memories

16 1 0
                                    

Hari yang panas kala itu mungkin membuat orang-orang berpikir dua kali untuk keluar ruangan. Namun tidak untuk seorang wanita, ia tampak setengah berlari keluar gedung kampus ke gedung yang satunya dengan membawa tumpukan kertas yang tidak lain adalah kunci untuk sidang disertasinya sebagai dokter.

Tanpa sengaja papan kecil bertuliskan namanya jatuh saat ia berlari.

"Hhhhh" keluh wanita itu jengkel karena kedua tangannya penuh dengan tesisnya. Ia berbalik ingin mengambil papan namanya namun--

"Christine Palmer" ucap seorang lelaki sambil mengambil papan namanya dan menyerahkannya. " Aku rasa kau membutuhkan ini, atau usahamu yang tertuang dalam kertas tersebut akan berakhir sia-sia" ucapnya menatap kertas milik Christine.

"Oh terima kasih banyak, umm" Christine ingin melanjutinya tapi ia baru sadar belum mengenal nama lelaki tersebut.

Lelaki itu menyadari bahwa Christine menanhakan namanya. "Kau tahu kita tidak boleh terlalu "baik" pada seseorang yang tidak kita kenal. Mungkin sampai sini saja pertemuan kita, bye " dia pun langsung meninggalkan Christine sendirian disana.

Sikap itu membuat Christine terdiam, benar yang lelaki katakan tapi tetap saja itu membuatnya sedikit jengkel. Kembali tersadar dengan tujuannya ia segera berlari untuk memberikan tugasnya.

Christine selesai melapor pekerjaannya pada sang dosen, sedikit langkah lagi maka ia akan segera mencapai tugas impiannya untuk menjadi neurosurgeon. Proses yang berat ini pasti berakhir indah ia yakin. Christine mengelap peluh nya, rasanya lelah sekali, ingin ia beristirahat namun ia masih memounyai kelas tambahan. Mau tidak mau ia harus mengikutinya agar dapat lulus dengan cepat.

"Lantai 2 ruang 13, ruang 13" gumamnya sembari melihat papan nama ruangan yang tergantung di tiap pintu.

"Aha!" serunya melihat dan menemukan ruangan itu. Ia segera masuk dan duduk disana, kelas mulai 5 menit lagi, sehingga ia masih mempunyai waktu untuk makan karena sejak tadi ia belum mengisi perutnya dnegan apapun. Ia membuka kotak bekalnya dan memakan sandwich buatannya sendiri. Selagi makan ia menyempatkan diri untuk membaca buku tentang saraf.

Selesai ia makan, ia menutup buku dan kotak makannya bersiap untuk pelajaran ini. Seseorang datang dari arah pintu yang membuat Christine kaget. Itu adalah orang yang ia temui tadi di halaman, dan sekarang ia harus sekelas dengan orang tersebut. Ingin rasanya Christine tidak mempedulikan itu dan tetap fokus untuk pelajaran hari ini, tapi bagaimanapun omongan orang tersebut tetap saja berada di pikirannya.

"Oh hei, kau rupanya." Orang tersebut menyapa Christine. Christine pura pura sibuk dengan merapihkan tas dan bukunya. Tahu dirinya sedang dicuekin perempuan ini.

"Kau minat dengan saraf juga ternyata ya, aku salah kau sepantaran denganku. Kau tahu, hal tadi hanya untuk jaga jaga saja."

*Apa sepantaran? Memang siapa dirinya?" celoteh Christine dalam hati.

"Hmm" jawab Christine cuek.

"Stephen."

"Huh?!"

"Stephen Strange. Itu namaku" dan langsung berjalan menuju kursinya. Christine memutar bola malas, ia benci orang yang menganggap dirinya berada diatas orang lain.

Tak lama dosen pun datang dan mengajar disana. Baik Chrisitine maupun Stephen punya ambisi yang sama untuk impiannya. Dosen tersebut memberi sebuah pertanyaan.

"Mengapa sel saraf tidak dapat melakukan pembelahan regenerasi? Ada yang tahu jawabannya?"

Semua terdiam cukup berpikir keras. Christine berusaha menggali jawabannya. "mungkin kita bisa mendpaat dr siswa dengan nilai tertinggi semester kemarin"jawabnya

The key of future | Stephen x ChristineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang