"Semua ini gara-gara, lo, Ellen! Gue nggak mau lagi denger review novel yang lo baca, hikkssss... Kenapa gue ada di sini sih? Terus, gimana nasib keluarga gue, karena gue tiba-tiba ilang? Apa nyawa gue dicabut di toilet dan hidup di sini?"
Setelah puas menangis, Eleana pun keluar. Ia terkejut melihat semua anak-anaknya terduduk dan sedang menatap ke arahnya. Sejenak, ia mengutuk penulis tidak waras itu yang telah menciptakan tokoh Eira, si jahat. Anak-anak Eira sangatlah tampan dan bersih. Meski, terdapat beberapa bekas luka di lengan dan kaki mereka. Eleana meringis ketika membayangkan penyiksaan yang dilakukan Eira kepada anak-anaknya.
Walaupun Ellen menceritakan novel tersebut secara garis besar, namun Eleana dapat membayangkan siksaan dan hukuman yang tidak manusiawi. Anehnya, mengapa mereka masih ingin berada di dekatnya? Ah, ia terlupa. Jika kelima anak itu hanya memilikinya, sebagai Mommy mereka. Erland-si Ayah hanya akan kembali ke rumah untuk menghamili istrinya. Dan sekarang, Eleana-lah yang menjadi istri Erland!
'Eira, lo kuat banget sih, hamil dan melahirkan lima anak dan sekarang gue yang hamil anak keenam lo!' benak Eleana.
"Kalian udah makan?" tanyanya membuat mereka semua terkejut.
Masih dalam keterkejutan, Edzard dan adik-adiknya berusaha menjawab pertanyaan dari wanita yang melahirkan mereka. "U-Udah."
Pandangan Eleana teralih pada Emmanuel yang tertidur di sofa. Semua kakak-kakaknya duduk di atas lantai. Entah kemana perginya, Bi Ela dan pengasuh Emmanuel.
"Emmm... Bisa pindahin Nuel ke sana nggak?" ucap Eleana menunjuk brankar yang menjadi tempat tidurnya. "Mo-Mommy masih lemas." lanjutnya ketika tak ada pergerakan dari mereka.
"E-Edzard?" Edzard terkesiap. Ia mendongak-menatap sang Mommy yang untuk pertama kali memanggil namanya.
"I-Iya!" serunya yang langsung membopong tubuh Emmanuel dan memindahkannya ke atas brankar.
Eleana tersenyum. Ia dapat merasakan, jika mereka sangat mengharapkan kasih sayang Eira yang menjadi ibu mereka. Sekarang, ia akan mengambil alih semuanya. Menjadi ibu yang baik demi terhindar dari rencana pembunuhan di kemudian hari.
"Sini duduk di sebelah, Mommy." ucap Eleana yang duduk di bagian tengah sofa panjang.
"Beneran?" tanya Elan menatap takut ke arahnya.
"Iya, Sayang! Ayo sini, duduk sama Mommy!"
Senyum terbit di wajah mereka. Eidlan dan Elan langsung duduk di sebelah Eleana. Seolah keduanya terlupa akan sikap jahat yang dilakukan Eira selama ini. Berbeda dengan si kembar, Ezra masih diam ditempat. Anak laki-laki itu menatap tajam ke arahnya. Seperti mewanti-wanti jika hal buruk akan menimpa adik kembarnya.
"Ezra? Ayo sini, duduk! Edzard juga sini!" Eleana tersenyum hangat dan melambaikan tangan ke arah anak pertama dan anak kedua Eira.
"Mommy inget nama kita? Dokter bilang, Mommy hilang ingatan." ucap Eidlan menatap lekat manik mata Eleana.
"Em... Tadi, Bibi yang kasih tau."
Untungnya, Eleana mengingat nama lima anak laki-laki yang dikenalkan oleh Bi Ela pada saat mengganti pakaian. Jika tidak, pasti dirinya akan kebingungan. Membedakan lima anak itu sangatlah mudah. Edzard adalah anak terbesar, lalu disusul oleh Ezra dan si kembar, kemudian Emmanuel yang gagal menjadi bungsu.
"Ezra, sini duduk disebelah Elan." pekik Eleana ketika anak kedua Eira hendak duduk disebelah kakak sulungnya.
Dengan malas, Ezra menuruti. Ia dan Edzard hanya terdiam mendengar celotehan si kembar dan sesekali Mommy mereka menimpali. Rasanya sangat janggal, ketika wanita itu bersikap lembut. Tidak seperti biasanya, yang selalu bersikap layaknya seorang iblis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Mommy [END]
Fantasy"Sumpah! Gimana bisa gue ada di dunia halu kek gini, ya Tuhan!! Manalagi gue punya banyak anak! Aarrgghhh!! Jaga ponakan aja gue ogah, lah ini, gue harus ngurus anak dan semuanya laki-laki?!! Belum lagi, gue lagi ngisi!! Hikssss... Ellen.... Tolongi...