5. Perbedaan Bukan Halangan

51 5 0
                                    


"Karena saya nggak bisa bikin kopi, jadi saya pesan kopi janji jiwa lewat gofood."

Danial menoleh cepat, keterkejutan pria itu tak sedikitpun tersamarkan, membuat Flora yang sedang fokus memainkan ponselnya balik menatap Danial detik itu juga.

"Kenapa? Kaget ya pak kalau saya nggak bisa bikin kopi?" ketus Flora, ia cukup tersinggung dengan cara Danial menatapnya saat ini. Tatapannya seakan memandang mahluk paling langka di muka bumi.

"Keponakan saya yang masih SMP saja bisa bikinin saya kopi, Flo."

Flora memutar bola matanya, lalu kembali menatap layar ponsel di tangan, "Ya itu kan keponakan bapak, bukan saya."

Helaan napas panjang Danial keluarkan. Ia memaklumi hal tersebut karena mungkin Flora terlalu dimanjakan oleh Oma dan Opanya, sementara menginjak dewasa gadis itu tidak memiliki sosok ibu yang membantunya belajar memasak, membuat kopi, dll.

"Gakpapa, yang penting kamu mau temani saya ngobrol di sini." ujar Danial, lirikan sinis dari Flora langsung ia dapati.

Mau menemani apanya, Danial tidak tahu saja kalau Flora terpaksa duduk di sebelahnya. "Sebenarnya saya gak mau, tapi Papa saya maksa nyuruh buat nemenin bapak. Lagian, bapak malam minggu ngapain nemenui papa saya? Mending ngapel gebetan, pak!" celoteh Flora asal.

Danial tersenyum tipis, baru satu hari mencoba mendekati Flora, pria itu sudah menyadari satu hal yang baru ia ketahui, ternyata Flora yang tampak seperti anak pendiam aslinya cerewet juga.

"Ini saya sedang melakukannya."

Kerutan didahi Flora tercetak, perlahan gadis itu bergidik ketika berusaha memahami maksud dari ucapan ambigu Danial.

"Maksudnya Papa saya gebetan bapak gitu?" polosnya Flora murni tidak dibuat-buat.

Danial ingin terkekeh, tapi ia menahannya. "Kamu mau pergi ke mana sudah malam begini?" Ia alihkan pembicaraan. Sudah dikasih kode tapi gadis itu terlalu polos, jadi biarkan saja Flora kebingungan sendirian.

"Ini baru jam tujuh malam kali, Pak,"

"Ya tetap aja udah malam,"

Flora mendelik. Tidak terbayang jika ia menjadi istrinya Danial, pasti pria itu akan sangat overprotektif kepadanya.

"Mau ke mana Flora?" tanya Danial membuyarkan lamunan Flora.

"Main sama temen,"

Kepala Danial mengangguk-angguk. Ingin bertanya lebih lanjut tapi ia urungkan. Danial tidak mau membuat Flora tidak nyaman berdekatan dengannya karena terlalu penasaran dengan urusan pribadi gadis itu.

"Biasanya kalau malam minggu anak remaja sepantaran kamu mainnya ke mana?" tanya Danial. Menurutnya ini tidak merajuk pada Flora saja, jadi aman untuk ditanyakan.

Pertanyaan Danial sukses membuat Flora menaikkan salah satu alisnya, "Emang bapak nggak pernah remajanya?"

"Pernah. Tapi saya habiskan masa remaja saya di Pesantren, jadi saya nggak begitu tau kegiatan yang remaja ibu kota lakukan di malam minggu." jawab Danial membuat Flora membulatkan bibirnya.

Flora cukup terkejut mengetahui bahwa Danial ternyata lulusan Pesantren. Pantas saja pria itu selalu sholat lima waktu, bahkan seringkali jadi imam sholat di mushola sekolah. Ya, meskipun sholat lima waktu itu wajib, tapi tak sedikit yang mengabaikan kewajiban itu, termasuk Flora.

"Oh, pesantren di mana, Pak?" tanya Flora tanpa sadar membuat obrolannya dengan Danial jadi mengalir begitu saja.

"Surabaya. Kebetulan Pesantrennya milik Nenek saya." jawab Danial. Semakin meningkatkan keterkejutan Flora.

"Ooh,"

Danial mengangguk, "Kamu belum menjawab pertanyaan saya yang tadi." tanya Danial menagih jawaban.

Flora berpikir sejenak, "Sesuai circle aja sih, Pak, ada yang nongkrong di kafe, ada yang ke mall, ada juga yang makan seblak sambil gosip, yang ke club malam juga ada." jawab Flora sesuai dengan survei yang teman-temannya kebanyakan lakukan di malam minggu.

Danial menggelengkan kepalanya, "Astagfirullah, semuanya tidak ada yang bermanfaat. Lebih baik mengikuti pengajian atau hal lain yang lebih bermanfaat."

Tuh kan, keluar deh sifat alimnya.

"Tapi seru loh, Pak, cobain deh!" seru Flora layaknya mengajak teman makan seblak bareng.

Danial menggeleng lagi, "Lebih baik kamu hindari itu semua, Flo, isi kegiatan kamu dengan yang lebih bermanfaat."

Flora menghembuskan napas panjang, ia paling tidak suka diceramahi, "Cara orang mencari kesenangan itu berbeda, Pak, saya lebih suka jalan sama teman dari pada datang ke pengajian,"

Kini Danial yang menghembuskan napas panjang. Ya, seperti Flora ini lah jika kehidupannya sudah terkontaminasi kesenangan dunia yang padahal hanya sementara.

"Bapak lihat, kan?"

"Apa?" tanya Danial bingung.

"Perbedaan kita. Apa bapak yakin bakal tahan hidup sama aku nanti?"

Pertanyaan Flora sukses membuat Danial diam seribu bahasa. Flora ternyata gadis yang pintar mencari cela dan memainkan logikanya. Tapi, Danial bukan tandingan yang seharusnya bisa Flora lawan.

Sambil tersenyum tipis yang berhasil membuat Flora terpanah untuk pertama kalinya, Danial menjawab, "InsyaAllah, saya bisa membimbing kamu ke jalan yang lebih baik. Niat baik pasti akan selalu dilancarkan jalannya, Flo, apa lagi kita sudah mendapatkan restu dari orang tua. Jadi, tolong persiapkan diri kamu dari sekarang untuk menjadi istri saya."

Jangan ditanya bagaimana keadaan Flora setelah mendengar jawaban Danial, gadis itu sedang mencari cara untuk menghilang dari muka bumi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dikejar Cinta Guru Idola ; Oh SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang