Chapter 4

48 4 0
                                    

"Hey!" suara Brian itu memecahkan lamunanku. Ia menepuk pundakku pelan, menatapku tajam. Tanpa berkata apapun ia segera mengerluarkan botol minumnya dan menyodorkannya padaku.

                "Apakah kau sakit? Wajahmu pucat. Minumlah," ucapnya sambil tersenyum lembut. Aku menggeleng pelan, mempercepat langkahku. Sudah hampir separuh perjalanan kami lewati. Kami terus berjalan tanpa arah dengan tujuan yang tak pasti. Aku mengangkat kepalaku perlahan, memandang langit indah yang berhiaskan  bintang-bintang, merindukan Josh yang amat teramat kusayang.

                "Ah, ada!" seruku sambil menunjuk sebuah rumah di tengah hutan. Setelah beberapa jam kami berjalan, akhirnya kami menemukan tujuan kami. Ternyata, Tom tidak berbohong—lagi. Ia tidak menipuku ataupun menjebakku.  Aku segera menghampiri tempat itu. Kondisi rumah itu masih sangat bersih, rapi, dan sangat layak untuk ditinggali. Pintu rumahnya tidak terkunci, sehingga kami bisa langsung masuk ke dalamnya. Aku mengamati sekeliling rumah ini, rumah yang jauh lebih besar dari rumahku sebelumnya. Cukup, bahkan lebih dari cukup untuk menampung tiga keluarga.

                "Ada surat aneh!" ucap Emily sambil menarik ujung pakaianku. Aku menunduk, membaca surat yang tengah digenggam oleh Emily. Kertasnya tidak lecek, tintanya pun sepertinya masih baru.

 

Rumah ini sudah kubereskan. Tinggalah di sini, tempat ini sangat aman dan nyaman. Jangan lupa untuk berterima kasih padaku. Aku akan kemari beberapa minggu lagi.

Tom

 

"Tom lagi?" gumamku sambil memutar kedua bola mataku.  Aku penasaran dengan apa yang berada di pikirannya hingga ia mau melakukan hal seperti ini. Sontak aku teringat kata-katanya,

"Kalau aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, apa yang akan kau lakukan?"

Sial. Kata-kata itu seperti mantra yang akan memberiku mimpi buruk malam ini. Aku tersenyum kepada Emily, lalu mengambil surat itu. Kemudian kami bergegas untuk istirahat.

***

"Ellanie!" Brian berbisik pelan di telingaku, membuatku terbangun dari tidurku.

"Maaf mengganggu tidurmu. Ngg, ada yang ingin kutanyakan padamu. Mau mengobrol sebentar?" lanjutnya.  Aku menarik nafas panjang, lalu segera beranjak dari 'tempat tidur'ku. Brian mengajakku untuk duduk santai di teras rumah ini. Saat itu masih dini hari, udaranya masih sangat dingin.

"Jadi? Kau mendengar percakapan para prajurit kalau mereka akan memusnahkan wilayah tempat tinggal kita itu? Apakah kau tidak salah dengar?"

"Aku tidak salah dengar, memang itu yang mereka katakan," jawabku pelan. Tentu saja aku hanya mengarang cerita tersebut, karena mereka tidak boleh mengetahui tentang Tom—salah satu penjajah aneh yang terus-terus menolongku dengan alasan konyol itu.

"Hm, baiklah aku mempercayaimu. Lagipula tidak apa-apakan kalau kita mencoba jalan ke daerah-daerah lain seperti ini," senyumnya.

"Ellanie, bagaimana ceritanya kamu bisa tertangkap dan pulang ke rumah?" tanyanya lagi dengan ekspresi wajah yang amat penasaran. Aku menghela nafas panjang.

"Aku berusaha untuk menyelamatkan Josh, agar ia tidak tertangkap prajurit-prajurit itu. Tapi kami gagal, lalu tertangkap. Mereka membawa segera membawa Josh pergi, lalu menyuruhku untuk bekerja di markas mereka. Yah, jadi itulah alasan kenapa aku menghilang selama beberapa bulan. Aku melarikan diri di malam hari saat mengetahui bahwa ada jalan rahasia di markas tersebut, dan Ta-daah! Aku sudah sampai di depan pintu rumahku,"  ceritaku. Kami lalu tertawa bersama-sama.

The Wrong WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang