CEI: SUDAH TERKUBUR Mad-Writer

149 22 1
                                    

CEI: SUDAH TERKUBUR Mad-Writer

Gwyneth bisa merasakan nafasnya sendiri, begitu tenang, hangat juga nyaman. Tetapi begitu ingat si bocah kecil berambut keriting yang bersamanya, matanya langsung membuka. Tegang. Sangat tegang. Ia menyentak tubuhnya agar terduduk.

Lalu suara wanita muda terdengar. "Jangan bangun dulu... kau masih sakit." Wanita itu memegang pundak Gwyn.

"Kip..." Suara Gwyn terdengar serak.

"Oh, anak itu. Dia tidak apa-apa, malah sekarang sedang bermain dengan anak-anak lain." Si wanita tersenyum lembut. "Namaku Aorin, puteri dari Aokha, kepala suku Akahnea."

"Gwyneth..." ia menyentuh dahi yang terasa pusing. Berusaha mengingat kejadian setelah ia dan Kip terlempar dan tenggelam di laut. Namun ia tak menemukan satu memori pun.

"Kakakku, Athero menemukanmu ketika berlayar ke Laut Ergyla. Kurasa ayah kami mengenalimu dan membawamu ke desa ini untuk disembuhkan."

Gwyneth memejamkan mata, nafasnya kembali teratur. Kip selamat, syukurlah.

"Hmm... kau adalah cei, kan?"

Mata Gwyneth kembali membuka.

"A-aku tidak bermaksud... tapi senjatamu, em... bagaimanapun aku harus mengganti bajumu. Aku melihatnya, tanda ukiran es di jantungmu..." suara Aorin melemah saat mengatakan kalimat terakhir. "meskipun samar tanda itu-hei, apa yang kau-" ucapan Aorin terputus saat Gwyneth menyingkap pakaiannya hingga kulit di bagian jantungnya terlihat. Benar kata Aorin, tanda itu menjadi samar. Padahal seharusnya ia berwarna hitam pekat. Namun sekarang terlihat bagai tinta kusam yang hampir terhapus.

"Ayahku bilang, aku harus membawamu kepadanya ketika kau sudah sadar." Ajak Aorin.

==oOo==

Akahnea adalah nama suku sekaligus desa di bagian utara Kota Thak'avur, di Wilayah Meshallah yang masih termasuk Benua Aurelia. Gwyneth merasa aneh saat keluar dari rumah dengan pakaian adat Akahnea, berupa terusan yang dirajut dengan benang merah dan turquoise. Rambut hitamnya yang dulu dipilin acak-acakan kini dikepang rapih oleh Aorin. Kip menghambur ke arah Gwyneth ketika melihat wanita itu keluar dari gubuk Aorin. Senyumnya berseri-seri, dan ia tak memakai kain compang-camping lagi.

"Kita selamat Gwyn! Dan aku dapat baju baru!" Ia memamerkan celana merah dan baju dari kain katun yang ia kenakan. Anak-anak desa yang lain bergerombol di belakangnya.

Gwyneth menangkap kepala Kip dan mengacak-acak rambutnya. Setelah itu ia mengikuti Aorin melintasi jalan petak batu. Di kanan kiri jalan itu terdapat rumah-rumah penduduk yang terbuat dari batu putih dan olahan pasir. Bentuk bangunannya berupa kotak-kotak dengan jendela bertralis tongkat kayu. Para penghuninya terlihat sibuk melakukan kegiatan di pelataran rumah. Ada yang menyulam, membuat bata dari pasir atau menjemur pakaian. Gwyneth melihat para penduduk menyapa Aorin dengan ramah. Bukti bahwa gadis itu sangat disukai oleh mereka.

"Kau sangat disukai di sini, ya," ujar Gwyneth tanpa sengaja. Padahal tadi ia hanya berpikir, tak menyangkan mulutnya juga ikut bergerak.

"Ya, mungkin karena aku anak kepala suku." Aorin tersenyum. "Ah, kita sudah sampai."

Mereka tiba di bangunan putih. Mirip dengan rumah lain tetapi memiliki banyak ornamen kerang menempel pada dinding luarnya. Aorin mempersilakan Gwyneth masuk. Lalu mereka bertemu dengan dua pria. Yang satu terlihat muda dan yang satu lagi tua renta. Mereka adalah Athero dan Aokha.

"Nona..." Aokha meminta Gwyneth untuk mendekat. Entah mengapa Gwyneth merasa kenal pada kakek itu.

"Apakah aku mengenalmu?" tukas Gwyn dengan mata menyipit. Lagi-lagi, ia menunjukkan reaksi emosi seperti manusia.

EVERNA SAGA lintas.masaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang