecak, mengusak rambutnya frustasi. Lagian, dari jutaan pria di bumi ini, kenapa harus guru membosankan itu yang dijodohkan dengannya?!
"Shit!" Flora mengumpat, baru menyadari kalau jarum jam terus berjalan dan ia hampir terlambat ke sekolah. Buru-buru Flora meraih tas dan kunci mobilnya, kemudian berlari kecil keluar dari kamar.
"Flo, Flora!" Baru saja Flora keluar dari mobilnya, seruan suara familiar praktis membuat Flora menoleh, mengetahui siapa oknum yang memanggil namanya, Flora lantas memutar bola mata malas. Amee lagi!
Di depan sana Amee yang hendak berlari mengurungkan niatnya saat melihat mobil Danial datang dan berhenti di lahan kosong tepat di samping mobil Flora terparkir. Bibir Amee merapat, sepasang matanya membinar melihat Danial yang keluar dari mobilnya dengan penampilannya yang memanjakan mata para betina. Pria itu mengenakan kemeja slim fit abu-abu, lengannya dilinting sampai siku.
Sementara itu Flora, terdiam di tempat. Otaknya blank saat melihat Danial berjalan menghampirinya, entah sejak kapan pria itu menemukan radarnya.
Hanya satu kata yang terlintas di kepala Flora saat ini, KABUR!!!
"Flora!"
Flora tak menggubris, ia terus berjalan dan berpura-pura budeg saat suara berat Danial memanggilnya.
"Flora Danila!"
Flora menahan napas, entah kenapa kakinya tiba-tiba berhenti melangkah. Lalu, Flora harus bagaimana sekarang? Apa ia harus berbalik badan? Tapi ia tidak sanggup jika harus melihat wajah Danial saat ini!
"Kita perlu bicara." Terlambat! Danial sudah berdiri tegap di depannya, berujar tanpa intonasi dan ekspresi. Membuat Flora semakin gugup.
"Apa yang mau dibicarakan, Pak?" ketus Flora, ia tidak mau terlihat lemah. Meski jantungnya berdetak tak karuan saat ini. "Saya gak ada urusan sama bapak!" imbuhnya lalu melanjutkan langkah.
"Apa perlu saya datang ke rumah kamu?"
Mata Flora langsung melotot, kembali ia mendekatkan diri ke Danial, kali ini dengan raut wajah galaknya.
"Gak usah teriak-teriak, Pak!" ancam Flora. Sebenarnya tadi Danial tidak teriak, oktaf suaranya sedang seperti biasa, Flora saja yang terlalu parno dan takut ucapan Danial barusan didengar murid lain.
"Kosongkan waktu kamu pulang sekolah nanti, atau saya yang akan datang ke rumah." ujar Danial. Tanpa memberikan kesempatan untuk Flora protes pria tampan itu segera beranjak dan melewati Flora begitu saja
Napas Flora menggebu, matanya menyipit, menatapi kepergian Danial dengan sinis. Astaga, Flora tidak kebayang jika ia harus menikah dengan pria seperti Danial!
"Flo, lo ngobrolin apa sama Pak Danial?!" Amee datang dan bertanya dengan ekspresi mengejek.
"Diem lo!" sentak Flora melampiaskan emosinya, Amee spontan terlonjak kaget di tempat.
"Yeuuu, santai aja kali! Gue nanya bukan nagih utang, enggak usah nyolot gitu!" balas Amee tak kenal takut, padahal saat ini ekspresi Flora seperti ingin memakan orang.
Flora berdecak lalu beranjak pergi. Daripada memperpanjang pembicaraannya dengan Amee dan membuat tensinya semakin naik, lebih baik Flora menjauh saja.
* * *
"Flora sayang!"
Flora mencibik, mendapati Arkan yang menduduki kursi kosong dihadapannya. Saat ini Flora sedang makan siang, tadinya ia sendirian sebelum Arkan datang menemaninya.
"Hai, Ar!" sapanya, "Sibuk banget lo ya? Kok gue jarang ketemu sama lo, sih?" sambung Flora. Arkan cukup dekat dengan Flora, tapi sebatas teman saja karena mereka sempat satu kelas selama 2 tahun berturut-turut. Sayang, mereka harus pisah kelas di tahun terakhir sekolah.
"Lo kali yang di kelas mulu." balas Arkan sambil mengunyah suapan pertama. "Gimana kelas baru lo? Asik?" Flora menggeleng, sejauh ini ia belum mendapatkan teman di kelas barunya. Ya, kecuali Amee.
"Karena gak ada gue kali ya jadi gak asik?" goda Arkan, Flora berdecak menanggapinya.
"Marko sama Kania mana?" tanya Flora, mencari dua teman mereka yang lain.
Arkan mengangkat bahu, "Gak tau. Tapi biasanya mereka makan di kantin jam segini. Apa mau nyamperin ke kelasnya nanti?"
Dengan cepat kepala Flora mengangguk. Ia sudah sangat merindukan Kania, sejak kelas mereka dipisah, mereka hanya saling mengirim pesan saja.
"Yuk!" ajak Flora tak sabar. Makan siangnya sudah habis, milik Arkan pun sama, pemuda itu hanya butuh waktu tiga menit untuk menghabiskan makanannya.
Sebelum mengangguk setuju, Arkan menandaskan teh botolnya lebih dulu. Kemudian Arkan berdiri, lalu berjalan beriringan sambil merangkul pundak sempit Flora.
Saat menaiki anak tangga, langkah Flora melambat, wajahnya berubah cemas sebab mereka berpapasan dengan Danial yang hendak turun ke lantai bawah.
"Siang, Pak." Arkan menyapa Danial dengan sopan. Yang Danial balas dengan anggukan singkat, tapi tatapan mata elang pria itu tidak lepas memandang Flora serta tangan Arkan yang menggantung di pundak calon istrinya.
Ini bukan pertama kalinya Danial melihat kedekatan Flora dengan Arkan. Mereka memang sering terlihat bersama. Tapi kali ini Danial merasa tidak suka melihat Flora dekat dengan cowok lain, apa lagi sampai rangkul - rangkulan seperti ini.
"Arkan, ini masih di kawasan sekolah. Tolong jaga prilaku kamu." kata Danial sambil menjauhkan tangan Arkan dari pundak Flora. Cara bicara Danial memang santai, tapi tatapan serta raut mengeras pria itu membuat Arkan langsung mengangguk tanpa protes.
Baru kali ini Arkan melihat Danial mempedulikan urusan anak muridnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikejar Cinta Guru Idola ; Oh Sehun
FanfictionKehidupan Flora yang menoton berubah kacau ketika usianya mendekati sembilan belas tahun. Katanya, usianya sudah legal untuk menikah sebab mendiang sang bunda telah memiliki pria pilihan untuknya di masa depan. Sayangnya, Flora menentang wasiat dari...