trauma

4 0 0
                                    

Suara gemuruh langit mengisi kesedihan orang-orang yang hadir di pemakaman salah satu dokter terbaik itu. Semua orang berduka dan merasa kehilangan saat itu. Bahkan langitpun ikut menangis dibuatnya.

Stephen Strange, akhirnya memberanikan diri untuk datang di pemakamannya, setelah absen pada ibadah Gereja tadi pagi untuk menyampaikan kata-katanya.

Namun nampaknya ia tidak melihat jadwal, karena saat ia datang, semua orang pergi. Bagus untuknya, ia tidak suka keramaian. Berbeda dengan Josh.

Kemeja hitam dengan satu kancing sibiarkan terbuka serta luaran coat untuk menghangatkan tubuhnya dari dinginnya hujan. Tak lupa kacamata hitam untuk menutupi matanya, itulah pakaian terbaiknya untuk mengantar sahabatnya untuk yang terakhir kalinya.

Sebelum semua orang pergi, ia sempat melihat Christine disana. Walau dengan penampilan yang tidak mudah dikenali, ia tahu itu Christine begitupula sebaliknya, Christine tahu itu Stephen.

Walau mata mereka terhalang oleh kecamata hitamnya, mereka dapat melihat pandangan satu sama lain mengisyaraktkan kehilangan. Stephen sangat butuh Christine saat ini. Namun ia hanya bisa melihatnya tanpa menyentuhnya. Lebih buruk dari itu, Christine meutuskan kontak dan pergi meninggalkan Stephen sendirian disana.

Lelaki itu tahu artinya. Bahwa Christine membencinya sekarang. Ia menatap batu nisan itu.

~Josh Joseph Turner, 1982-2014~

"First my mom, then Donna, and you're gonne leave me the same as they did?"

Segelintir memori tentang masa lalunya terputar jelas di ingatannya saat itu.

_______

"Kak... Kakak tolong aku!!!"

_______

"Stephen, maafkan ibu nak.."

_______

"ANAK TIDAK TAHU DIRI. MATI SAJA KAMU!

_______

Tangannya bergetar hebat memegang gagang payung itu. Ia menunduk, tidak dapat menengakkan kepalanya. Hanya diam didepan makam sahabatnya. Merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya. Stephen Strange.

Keesokan harinya, ia masih harus menjalankan pekerjaannya sebagai seorang dokter, namun kali ini tanpa Josh. Strange berusaha meyakinkan pada dirinya bahwa lelaki tersebut masih ada, menemaninya membuntuti Christine di Rumah Sakit ini diam diam dengan imbalan makanan di kantin. Bersama membuat lelucon tentang Direktur Rumah Sakit ini yang dimarahi kepala Institut Kesehatan karena menggelapkan dana perusahaan, atau menertawai Dr. Nick West yang "kurang ilmu" karena meminta bantuan Christine terus menerus.

Saat ia tengah melamun, seorang suster membuka pintu kencang sekali membuat Strange terkaget. "Ada apa?"

"Korban darurat dok" jawab Suster itu menemani Strange berlari keluar. "Penyebab?" Tanya Strange singkat. "Luka tembak. Di kepala." Strange menggeleng malas "another ciriminal."  Keluhnya.

Ia sudah sampai di lobby Rumah Sakit dan melihat Christine disana sudah mengecek korban yang baru diturunkan dari Rumah Sakit. Mata mereka sempat bertemu untuk beberapa detik dan langsung terputus saat Christine menoleh. "Detak jantung normal, suhu tubuh normal namun tekanannya terlalu tinggi." Jelas Chrisrtine pada Stephen dibalas anggukan. Sepertinya mereka akan menjadi partner di operasi kali ini. "Bagus, segera kita bawa ke ruangan" perintah Strange.

Sebelum itu, ia sempat melihat wajah sang korban. Wajah itu, mengingatkan ia pada masa lalunya. Strange sangat terkejut hingga ia lupa menghirup udara disekitarnya. Ia berusaha menormalkan napasnya.

The key of future | Stephen x ChristineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang