sat

204 38 1
                                    

        Dengan bantuan Ren, Oryza tertatih-tatih mengikuti Ren ke tempat tinggal Ren. Sesekali mereka berhenti untuk beristirahat karena jarak yang lumayan jauh dari tempat mereka bertemu,gua.

"Apa masih jauh?" Oryza bertanya untuk yang kesekian kalinya.

" Tidak, hampir sampai." Dan Ren mengulangi jawaban yang sama untuk ketiga kalinya.

"Kamu dari tadi bilang hampir sampai, tapi tidak sampai-sampai." Oryza berujar dengan kesal.

" Iya, maaf. Ini beneran udah mau sampai,kok."
Ren merasa bersalah melihat Oryza yang kepayahan.

" Bisa istirahat bentar? Aku capek."

" Baik."
Dengan hati-hati Ren membantu Oryza duduk bersandar pada batang pohon.

"Air minum, tolong!" Oryza mengulurkan tangannya,meminta botol air minum yang berada di kantong tas yang sedang di bawa Ren.

Saat pertama kali Oryza minta air minum yang ada di tas Oryza, Ren sempat kebingungan karena tidak menemukan kantong kulit binatang yang biasa digunakan beastman atau tabung bambu yang di gunakan elf.
Ren meneliti  wadah yang di gunakan Oryza untuk wadah air minum. Dia sempat kagum dengan kepraktisan botol air Oryza yang mudah di pegang dan anti tumpah. Bahan yang di gunakan untuk tas Oryza juga tidak terlihat terbuat dari kulit binatang. Tapi terasa kuat.

Ren menyerahkan botol minum pada Oryza yang isinya tinggal sedikit. Oryza meminum air nya dalam sekali teguk sampai tak bersisa. Sebelumnya dia beberapa kali  menawarkan air pada Ren, tapi Ren menolak karena tidak merasa haus.

"Air minum ku sudah habis, jadi kita harus segera sampai di tempat tinggalmu sebelum aku haus lagi." Oryza memperingatkan Ren dengan tatapan tajam.

" Iya, bener-benar sebentar lagi." Ren menjawab sambil mengusap tengkuknya pelan.

"Haduhhh,, capek banget!" Oryza mengipasi area lehernya yang terasa gerah dengan kedua tangan.

Ren berinisiatif mengambil daun kering untuk membantu mengipasi Oryza yang kegerahan.

" Kamu satu-satunya yang tinggal di hutan? Gak ada elf lain gitu?"

" Tidak, ada beberapa suku dalam klan elf hutan. Dan aku termasuk suku elf lotus. Dalam suku elf lotus terdapat 250 elf."

" Kok, aku gak liat ada elf lain? Gak ada tanda-tanda keberadaan nya juga?"

" Tadi kita beberapa kali melewati pohon elf, tapi sepertinya para penghuninya sedang mengumpulkan makanan, jadi kita tidak bertemu mereka."

"Eh, beneran? Kok aku gak ngeh sih?" Oryza celingukan mencari pohon tempat para elf tinggal.

Ren merenung sebentar berusaha memahami perkataan Oryza yang sedikit kurang dimengerti.
" Eee.. iya tadi terakhir kita melewati pohonnya Alder."

" Kamu enggak capek atau haus gitu? Kita jalannya jauh banget lho ini !" Oryza menatap Ren dengan heran karena tidak terlihat tanda-tanda kelelahan. Bahkan sama sekali tidak ada setetes pun keringat yang menetes pada Ren.

" Aku masih menyimpan lumayan energi alam saat manunggal , jadi aku belum merasa haus dan kekurangan tenaga."

" Wah , enak ya jadi kamu!. Gak perlu makan dan minum."

" Tidak juga, aku masih butuh makan dan minum saat tidak manunggal ,dan itupun gak bisa asal  manunggal. Karena beresiko tinggi."

" Ohhh gitu. Btw kamu udah berapa lama  manunggal ?"

"Baru 3 bulan." Ren menjawab dengan disertai senyuman. Dia merasa senang karena tidak butuh waktu lama dari dimulainya manunggal  , garwonya sudah muncul.

" Wow udah lama ya...normalnya manusia gak bisa tanpa makan dan minum selama itu." Mata Oryza berbinar takjub.

Ren mengusap leher belakangnya, merasa malu dengan tatapan Oryza.
" Itu sebenarnya dihitung sebentar daripada elf-elf lain yang bisa bertahun-tahun  manunggal, elf terlama  manunggal sampai 20 tahun."

" Dan masih hidup?"

" Iya, dia jadi tetua  di klan."

" Wow!!"

____________

     Oryza berdiri di depan pohon raksasa, pandangannya memindai pohon di depannya. Setelah berjalan selama hampir 2 jam, akhirnya Oryza dan Ren sampai di rumah pohon Ren.  Saat Ren berkata telah sampai di pohonnya, Oryza sempat bingung karena  tidak ada tanda-tanda keberadaan bangunan tambahan di atas pohon seperti rumah-rumah pohon yang selama ini Oryza ketahui.

     Pohon rumah Ren sangat besar, memiliki diameter kurang lebih 7 meter, tinggi pohon mencapai 20 meter. Pintu masuknya hanya lubang tanpa pintu dengan tanaman merambat yang mengelilingi sekitarnya. Ada beberapa pohon buah yang tumbuh di sekitar pohon rumah Ren. Yang paling mencolok adalah buah pisang, karena buahnya sudah mulai kekuningan. Sementara pohon lainnya masih belum berbuah. Beberapa  pohon familiar untuk Oryza, beberapa lainnya tidak dia ketahui.

"Ayo masuk!! Kamu bisa istirahat di dalam pohon." Ren memimpin masuk ke dalam pohon.

"Oke."
Dengan hati-hati Oryza masuk ke dalam pohon.

Ada ruangan yang cukup lebar didalam pohon, dengan cahaya yang masuk melalui pintu terbuka membuat ruangan itu terlihat jelas. Dalam ruang pohon ada tangga melingkar yang langsung diukir dari rumah pohon, menempel pada dinding pohon.  Dalam ruangan ada potongan panjang batang pohon yang digunakan untuk duduk, ada 4 buah batang panjang yang di letakkan saling berhadapan.

Ren menoleh pada Oryza yang sedang meneliti pohonnya.
" Ayo naik! "

Saat naik ke lantai dua pohon, pencahayaannya redup hanya samar-samar sinar matahari masuk melalui celah kecil di dinding pohon. Ruang di lantai dua dibagi menjadi dua, satu bagian menjadi tempat tidur dengan tumpukan jerami yang menjadi alas tidur, bagian lainnya menjadi utilitas.   Dan ada tangga lagi di lantai dua.

" Di atas tempat apa?" Oryza bertanya dengan menunjuk pada lantai tiga pohon.

Ren mengikuti arah yang ditunjuk Oryza.
" Tempat menyimpan makanan untuk musim dingin."

"Ooh.." Oryza mengangguk paham.

" Istirahat lah! Kamu bisa tidur di sana." Ren menunjuk pada tumpukan jerami yang dijadikan tempat tidur.

"Bagaimana denganmu? Kamu istirahat dimana?" Oryza bertanya dengan ragu. Khawatir Ren akan ikut berbaring berbagi ranjang dengannya.

" Aku akan pergi menemui pemimpin suku."

" Oh oke."

" Baiklah, kamu istirahat lah, aku pergi dulu." Ren mengusap rambut Oryza sebelum berbalik turun untuk keluar pohon.

HarvestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang