Sapta.

113 20 4
                                    


   Oryza berbaring lurus di ranjang kayu yang menyatu dengan rumah, di atasnya ditutupi jerami kering dengan berbantal kedua telapak tangannya yang disatukan.
Menatap langit-langit kayu di atasnya, rasanya masih tidak bisa percaya bahwa kini dia berasa di dunia lain. Dunia tanpa segala kemudahan teknologi. Dunia yang dipenuhi makhluk mitos,elf dan beastman. Padahal dia telah belajar dengan giat agar bisa kuliah di universitas impiannya. Tapi takdir berkata lain. Manusia hanya bisa berencana tapi tuhan yang menentukan akhirnya.

Huftt...
Oryza menghembuskan nafas lelah. Hatinya masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dia telah berpindah dunia.

Gruuuk~~
Oryza mengusap perutnya yang mulai berbunyi karena lapar. Sepertinya perjalanan dari gua ke rumah pohon Ren, telah mengkonsumsi energi dari buah-buahan yang dia makan tadi pagi.

Oryza ingat masih ada 2 cup mie seduh di dalam tas Carrier nya. Dengan semangat dia bangkit dari tiduran dan mengambil tas yang Ren  letakkan tidak jauh dari ranjangnya.  Oryza merogoh isi tas, mencari keberadaan mienya yang lumayan dalam.

Mata Oryza berbinar senang saat mengeluarkan  sebuah mie dan termos  yang berisi air panas. Dia membuka tutup cup, menuangkan bumbu mie, menyeduh dengan air panas lalu menutup mie.  Sambil menunggu mie siap disantap Oryza mengecek sinyal Android nya dengan sedikit harapan. Namun Oryza harus menelan kekecewaan karena ikon sinyal masih berupa tanda silang. Dengan putus asa Oryza hanya bisa menggeser acak layar androidnya.
Tidak butuh waktu lama, mie siap dimakan, Oryza mengupas telur yang dia masak kemarin pagi. Ada 2 butir telur, Oryza mengupas semuanya karena khawatir busuk jika tidak segera dimakan. Oryza memasukkan telur rebus ke dalam cup mie dan mulai menikmati mienya.

Slurpp~~

Suara menghisap mie terdengar di ruang yang sunyi.

Ahhh...

Oryza mendesah puas setelah menghabiskan satu cup mie dengan 2 telur. Dia mengusap-usap perutnya yang terasa penuh.
Oryza memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar  rumah pohon untuk mencerna makanannya.

Oryza keluar dari pohon, berdiri di depan pintu masuk. Menyaksikan pemandangan di depan matanya yang didominasi warna hijau. Sejauh mata memandang hanya ada dedaunan yang rimbun. Sinar matahari menerobos melalui celah-celah daun. Suara burung berkicau menjadi samar-samar terdengar. Gesekan antar daun menjadi musik yang selalu terdengar saat angin meniup.

Oryza berjalan jalan di sekitar rumah pohon Ren, belajar dari pengalaman tersesat yang menyebabkan Oryza terdampar di dunia fantasi, Oryza mengeluarkan pisau Swiss dari saku celananya, untuk membuat tanda pada pohon yang dia lewati. 

Sebagian besar tumbuhan adalah flora yang tidak Oyza kenali. Dia hanya mengenali  pohon buah yang  telah berbuah, diantara pohon buah yang dia lihat ada pohon buah mangga, leci, apel.
Dan sekarang Oryza berdiri di bawah pohon pisang yang besar, warna kuning kemerahan menarik untuk di petik.

Oryza menatap pohon pisang yang terlihat subur dengan heran. Karena setahunya pisang adalah buah tropis, sedangkan Kuntiniti memiliki 4 musim, yang diantaranya ada musim dinginnya.

"Sepertinya pisang nya beradaptasi dengan baik.  Hebat bisa bertahan dengan perubahan iklim yang ekstrim." Oryza menepuk-nepuk pohon pisang, seolah menepuk kepala anak yang melakukan pekerjaan dengan baik.

" Boleh diambil gak nih buahnya? Jangan-jangan ada yang punya?" Oryza celingukan mencari keberadaan makhluk yang mungkin menjadi pemilik pohon buah pisang.

Tidak menemukan seorang pun,  Oryza dengan percaya diri memetik buah pisang yang paling unjung di tandan pisang.  Tidak terlalu tinggi, Oryza bisa menjangkaunya tanpa berjinjit, hanya berdiri tegak.  

Oryza memilih duduk bersandar pada pohon besar disebelah pohon pisang untuk menikmati buah pisang yang telah dia petik. Dia memetik satu pisang karena ukurannya yang jumbo.  Rasanya manis dengan sedikit asam.

Oryza baru saja menyelesaikan makan sebuah pisang saat indera perungunya menangkap bunyi gesekan. Seketika Oryza menegakkan tubuh, mempertajam pendengaran nya.  Gesekan terdengar semakin dekat. Dengan pelan Oryza berdiri, menghunuskan pisau dengan waspada pada arah gerakan.  Samar-samar bayangan berbulu putih terlihat, tidak terlalu besar.

"Hufttt...." Oryza mendesah lega saat bertemu tatap dengan mata biru makhluk yang muncul.

" Ternyata anak kucing, ya ampun pus pus. Ngagetin aja kamu"
Oryza dibuat jatuh cinta saat melihat kucing remaja yang tiba-tiba muncul. Bulunya lebat berwarna putih keperakan dengan garis hitam di kanan kiri tubuhnya. Matanya biru cerah, menatap Oryza dengan kepala yang dimiringkan, seolah sedang menilai Oryza.

Dengan hati-hati Oryza menghampiri si kucing. Karena bagaimanapun ini di hutan dan sebagian besar makhluknya liar.  Meskipun kucing yang muncul tidak terlihat liar.

Mata biru si kucing menatap tanpa rasa takut saat Oryza mendekat dan perlahan mengelus kepalanya.  Oryza dibuat meleleh saat si kucing dengan aktifnya menggesek-gesekan kepalanya pada telapak tangan Oryza.

" Awwwww.. lucu banget sih mpus..."

Oryza mengangkat kucing, menggendongnya untuk dibawa kembali ke rumah pohon Ren.

________#_#_______

HarvestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang