.
.
Baekhyun sudah beberapa kali meneguk air mineral dari botol yang diberikan Chanyeol saat pria tinggi itu menjemputnya di apartemennya. Sejak seminggu yang lalu, jantungnya sudah berdetak sangat kencang menantikan hari ini. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju kediaman keluarga Park untuk makan malam. Baekhyun harusnya merasa sedikit lega jika Luhan juga berada di sana, tapi sayangnya, pria rusa itu sedang berada di Milan menemani Sehun menghadiri undangan dari brand fashion ternama.
"Jika kau terus-terusan minum, perutmu akan penuh sebelum makan malam." Komentar Chanyeol. Pasalnya, pria mungil itu sudah menghabiskan dua botol minum berukuran sedang.
"Aku sangan gugup."
Sebelah tangan Chanyeol meraih tangan Baekhyun dan menggenggamnya. Memberi anak itu kekuatan. "Tak ada yang perlu kau khawatirkan."
"Apa menurutmu ini sangat cepat?" Tanya Baekhyun.
"Menurutku, sama-sekali tidak."
Baekhyun menutup mata, dan menarik napas panjang, memenuhi paru-parunya dengan udara, menahan beberapa detik lalu menghembuskannya dengan perlahan. Chanyeol hanya tersenyum simpul melihat anak itu, tak henti-hentinya membelai tangan Baekhyun dengan ibu jarinya.
Setelah empat puluh menit menjauh dari pusat kota, mobil Chanyeol akhirnya berbelok ke pagar besar nan tinggi. Tiga security yang berjaga lantas membuka pagar setelah mengenali mobil tersebut. Baekhyun melihat kesekeliling jalan dipenuhi pohon-pohon tinggi, dan dari kejauhan dapat dilihat bangunan besar bergaya rumah tradisional Korea. Setelah seratus meter melewati jembatan kecil yang dibawahnya ada sungai buatan dengan air jernih, mobil akhirnya berhenti di depan rumah bergaya hanok tesebut. Sekelebat pikiran terlintas di kepala Baekhyun, 'Seberapa luas tanah tempat rumah ini berdiri, Jarak bangunan utama dengan pagar saja bisa memakan waktu beberapa menit.'
Sekali lagi, Baekhyun menarik napas dan menghembuskannya dengan perlahan. Kedua tangannya berada di depan dadanya, berusaha menenangkan jantungnya yang semakin berdetak dengan kencang.
"Kau siap?"
Baekhyun menatap mata Chanyeol, mencari kekuatan dari tatapan pria tinggi itu, lalu mengangguk dengan yakin.
"Mereka akan menyukaimu, percaya padaku." Ujar Chanyeol, mengecup kening Baekhyun kemudian turun dari mobil, diikuti oleh pria yang lebih mungil.
Keduanya berjalan memasuki rumah setelah melewati tiga anak tangga. Mengetuk pintu dua kali, Chanyeol mendorong pintu utama di ruang tamu. Berbeda dari luar yang terlihat tradisional, ruangan di rumah ini memiliki interior klasik modern dengan nuansa putih tulang. Setiap perabot berada di posisi yang pas. Beberapa vas berisi bunga segar tersebar di setiap sudut, sehingga indra penciuman dimanjakan dengan wangi bunga.
Tidak ada siapa-siapa yang menyambut mereka, lalu tangan Chanyeol menarik Baekhyun dan melewati ruang tamu menuju ke salah satu pintu geser yang selurus dengan pintu utama. Angin dingin menerpa wajah Baekhyun, rumah ini ternyata memiliki taman di tengah-tengah rumah yang tidak beratap, jadi sinar matahari dan udara bisa masuk secara langsung.
Baekhyun terus mengikuti Chanyeol berjalan di selasar yang menghubungkan tiap ruangan dan mengelilingi taman itu. Selasar tersebut merupakan akses untuk ke setiap ruangan di rumah ini. Keduangan melewati beberapa pintu, hingga sampai ke sebuah ruangan dengan sofa putih yang di tengahnya terdapat meja dengan berbagai tangkai bunga berserakan di atasnya. Di salah satu sofa single, seorang wanita duduk dengan anggun sambil memegang setangkai mawar di salah satu tangannya dan gunting di tangan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Think About Married
FanficSetelah menjomlo selama bertahun-tahun, Baekhyun akhirnya berpikir untuk mencari pasangan. Dia terlalu kesal karena sering mendapat pertanyaan 'kapan menyusul'. Pertanyaan menjengkelkan yang sering muncul saat orang terdekat satu persatu sudah atau...