Chapter 1

222 11 3
                                    

                "Selamat ulang tahun ke-18," ucapnya pelan sambil memakaikan sebuah liontin perak ke leherku. Tubuh kecilku kini berada dalam dekapannya. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya, mencium aromanya, mendengar suara beratnya. Aku menggenggam erat tangan hangatnya, membuka kedua mataku perlahan. Tampak sebuah senyuman tipis yang menghiasi wajahnya. Josh McKennder, lelaki yang kini tengah berdiri di hadapanku. Josh—-yang selalu berada di sisiku, yang selalu melindungiku. Aku membalas senyum lembut Josh. Pipiku merah, bibirku basah.  Aku menikmati setiap detik yang telah kulewati diatas tanah ini. Hembusan angin yang mengibaskan rambutku, burung-burung yang bernyanyi di sekitarku, serta sinar mentari yang menghangatkan tubuhku, melengkapi genapnya 6.570 hariku.

***

                "Terimakasih, Jo." Senyum malu-malu itu tampak jelas di wajah Ellanie. Josh mengangguk pelan. Ia lalu mengangkat kepalanya, memandang jauh ke arah langit biru berlapis tujuh itu.

                "Hari yang  indah, bukan? Aku ingat sekali pertama kali aku bertemu denganmu di sini. Rambutmu dulu masih sebahu, tinggimu tidak lebih dari pagar rumahku. Kau berdiri di pohon itu," ceritanya sambil menunjuk sebuah pohon tak jauh dari tempat mereka berdiri.

 "Saat itu hujan, kau sendirian. Matamu berkaca-kaca, bajumu basah kuyub. Tadinya aku berniat untuk pulang, tetapi setelah melihat kondisimu yang menyedihkan itu, aku memutuskan untuk menemanimu hingga hujan reda," lanjutnya. Ellanie tertawa kecil mengingat kejadian itu.

"'Ini, tanda ini. Kalau ingin bertemu denganku, datanglah ke pohon bertulisan 'Joe' ini. Aku akan melindungimu,' kata-kata yang kamu ucapkan saat menemaniku di bawah pohon itu. Tanpa perasaan cinta alam, kamu langsung mengukir tulisan 'Joe' di pohon itu. Sebuah singkatan dari Josh dan Ellanie, kan?" Josh ikut tertawa mendengar cerita Ellanie. Kisah sederhana yang menyatukan mereka 10 tahun yang lalu. Serpihan kecil kehidupan yang tak dapat mereka lupakan.

Di kala itu, sambil menunggu hujan reda, mereka terus bernyanyi bersama. Hingga langit mulai berganti warna dan rintik-rintik hujanpun berhenti, mereka melangkahkan kakinya bersama-sama ke rumah masing-masing. Sejak hari itu,  mereka selalu bertemu, bermain, dan bernyanyi di bawah pohon bertuliskan 'Joe' itu, hingga mereka menjalin sebuah hubungan yang istimewa.

Josh mengelus pelan kepala Ellanie. Tiba-tiba raut wajah Ellanie berubah, senyum indah di wajahnya itu hilang oleh tatapan tanpa harapan serta air matanya. Ia menyandarkan kepalanya di pundak besar milik Josh, tempat paling nyaman buatnya. Satu hal kecil yang melenyapkan kebahagian Ellanie saat itu adalah—-suara dari tiga buah pesawat tempur yang melintas di atas langit mereka.

"Josh..." bisiknya pelan. Air matanya mengalir semakin deras. Josh menoleh, mengetahui penyebab dari air mata berkilauan itu. Tangan Ellanie dingin, tubuhnya gemetaran. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Josh segera memeluk Ellanie erat.

"Ellanie... Meskipun kondisinya seperti ini, aku tidak akan meninggalkanmu! Tidak akan pernah! Aku akan tetap bersamamu, menjagamu. Aku yakin kita akan baik-baik saja, dan kamu juga harus yakin itu. Kita akan melewati semua ini bersama-sama. Kamu tidak usah khawatir, ya.  Tersenyumlah, bidadari." Josh menghapuskan tetes air mata yang membasahi pipi Ellanie.

Bagaimana tidak khawatir, saat ini dunia sedang perang.  Negara tempat kelahiran serta 'rumah' bagi Ellanie dan Josh kini telah dijajah. Semua orang terkekang oleh perintah dari orang-orang tak dikenal itu. Orang-orang berwajah pucat pasi tanpa hati, tanpa ekspresi, dan mementingkan dirinya sendiri. Akankah sebuah keadilan bisa berdiri, dengan kondisi seperti ini? Sedangkan Josh, seorang pemuda dengan jiwa keadilan serta nasionalisme yang tinggi. Tanpa sedikitpun rasa takut, Josh selalu menuliskan pendapat-pendapatnya mengenai para penjajah melalui media. Bahkan ia sering mengikuti pemberontakan-pemberontakan maupun perang melawan penjajah Negara yang tadinya damai ini. Karena keberanian Josh, saat inipun ia menjadi—-seorang buronan. Beberapa bulan yang lalu, Josh nyaris ditangkap. Tetapi ia berhasil melarikan diri meski luka-luka. Bisa pergi ke taman ini saja, adalah sebuah keberuntungan.

The Wrong WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang