❝Jangan pernah merasa sendiri di dunia ini, aku masih ada, menemanimu, merengkuhmu sampai terlelap.❞
💔💔💔
Bara mematung di depan pintu masuk Fable. Sejak kegaduhan terdengar, Bara bergegas keluar untuk memastikan. Lelaki itu jelas melihat tubuh Ratomo yang tergeletak bersimbah darah. Namun, ia tak memiliki kuasa untuk mendekat. Setelah tubuh itu diangkut, ada seorang gadis yang mampu mencuri perhatiannya. Jelas gadis yang berjongkok menangisi ayahnya yang sudah tak ada di TKP.
"Ga, lo bisa 'kan bawa Mel sendiri? Gue ada urusan," suruh Bara dengan mata yang tak berpaling dari gadis itu. Hendak menyela, tapi Aga terlambat. Bara sudah berlari ke luar.
Bara menghentikan langkah saat berada di jarak tak lebih dari satu meter. Ia mendengar suara sesegukan Gigi. Ya, gadis itu adalah Gigi, Hagia, putri kandung pria yang dibawa ambulans. Bara mengusap wajahnya gusar. Ia melihat penampilan Gigi yang membuatnya khawatir. Apalagi di tempat seperti ini. Lelaki itu dengan inisiatif melepas jaket miliknya lantas memasangkan ke tubuh Gigi.
Bara berjongkok di samping Gigi setelah membungkus tubuh mungil gadis tercintanya itu. Gigi sempat terkejut, tetapi tak berselang lama, ia kembali menangis.
"Gi, masih ada gue di sini," ujar Bara lirih. Gigi semakin tersedu. Lantas Bara memeluknya erat. Persetan dengan banyak tatapan aneh dari pengunjung malam ini. Bara hanya ingin ada di samping Gigi di situasi seperti sekarang.
"Papa, Bar. Gu-gue takut Papa kenapa-kenapa." Gigi semakin terisak. Mata yang sudah sembab, kini bertambah sembab dan merah. Bara bingung harus berbuat apa. Ini bukan tempat yang baik untuk membicarakan semuanya.
"Kita ke apartemen gue dulu, pulang dulu. Gue bakal cari tau di mana Papa lo dirawat. Oke?" titah Bara. Gigi menggeleng. Ia merasa menjadi anak paling bersalah sekarang. Meninggalkan rumah, lalu mengasingkan diri. Padahal Ratomo begitu menyayanginya.
"Kita cari Papa sekarang aja, Bar. Papa pasti butuh gue, gue pengen ketemu sama Papa, Bar. Gue takut kalau gue nggak bisa ketemu Papa lagi, Bar," rancu Gigi histeris. Gadis itu acak-acakan sekarang. Bara mendesah pelan. Lelaki itu tak ada pilihan lain. Ia harus membawa Gigi pulang apa pun caranya.
"Gue minta izin, Gi," ujar Bara sebelum melayangkan tubuh Gigi ke gendongannya. Gigi sempat terkejut, tetapi reaksi itu tak lama. Pikiran Gigi begitu penuh terisi oleh Ratomo. Tak ada bantahan atas perlakuan Bara. Lelaki itu berusaha menyembunyikan wajah Gigi agar tak menjadi pusat perhatian. Bara pun mempercepat langkah kakinya untuk menuju parkiran.
Dalam isakan, Bara mendudukkan Gigi di jok mobilnya. Gadis itu sempat menatap lekat wajah Bara. Tampan, tetapi bukan itu yang menjadi atensi Gigi, melainkan sorot ketulusan dan kekhawatiran dari mata legam lelaki itu. Tak hanya itu, Bara pun memasangkan seatbelt untuk Gigi. Aroma wewangian khas kayu-kayuan yang membawa kesan muskulin untuk Bara. Aroma yang selalu Gigi rindukan. Bahkan, gadis itu sampai tak sadar telah memejamkan mata seraya mengernyit.
"Kenapa, Gi? Ada yang sakit?" tanya Bara khawatir. Sontak lamunan Gigi pun buyar. Gadis itu menggeleng cepat. Heran, apakah wajahnya terlihat seperti menahan sakit? Ah, mungkin karena tangisan yang membuat wajahnya terlihat malang.
"Syukur kalo gitu. Btw, kita pulang dulu, ya. Ganti baju, abis itu gue minta orang buat cari tau Papa lo dirawat di mana, abis itu kita hubungi Mas Zayn. Oke?" titah Bara yang belum beralih dari tempatnya. Gigi pun mengangguk pasrah. Toh, ia tidak tahu di mana ayahnya dirawat. Setelah mendapat persetujuan, Bara pun bergegas masuk ke dalam mobil. Ia lantas melajukan mobilnya untuk kembali ke apartemen. Tentu untuk membuat Gigi lebih tenang, beristirahat, lalu esok bisa menjenguk ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PPN : Pajak Perpanjangan Nasib
Romansa[AKRONIM SERIES] Kisah cinta yang berawal dari kasus penipuan persewaan unit apartemen yang dialami oleh Hagia Febri Salvina--Gigi--yang mengantarkannya harus satu atap dengan lelaki super menyebalkan bernama Bara. Lelaki yang merupakan mantan kekas...