.
.
Baekhyun terbangun merasakan panas matahari yang menerobos jendela kaca apartemen Chanyeol. Ingatannya memutar ulang kegiatan yang membakar gairah antara dirinya dan pria tinggi itu. Bagaimana saat tangan besar Chanyeol menyentuhnya dengan lembut. Saat bibir itu menjelajahi tubuhnya, dan saat jari itu... Baekhyun merasakan seluruh tubuhnya meremang. Bahkan sekarang tubuhnya masih sangat sensitive.
Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol disampingnya, hanya ada seprei kusut yang dingin. Pria itu sudah bangun dan entah kemana.
Helaan napas lolos dari bibir Baekhyun, 'semoga ini bukan pertanda buruk', batinnya. Khawatir jika sikap Chanyeol akan berubah setelah kejadian semalam. Baekhyun bangkit dari tidurnya dan menuju kamar mandi membersihkan diri. Setelah itu sarapan yang sudah sangat terlambat, melihat jam yang mengarah ke angka sebelas lewat.
Tapi, saat tubuh mungilnya berada di dapur, matanya menangkap sosok Chanyeol yang sibuk dengan hidangan yang tertata di meja. Tubuh besar itu terbalut hoodie berwarna beige dengan celana hitam selutut. Sementara Baekhyun hanya mengenakan bathrobe milik Chanyeol yang kebesaran di tubuhnya.
"Kau sudah bangun?" Ujar Chanyeol saat melihat Baekhyun yang hanya mematung menatapnya. "Duduklah. Sarapan sudah siap, atau bisa dikatakan makan siang?"
Baekhyun terkekeh lalu mengambil tempat di meja makan. Di hadapannya dua potong sandwich dan tumisan sosis campur paprika serta semangkuk potongan buah-buahan.
"Makanlah. Setelah itu, aku ingin bicara." Seketika jantung Baekhyun naik ke tenggorokannya. Luntur sudah napsu makannya. memikirkan apa yang akan dibicarakan pria tinggi itu. Apa Chanyeol berniat mencampakkannya karena sudah mencicipi rasa tubuhnya. Tapi kata mencampakkan sepertinya berlebihan, mengingat hubungan mereka belum ada kejelasan.
Baekhyun tetap menghabiskan sarapannya. Dia membutuhkan energi yang banyak sebelum menghadapi Chanyeol. Setelah pria tinggi itu memasukkan semua piring kotor ke mesin cuci piring, Chanyeol meraih tangannya dan menariknya ke sofa. Jantung Baekhyun berdetak sangat cepat, penuh antisipasi. Dia bergeser ke ujung sofa, membuat jarak dengan Chanyeol di sampingnya.
"Aku minta maaf."
Napas Baekhyun tercekat. Otaknya berusaha mencerna maksud Chanyeol. Meminta maaf untuk apa? Untuk yang mereka lakukan semalam? Padahal semalam adalah malam terindah dalam hidupnya.
"Seharusnya sejak awal aku jujur dengan perasaanku."
'kumohon jangan bicara setengah-setengah.' Batin Baekhyun menejerit.
Chanyeol bergeser mendekati Baekhyun, tangannya kembali mengenggam jemari lentik itu, "Sejak melihatmu di pesta pernikahan Sehun beberapa waktu lalu, aku sudah memantapkan hatiku untuk memilikimu. Aku tidak pernah percaya dengan cinta pendangan pertama, dan melihat Sehun yang tergila-gila dengan Luhan, aku tidak pernah membayangkan diriku berada di posisi seperti itu. Tapi, saat mendengar tawamu di pesta malam itu, melihat senyuman manismu, melihat mata sabitmu yang melengkung indah, aku tahu, aku ingin berada di setiap momen saat kau bahagia. Dan aku siap menjadi sandaranmu saat kau kesulitan."
Baekhyun mematung, mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut Chanyeol. Matanya berkaca-kaca mendengar pengakuan tersebut. Terdengar sangat tulus. Tidak pernah ada orang selain orang tuanya yang mengatakan hal semanis itu, yang mampu menggetarkan hatinya.
Tangannya yang bebas, menyentuh tangan Chanyeol yang masih menggenggam erat tangannya. Membawa tangan besar itu ke bibirnya dan memberikan kecupan lembut disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Think About Married
FanfictionSetelah menjomlo selama bertahun-tahun, Baekhyun akhirnya berpikir untuk mencari pasangan. Dia terlalu kesal karena sering mendapat pertanyaan 'kapan menyusul'. Pertanyaan menjengkelkan yang sering muncul saat orang terdekat satu persatu sudah atau...