.
Baekhyun melenggang dengan bebasnya memasuki rumah Luhan dan Sehun tanpa sepengetahuan tuan rumah. Pikirnya, matahari masih meyembunyikan sinarnya, dan masih terlalu pagi bagi Luhan dan Sehun untuk bangun. Baekhyun tidak ingin mengganggu pasangan itu, dan jika dipikir lagi kemungkinan mereka masih berada di rumah orang tua Sehun setelah makan malam disana semalam.
Tangannya memegang paperbag kue dari Bherry dan beberapa sandwich yang dia beli di perjalanan tadi. Kakinya langsung menuju dapur, ingin menikmati sarapan seakan dia berada di rumahnya sendiri. Dahinya mengerut mendengar suara-suara aneh dari dapur, suara kecapan yang sangat jelas bercampur dengan suara rintihan, atau, desahan?
Setelah meletakkan tentengannya di meja makan, Baekhyun mendongak mencari asal suara tersebut. Seketika matanya membulat sempurna melihat hal tidak senonoh terjadi di depan kulkas. Seorang pria tinggi berkulit putih membelakanginya, tanpa atasan dan hanya mengenakan jeans lusuh yang menggantung di lututnya. Serta kaki jenjang yang melingkar di pinggang Sehun tak luput dari Manik tajam Baekhyun. Baekhyun dapat melihat dengan jelas sahabatnya, Luhan, memeluk erat leher Sehun dan mendongak dengan mata tertutup serta mulut yang tak hentinya mengeluarkan desahan.
"YA TUHAN!!!" Kedua orang yang tengah beraktifitas tersebut terlonjak kaget melihat tamu tak diundang. "Apa tidak ada tempat lain selain dapur?"
"APA YANG KAU LAKUKAN DISINI? SEJAK KAPAN KAU DISANA?" Luhan menjerit. Pria bermata rusa itu terlihat tidak ingin melepaskan dirinya dari Sehun. Sementara si pria tinggi hanya menutup mata rapat antara menahan malu, atau menahan sakit di telinganya karena teriakan Luhan.
"Ada banyak kamar di rumah ini, cepat pindah."
"KAU PIKIR INI RUMAH SIAPA?"
Baekhyun membuang pandangannya, kemanapun asal tidak menatap Luhan, "Aku lapar, cepat menjauh dari dapur." Ujarnya seraya meninggalkan pasangan itu, memberi mereka waktu ke kamar. Sementara Luhan tercengang melihat tingkah sahabatnya.
Beberapa jam kemudian, setelah insiden mesum itu, Luhan turun dengan pakaian lengkap sehabis mandi, mengambil tempat di samping Baekhyun dan meraih sandwich milik pria mungil itu.
"Apa yang kau lakukan di rumahku sepagi ini?"
Baekhyun menunjuk paperbag Bherry di atas meja.
"Apa kau harus membawanya sepagi ini?
"..."
"Apa kau tidak tahu fungsi bell di depan?"
"Untuk apa menggunakan itu jika aku tau kuncimu. Kupikir kau masih di rumah orangtua Sehun. Dan lagi, mana kutau kalian melakukannya di dapur."
Luhan menghirup udara dengan pelan, berusaha menenangkan emosinya, "Aku paham, kau terlalu lama melajang, jadi kau tidak akan mengerti hal yang seperti itu. Kalau kau hanya berdua dengan pasanganmu, di rumahmu, di sudut manapun kau berada, jika kau horny, kau akan melakukannya di tempat itu juga. Apa kau pikir aku punya waktu berjalan ke kamar, saat lubangku menginginkan milik Sehun?"
"Sialan. Aku pastikan akan balas dendam setelah aku menikah dengan Chanyeol, akan kuperlihatkan pantat mulus ku di dapurmu."
"Kenapa dapurku?"
"Karena aku ingin balas dendam."
Luhan berdecak, "Tapi, kau tampak sangat yakin Chanyeol mau menikahimu." Baekhyun terdiam. "Apa kau yakin akan mendapat restu? Kulihat semalam Seulgi sangat lengket dengan mama Park, bahkan papa Park menyuruhnya tidur di kamar Chanyeol."
Tubuh Baekhyun meremang, Jantungnya terasa seperti berhenti berdetak. Bagian dalam pipinya digigit, menahan cubitan kecil di hatinya. Sejak semalam, Baekhyun merasa tidak tenang. Bahkan anak itu tidak tidur sampai pagi, dan akhirnya memilih mendatangi Luhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Think About Married
FanfictionSetelah menjomlo selama bertahun-tahun, Baekhyun akhirnya berpikir untuk mencari pasangan. Dia terlalu kesal karena sering mendapat pertanyaan 'kapan menyusul'. Pertanyaan menjengkelkan yang sering muncul saat orang terdekat satu persatu sudah atau...