Eka

363 38 2
                                    

     Oryza Sativa memiliki arti padi. Sang pemberi nama berharap yang diberi nama seperti padi, semakin berisi semakin merunduk. Semakin banyak ilmunya semakin rendah hatinya dalam artian positif. Nama tersebut diberikan 18 tahun silam pada gadis yang kini sedang sibuk mencari sinyal di tengah-tengah rimbunnya pepohonan hutan. Beberapa saat yang lalu ada pesan yang masuk di android nya berisi pemberitahuan penerimaan mahasiswa baru di salah satu universitas ternama.

Oryza tidak sadar dirinya terpisah dari rombongan saat mencari sinyal guna membalas pesan yang masuk. Perhatiannya tertuju pada layar android nya.

"Ck mana sih sinyalnya?"
Kening Oryza berkerut saat ikon sinyal di android nya malah berubah tanda silang, artinya tidak ada sinyal sama sekali.

"Aw!"
Oryza terpekik saat kakinya secara tidak sengaja tersandung akar pohon yang mencuat dari tanah. Beruntung android nya terpasang di gantungan lehernya jadi tidak jatuh ke tanah.

Oryza celingukan, sadar ternyata dirinya telah terpisah dengan rombongan temannya. Oryza berusaha mencari petunjuk arah rombongan nya pergi. Menjadi gelisah saat dirinya tidak dapat menemukan petunjuk apapun..

Oryza mengatur suasana hatinya agar tenang dan bisa memecahkan masalah. Oryza melihat sekeliling lagi, mengamati medan sekitar. Pencahayaan tempatnya berada redup, pohon pohon disekitar tumbuh sangat rimbun, menghalangi sinar matahari dengan sedikit celah. Oryza mengingat sisi selatan bukit mungkin memiliki lebih banyak vegetasi/ tumbuhan daripada sisi utara dan lumut lebih sering tumbuh di sisi utara dari sebuah pohon, karena lebih lembab. Oryza mulai meneliti pohon disekitarnya lebih dekat. Mencari keberadaan lumut. Oryza ingat masuk hutan lewat arah barat. Jadi jika dia menemukan lumut dia tinggal menyusuri arah barat.

Setelah memastikan pertumbuhan lumut di pohon, Oryza mulai menyusuri jalan yang dia yakini sebagai arah barat tempat awal masuk hutan. Namun semakin jauh Oryza berjalan semakin berkerut dahinya. Dia merasa hutan yang dia susuri terasa berbeda. Vegetasi yang ada terlihat lebih besar dari ukuran normal. Awalnya dia melihat jamur berukuran sebesar bola sepak, Oryza merasa takjub karena sebelumnya hanya melihat jamur jumbo di gambar saja. Lalu merasa aneh saat ternyata bukan hanya jamur saja yang berukuran besar. Daun daun pepohonan nya juga lebih lebar 2 kali lipat dari daun pada umumnya.

Oryza menghentikan langkahnya dan mulai memperhatikan sekitar. Dia melihat pohon ciplukan ( golden berry) dengan ukuran sebesar kepalan bayi. Umumnya pohon ciplukan tumbuh setinggi 30 sampai 50 cm. Tapi pohon yang Oryza temui tumbuh setinggi dadanya. Sedangkan Oryza memiliki tinggi badan 165 cm. Oryza memetik buah ciplukan yang berwarna kuning, mengamati sebentar. Ciplukan itu sama dengan yang pernah dia lihat selain ukurannya yang lebih besar. Oryza mengupas kelopak buahnya, mencium aromanya yang ternyata juga sama lalu menggigit nya. Buah ciplukan nya terasa normal, manis dan asam.

Oryza ragu-ragu untuk melanjutkan perjalanannya. Apakah jalan yang dia ambil benar?
Oryza menoleh ke belakang berpikir, apakah dia kembali saja mencari rombongan nya ? Mungkin masih bisa terkejar?
Ragu ragu Oryza berbalik arah. Namun hanya lima langkah dia kembali berjalan ke arah barat lagi karna merasa belum terlalu jauh dari arah dia masuk hutan.
  
                      °°°°°°°°°°°¥°°°°°°°°°°°°

     Oryza melihat jam tangannya. Sudah 1 jam dia berjalan dari arah awal dia tersesat. Tapi tak kunjung terlihat jalan keluarnya. Merasa lelah, Oryza melepas tas Carrier nya. Menjadikan tas itu sebagai tumpuan tubuhnya. Mengeluarkan botol air dari kantong samping tas, Oryza meneguknya untuk menghilangkan dahaga yang menyerang setelah satu jam berjalan. Cahaya di sekitar semakin redup. Oryza berharap bisa meninggalkan hutan sebelum gelap.

Oryza merasa lelah. Dalam keheningan, dia samar-samar mendengar suara kunyahan. Seketika kepalanya tegak. Telinganya berusaha mendengar arah suara kunyahan dengan lebih jelas. Dengan hati-hati Oryza mendekat ke arah suara hewan yang sedang makan. Dia melihat hewan hitam berkaki empat dengan tanduk di kepalanya, sedang makan rumput. Hewan itu adalah kambing yang ukurannya lebih besar dari kambing yang pernah Oryza lihat.

" Floranya pada besar besar, sekarang faunanya pun lebih besar dari ukuran biasanya" Oryza menggumam.

Grrrr~~
Perut Oryza mulai bergemuruh karna lapar.
Tubuh Oryza mendadak kaku saat kambing yang sedang makan, tiba-tiba menoleh saat mendengar gemuruh perutnya.

Dengan pelan Oryza mencangklong tasnya, lalu berlari menjauh dari tempat makan kambing dengan sekuat tenaga. Samar-samar dia mendengar suara langkah kambing yamg mengejar nya. Oryza berlari kencang tanpa arah. 

Oryza semakin panik saat suara kambing yang mengejar nya semakin dekat, membuatnya tidak memperhatikan langkah kakinya, sehingga berujung kaki nya tersandung dan tubuhnya berguling ke lereng.

"Aaaaa"
Oryza menjerit ketakutan, tangannya berusaha menggapai sulur sulur tanaman untuk mengurangi kecepatan jatuhnya.

Buk..
"Ssss.."
Oryza meringis kesakitan, beruntung lereng tempatnya jatuh tidak terlalu tinggi dan curam. Jadi lukanya tidak fatal.

Oryza berusaha bangkit, kakinya terasa sakit, telapak tangannya terasa perih karna goresan tanaman.  Oryza melihat kambing yang mengejarnya sedang mengawasinya dari atas lereng. Dengan tertatih, berusaha menahan rasa sakit, Oryza berjalan menjauh dari lereng sampai kambing yang mengejarnya tidak terlihat.

Oryza berhenti berjalan saat dirasakannya sudah aman dari kambing tersebut. Melihat sekeliling untuk mencari tempat aman untuk mengobati lukanya. Dengan teliti dia mengamati sekitar sampai penglihatan nya melihat lubang gua yang tertutup berbagai macam pohon bunga. Jika tidak hati-hati maka lubang gua tersebut tidak akan terlihat.

               °°°°°°°°=°°°°°°°°=°°°°°°°°=°°°°°°°
19 juni 2022

HarvestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang