Setelah membersihkan diri, Eleana mengajak Emmanuel untuk membeli sesuatu. Wanita itu pergi tanpa memberitahu siapapun, kecuali anak-anaknya. Eleana tak peduli, jika dirinya membuat heboh orang-orang rumah. Karena mereka pergi diam-diam. Semua pekerja yang berjaga berhasil dialihkan oleh si kembar. Eleana berjanji akan membelikan banyak jajanan untuk mereka semua.
"Nuel mau beli apa?" tanya Eleana menatap putranya yang tampak sumringah.
"Mau itu!" tunjuk Emmanuel ke arah salah satu pedagang yang berjejer rapi.
Saat ini, mereka berada di pasar malam yang tidak begitu jauh dari rumah. Eleana mengetahuinya karena tak sengaja melihat ketika membeli bubur untuk Ezra. Lebih tepatnya, untuk kelima anaknya.
"Ayo kita beli. Mommy juga mau sosis bakar."
Suasana pasar malam ini, tidak terlalu ramai. Untungnya, ada banyak pedagang yang sudah buka. Eleana sangat menyayangkan dirinya yang datang di sore hari. Seharusnya, ia mendatangi pasar malam di malam hari bersama anak-anaknya. Namun, Erland tak mengizinkan orang rumah untuk pergi di malam hari.
Setelah membeli banyak jajanan, mereka pun pulang ke rumah. Eleana bersyukur bertemu tukang ojek yang bersedia membawa makanan yang dibelinya. Tiba di rumah, Eleana langsung disuguhkan oleh semua orang rumah yang berbaris di halaman. Anak-anaknya yang lain juga ikut berbaris. Sejenak, ia terpikir, apakah dirinya berhasil membuat kehebohan?
"Terimakasih ya, Mas." ucap Eleana sembari memberikan lembaran rupiah padanya.
"Iya, sama-sama, Mbak."
Si kembar berlari menghampiri sang Mommy. Mereka sudah tidak lagi merasa takut terhadap kemurkaan Erland. Pria itu seperti kesetanan saat tak mendapati istrinya di rumah.
"Mommy beli apa aja?" tanya Elan berbinar melihat banyak jajanan yang belum pernah mereka rasakan.
"Mommy beli banyak makanan. Kalian bantu Mommy bawa semua ini, ya!"
Eleana menghentikan langkah tepat di hadapan semuanya sudah. Lalu, ia merangkul Edzard dan Ezra. Mengajak keduanya masuk ke dalam. Namun, terhenti oleh Erland yang tidak membiarkan siapapun mengangkat kaki dari halaman rumah yang luas ini.
"Mommy, ayo masuk! Nuel mau makan sosis bakarnya." rengek Emmanuel menarik-narik ujung pakaiannya.
"DIAM!" bentak Erland membuat Emmanuel dan yang lain terperanjat.
Mata Emmanuel berkaca-kaca. Ia langsung bersembunyi di balik tubuh Eleana. Kemarahan Erland adalah ketakutan mereka semua.
"Nuel masuk duluan ya, sama Kak Eidlan dan Kak Elan. Nanti, Mommy menyusul bersama Bang Edzard dan Kak Ezra." ucap Eleana sambil berjongkok-mensejajarkan tubuh dengan putra kecilnya.
"Siapa yang mengizinkan kalian masuk, hah?" teriak Erland saat tiga putranya hendak melangkah pergi.
Dengan gerakan cepat, ia merampas semua makanan dari tangan mereka dan membuangnya ke tempat sampah. Eleana naik pitam. Tidak seharusnya, Erland membuang semua makanan itu.
PLAK
Tamparan keras mendarat di pipi kanan Tuan rumah ini. Semua orang memejamkan matanya sesaat. Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang berani menampar seorang Erland Edrick Evander. Sejenak, Erland tersulut amarah. Ia tak menyangka jika istrinya berani menamparnya. Namun, ketika melihat buliran bening yang mengalir dari pelupuk wanita di hadapannya, seketika membuat amarah Erland meluruh.
"Nggak seharusnya, kamu buang makanan itu! Kamu keterlaluan!!" Eleana menutup wajah menggunakan kedua tangannya. Erland kelabaka melihat istrinya menangis. Selama hidup bersama, Eira tak pernah menitikkan air mata. Sekalipun dalam keadaan tidak baik-baik saja. Wanita itu akan tetap menampilkan wajah tanpa ekspresinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Mommy [END]
Fantasy"Sumpah! Gimana bisa gue ada di dunia halu kek gini, ya Tuhan!! Manalagi gue punya banyak anak! Aarrgghhh!! Jaga ponakan aja gue ogah, lah ini, gue harus ngurus anak dan semuanya laki-laki?!! Belum lagi, gue lagi ngisi!! Hikssss... Ellen.... Tolongi...