convince

2 0 0
                                    

Christine pulang dengan agak semangat ingin menguji neneknya tentang apa yang ia rasakan kali ini. "Bagaimana kabarmu hari ini––" "baik nek. Nek sekarang ceritakan padaku tentang irang yang jatuh cinta tersebut, apa yang ia rasakan menurut nenek sekarang?" Christine langsung memotong ucapan neneknya. Neneknya hanya mengehela napas melihat cucunya sangat bersemangat.

"Saat orang itu akhirnya tidak sengaja bertemu dengan orang yang selama ini ia cari, kebahagiaan akan terpancar dari dirinya saat itu juga. Perasaannya semakin bertsmbah kuat." Jelas neneknya membuat senyum tercetak di wajah Christine.

"ternyata enak itu ya nek saat orang jatuh cinta, bisa membawa kebahagiaan" tutur Christine mengalihkan perasaan bahagianya agar tidak terlihat seperti orsng dalam cerita neneknya sendiri.

Sang nenek dapat melihat aura berseri dari cucunya, namun ia memikirkan sesuatu yang lain. "Kau salah Christine, cinta bukan hanya tentang kebahagiaan saja."

Keesokan harinya saat Christine sedsng melihat-lihat akun sosial media Stephen dan mencari tahu segala tentang dia, notifikasi grup fakultasnya masuk. Itu tenang kegiataan Pendalaman Materi yang dibawakan oleh salah satu Narasumber esok hari. Ternyata tidak hanya materi, namun juga akan ada praktek dan pembagian kelompok.

Christine melihat pembagian itu, mencari namanya dan ternyata ia aberada di kelompok 4. Namun saat ia tengah melihat nama teman seanggotanya, suatu hal luar biasa terjadi.

"Stephen Strange"

Nama tersebut muncul tepat di baris paling bawah di kelompoknya.

Christine tidak dapat menahan kebahagaiaan ini, ia melempar HP nya kekasur dan langsung berdiri. Ia melompat kegirangan sangat, beberapa kali ia coba netralkan perilakunya agar tidak terdengar oleh sang nenek. Ia sangat bahagia hari itu.

Esok paginyaz Chrsrtine sudah siap dari jam 6 pagi, padahal kelas pertamanya baru dimulai jam 8. Kali ini riasan yang ia gunakan sedikit berbeda, sambil menonton tutorial dari Youtube dan menyenandungkan lagu-lagu kasmaran.

Ia tiba di kelas dan sedikit tidak sabaran akan berakhirnya seluruh kelas yang ia harus masuki hari ini, sebab Pendalaman Materi baru dimulai pukul 1 siang.

Tiba jam 1 pas dan Christine langsung memasuki ruang seminar, banyak kursi masih kosong disitu karena sudah menjadi budaya disana bahwa telat adalah sesuatu yang diharuskan.

Setelah menunggu 10 menit dan kursi-kursi sudah mulai terisi, sang moderator mulai menjelaskan materinya. Semua menyimak dan mencatat namun tidak dengan Christine yang beberapa kali melempar pandangan kekanan dan kiri, ia tidak dapat menemukan Stephen disana. Ia mencoba berpikir positif mungkin Stephen telat.

Materipun berakhir, kini giliran moderator membagi kelompok. Semua sudah berkumpul dalam kelompoknya termasuk Christine, namun Stephen belum kunjung datang membuat Christine sedikit kecewa. Ia berharap, sangat bahwa Pria itu sekarang ada disampingnya.

Kelompok Christine memutuskan untuk mengerjakan tugas kelompoknya di taman kampus mencoba mencari udara segar katanya, namun itu tidak berlaku bagi Christine yang sudah tidak minat dengan semua ini.

Mereka telah sampai dan seorang dosen mengabsen mereka satu-persatu. Terhitung 2 orang tidak masuk dan terakhir giliran nama Stephen dibacakan. Seorang mahasiswa menyahut "seorang Stephen Strange tidak mungkin ikut kegiatan seperti ini pak, hanya membuang-buang waktu katanya" dan langsung disambut tawa keras sejumlah siswa. Christine yang mnendengar itu terdiam, bagaimana ia lupa sifat Strange yang agung itu.

Sampai ke rumah Christine ingin langsung menunu kamarnya, mengabaikan rutinitas dengan neneknya untuk hari ini saja.

"Christine, kau baik baik saja?" Tanya neneknya khawatir melihat wajah Christine yang sangat lelah, berbanding terbalik saat ia mejajakan kaki keluar rumah ini tadi pagi dengan begitu riang.

"Aku baik-baik saja nek, hanya kelelahan. Mungkin kita tidak melakukan diskusi dulu hari ini." Ujarnya menuju ke kamar.  "Kenapa?" Tanya neneknya.

"Karena orang dalam cerita itu sedang merasakan patah hati saat ini. Kau mungkin akan mengatakan bahwa orang itu sangat bahagia mendapat kesempatan untuk bersama orang yang ia sukai. Ia sangat bersemangat untuk hari yang ia tunggu, hingga hari itu tiba dan orang itu tidak ada disana. Saat itulah dia merasakan bagaimana rasa sakit salam hatinya. Itu yang akan kau katakan kan nek?" Jelas Christine, nadanya bergetar. Ada kemarahan, kesedihan dan kesepian disana. Sang nenek terdiam mendengarnya. Christine memasuki kamarnya, merebahkan tubuhnya dan menangis. Ia yang selama ini menganggap remeh saat mendengar cerita temannya saat baru putus dengan pacarnya, baru kali ini merasakan hal yang sama.

"Aku tidak tahu mengapa aku menangisi dia. Dia bahkan tidak melakukan kesalahan apapun. Ekspetasiku yang menghancurkanku sendiri."

Besok. Besok adalah hari kedua sekaligus terakhir Pendalaman Materi, Christine tidak mau lagi berekspetasi. Namun dalam lubuk hatinya, keinginan untuk melihat Stephen masih ada. Hingga untuk kedua kalinya ia merasakan kecewa itu lagi.

Satu minggu, butuh satu minggu untuk dapat menyembuhkan luka pertama yang diakibatkan cinta itu. Christine sudah dapat tersenyum lagi, kali ini ia berjanji tidak akan memikirkan Stephen lagi. Saat sedang makan di kantin dengan sahabatnya Louise, tak sengaja bola matanya menangkap satu sosok yang minggu lalu membuat matanya sembab.

Stephen Strange.

Tidak! Ia tidak sendiri kali ini, melainkan bersama seorang perempuan disampingnya. Mereka berdua duduk bersampingan sambil menonton film dengan layar hpnya dan menyambungkan satu kabel earphone berdua. Lihat betapa serasinya mereka.

Christine kenal wanita itu, Maya. Namun sepengetahuannya Maya sudah memiliki pasangan. Entah mengapa hati Christine seperti mengeluarkan perasaan tidak suka dengan pemandangan ini.

"Lou, kau kenal Maya?" Tanya Christine pada Louise yang sedang menyantap makananya. "Iya kenal" "Setahuku dia sudah ada pasangan bukan ya?" Tanya Christine pada Louise kembali. Louise mengangguk.

"Lalu, mengapa ia masih duduk berdua dengan Stephen disana?" Sedikit menunjuk keberadaan nereka berdua membuat Louise paham. "Oh, mereka berdua memang dekat. Di organisasi mereka satu divisi, Maya ketua dan Stephen wakilnya" jelas Louise. Christine hanya mengangguk. "Apakah sedekat itu?"

Berkali-kali Christine mencoba meyakinkan hatinya. "Dia bukan milikku, jangan bertingkah egois Christine. Dia berhak dekat dengan perempuan mana saja."

Christine pulang dan melihat neneknya sudah duduk di sofa seakan menunggu kehadirannya. "Aku melihatnya bersama perempuan lain" terdapat kepasrahan disana. Neneknya menepuk sofa menyuruh Christine untuk duduk.

"Jadi kau sudah mengerti bagaimna orang saat jatuh cinta?"tanya neneknya yang dijawab anggukan oleh Christine. Tidak ada yang tahu siapa cinta sejati kita, kau tidak perlu mencarinya, ia yang akan menemukanmu. Kau paham maksud nenek?" Christine paham arah pertanyaan neneknya.

"Nenek bukannya melarang kau untuk melanjutkannya, namun nenek hanya ingin kau membuat prioritas. Jangan sampao perasaan ini mengganggu kegiatan belajarmu disaana. Ingat saat kau mengatakan pada nenenk tujuanmu berkuliah disana."

"Lulus pada usia 23 tahun" jawab Christine yang dihadiahi senyun lebar oleh neneknya. Christine sadar bahwa ia telah melakukan perjalanan hebat mencari arti Cinta, sekarang ia harus kembali kepada impiannya dan biarkan apa yang terjadi mengalir dengan sendirinya. Christine mengubah duduknya menjadi berbaring dikaki neneknya. Sang nenek pun mengelus kepala Christine.

"Aku minta maaf nek, apa yang sudah aku lakukan itu bodoh." Ucap Christine menyesal. Nenek yang bodoh jika menyalahkan orang yang sedang kasmaran." Christine tertawa sedikit, ia pernah mendengar bahwa logika tidak berjalan saat kita sedang jatuh cinta.

"nenek marah padaku?" Tanya Christine. Yang malah membuat neneknya tertawa " Tidak mungkin nenek bisa marah pada cucu nenek sendiri." Dan mereka berdua tertawa bersama sama setelahnya. Saat itu, Christine mengacuhkan perasaan yang tumbuh dalam hatinya, menguji apakah perasaan itu akan tetap ada disana setelah ujian akhir. Dia akan mencapai cita-citanya terlebih dahulu dengan perasaannya pada Stephen Strange yang kian kuat setiap harinya.

Flashback Off

The key of future | Stephen x ChristineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang