8. Everything About Us

216 27 4
                                    

❝Malam ini hati dan pikiran tak selaras. Hati yang memilih mengingat semua tentangmu, tetapi pikiran yang menolak hadirmu.❞

💔💔💔

Bara mengelus bahu Gigi dengan senyum yang terpatri di wajah tampannya. Lelaki itu baru saja mengikatkan jaket jeans miliknya untuk menutupi rok Gigi yang basah. Sementara, Gigi terdiam karena terkejut. Gadis itu lagi-lagi dilayangkan oleh Bara.

"Pulang?" tanya Bara tiba-tiba. Gigi terhenyak. Gadis itu mengangguk pelan. Saat itu pula, Bara mengulurkan tangannya. Hal itu membuat Gigi menyerit bingung.

"Pulang bareng gue," ucap Bara seraya mengaitkan telapak tangannya dengan telapak Gigi. Lagi-lagi Gigi membulatkan mata.

"Bar!" sentak Gigi seraya menepis genggaman itu.

"Gue nggak suka, ya cara lo. Lo udah punya cewek," dengkus Gigi. Bara terkekeh. Ia tak menggubris ucapan Gigi. Bara malah mengaitkan lagi genggamannya.

"Karelya itu bukan pacar gue, dia orang yang mau dijodohin sama gue. Ya, gue nggak suka sekalipun Karel cantik. Jadi, lo nggak usah cemburu," terang Bara. Gigi pun mendecak. Bara memang keterlaluan. Masa iya dia dikatai cemburu?

"Siapa juga yang cemburu?! Lo cuma mantan gue," balas Gigi.

"Mantan terindah maksud lo?" lontar Bara diakhiri kekehan. Gigi pun memukul bahu Bara kencang. Persetan dengan lelaki itu yang mengaduh kesakitan.

Mereka pun mengemas barang masing-masing. Gigi pun mengikuti Bara karena terpaksa. Namun, ia merasa aneh ketika Karel sudah tak ada di sana. Apa yang telah Bara lakukan? Lelaki itu tak menyakiti wanita lain demi dirinya 'kan?

Selama perjalanan menuju parkiran, Gigi terdiam. Gadis itu memikirkan tentang apa yang telah dilakukan Bara kepada Karel. Masa iya Bara rela menyakiti Karel karena masalah kecil tadi? Gigi duga Karel hanya salah paham atau mungkin gadis itu memang tak sengaja.

Duk!

Dahi Gigi membentur dada bidang Bara yang tiba-tiba berdiri di depannya. Menatapnya selidik seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Jangan berspekulasi macam-macam. Gue nggak nyakitin Karel, dia emang udah ditunggu temannya buat tugas kelompok," papar Bara. Lelaki itu seakan tahu pertanyaan Gigi tanpa ia ucapkan. Ah, Gigi merinding jadinya.

Gigi mendecak. Ia berjalan mendahului Bara menuju mobil lelaki itu. Sementara, Bara terkekeh melihat reaksi Gigi.

Kedua insan itu sudah berada di dalam mobil. Gigi duduk manis seraya menatap ke luar jendela. Gadis itu tak menggubris setiap lontaran topik yang Bara ajukan. Bukan Gigi sombong, hanya saja topik yang Bara ajukan adalah semua hal tentang mereka di masa lalu.

"Lo inget nggak, sih kalau dulu kita pernah kulineran di Malioboro sampai Papa lo marah-marah karena kemaleman," oceh Bara seraya terkikik. Sementara, Gigi mendesah pelan setiap Bara melontarkan ingatan masa lalu yang hanya menyakiti dirinya.

"Lo kangen nggak, sih, Gi? Gimana kalau liburan semester nanti kita ke Yogya—"

"Bisa diam nggak, sih, Bar? Gue turun aja, deh. Risih tau nggak!" sentak Gigi. Bara langsung kicep, sedangkan Gigi mengubah posisinya membelakangi Bara. Gadis itu perlu ruang untuk menangis. Entah mengapa hatinya tercabik setiap Bara menceritakan masa lalu mereka. Hatinya sakit. Terlalu manis di awal, tetapi begitu pahit di akhir.

PPN : Pajak Perpanjangan Nasib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang