Minggu pagi semua orang sudah banyak yang melakukan aktivitas seperti olahraga dan sebagainya.Sama halnya juga di rumah sederhana milik keluarga Winata yang sudah mulai dengan kegiatan masing-masing...
Bunda Amel yang sejak pagi pagi buta sudah sibuk di dapur di temani satu pembantu yang membantunya menyiapkan sarapan untuk suami dan anak anaknya...
Sedangkan pak Andik yang berada di halaman belakang bersama putra semata wayangnya dengan secangkir kopi hitam yang masih mengepul membuat suasana pagi yang dingin menjadi lebih hangat....
"Udah lama kita gak ngobrol bareng seperti ini?" Pak Andik melirik anaknya yang sedang fokus menatap ponselnya itu....
"Itu mah salah ayah, ngapain sok sibuk, pulang juga selalu malem, kalau minggu seperti ini biasanya ada aja kerjaan" gumam Haikal tanpa mengalihkan fokusnya pada benda pipih tersebut....
"Kurang Renan, dia belum bangun kal" benar biasanya mereka berkumpul bertiga untuk berbagi cerita apa saja, walaupun Renan bukan anak kandungnya hanya keponakan tapi dia sudah menganggap pemuda itu anaknya sendiri seperti Haikal tapi akhir-akhir ini dirinya sering di sibukkan dengan berkas di kantornya...
"Belum kayaknya yah, tadi lewat depan kamar nya tuh pintu masih rapet" dirinya meletakkan handphone nya dan menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil melirik ke arah ayahnya....
"Kamu tau dari mana masalah galerinya Renan" sebenarnya pak Andik masih tidak percaya saat putranya itu mengatakan bahwa galeri milik keponakannya itu mau di gusur...
Haikal hanya menggela nafas jika mengingat kejadian beberapa hari yang lalu...
"Gak sengaja yah denger pas mau nyamperin Renan ke galerinya dan di sana Renan sedang bersitegang dengan seseorang yang mengatakan dia sudah membeli tempat itu padahal semua suratnya sudah ada di tangan Renan dan galeri itu sudah berjalan hampir tiga tahun lalu kenapa baru sekarang, itu yang aneh" ujarnya sedangkan sang ayah juga merasa heran dengan penjelasan dari anaknya itu...
"Ayah akan bantu cari tau tentang masalah ini" pak Andik menatap putranya yang juga ikut menatapnya...
"Harus yah, bahkan masih teringat jelas susahnya dulu perjuangan tuh anak mewujudkan mimpinya punya galeri lukis sendiri, bahkan dia rela gak jajan selama SMA sampe mau masuk kuliah" Haikal memejamkan matanya, dirinya sangat tau apa saja yang sudah di lalui sepunya itu....
Hidup berdua hanya dengan mamanya sejak kecil karena perceraian, papanya yang tidak mau menafkahi bahkan dulu tantenya berjuang sendirian...
Sejak kecil Renan memang sangat cerdas, dia selalu meraih juara namun tetap saja tidak membuat papanya bangga terhadap nya...
Hanya karena Renan terlahir saat papanya belum siap menjadi menjadi seorang ayah tapi justru sangat menyayangi anak keduanya....
Tantenya membuka usaha toko kue hingga mencoba membuka sebuah cafe dengan modal uang tabungan juga bantuan dari keluarganya hingga sekarang cafe itu semakin rame sejak dulu.....
"MAS ANDIK!! HAIKAL!! SARAPAN!!"
Mereka berdua sedikit terkejut saat sedang asik melamun malah suara tuan ratu yang menggelegar membuat pak Andik sedikit terkekeh pelan...
"Panggil Renan takut belum bangun, ayah keruang makan duluan" Haikal hanya mengangguk dan mulai beranjak menuju kamar sepupunya itu....
"Ren lu belum bangun?" Haikal mengintip sebentar ketika mendapati ternyata pintu kamar itu tidak terkunci...
Dirinya melangkah masuk dan sedikit terkejut melihat berantakannya kamar tersebut, padahal sepupunya itu pecinta kebersihan, tapi lihat sekarang alat lukis berserakan di mana mana.
Dan kini perhatiannya justru teralih pada gumpalan selimut..."Pasti begadang lagi nih anak" dirinya menghampiri kasur Renan dan mulai membangunkan pemuda itu...
"Ren, bangun, udah pagi di suruh sarapan sama ayah" Haikal sedikit mengguncangkan tubuh pemuda itu karena tau Renan sangat mudah terbangun...
Dan benar saja tak lama mata yang semula tertutup itu kini perlahan terbuka walaupun kelihatannya masih sangat berat...
"Apaan sih kal" gumamnya dengan suara yang masih sangat serak...
"Bangun, udah pagi, ayah sama bunda udah nungguin di meja makan, pasti lu begadang lagi kan" ujar Haikal....
Sedangkan Renan pemuda itu dengan malas mulai bangun dengan susah payah dan menyingkirkan selimut yang melilit tubuhnya....
"Lu liat sendiri, udah sana gue mau mandi bentar" dirinya mendorong tubuh Haikal sedikit agar dia bisa leluasa....
"Jangan lama lama entar nasinya gue habisin" Haikal yang melihat Renan mulai masuk ke dalam kamar mandi lebih memilih untuk keluar dan menunggu pemuda itu di meja makan....
Sreet!!
Pak Andik dan bunda Amel menoleh ke arah Haikal yang sudah duduk di depan mereka...
"Renan mana kal?" Bunda Amel bertanya karena tidak melihat atensi keponakannya itu yang turun bersama putranya...
"Masih mandi bentar bun, tunggu aja, tuh anak begadang tadi malem, kamarnya aja masih berantakan dengan lukisan" gumam Haikal dirinya menelisik setiap menu yang ada di depannya...
"Ahh bunda ingat Renan bilang banyak pesanan lukisan katanya, belum lagi yang buat pameran" memang minggu lalu Renan bercerita akhir akhir ini banyak yang memesan sebuah lukisan bahkan ada yang request juga membuat Renan sedikit kesulitan, padahal niatnya dulu tidak menerima pesanan lukisan kalau mau ya yang ada di galeri tapi siapa tau kalau itu semua sangat berguna untuk menghasilkan uang...
Tak lama orang yang mereka tunggu sudah datang, Renan hanya tersenyum canggung saat semua mata melihat ke arahnya...
"Maaf yah bun, Renan telat" ujarnya kemudian mengambil duduk di samping Haikal...
"Tidak masalah tapi jangan sampe kecapean dan jangan sering begadang" ujar bunda Amel membuat Renan langsung menatap Haikal dengan tajam...
"Udah lebih baik sekarang kita makan dan kalian jangan ada yang keluar hari ini, terutama kamu Renan, ayah tunggu di ruang keluarga " ujar pak Andi membuat Renan mengernyit bingung...
Dirinya menatap sang sepupu namun hanya di balas gedikan bahu oleh sepupunya itu...
Jangan lupa ya vote sama komen, apa aja dan kasih tau kalau ada typo ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
RomanceSebuah permintaan sederhana namun membuatku sadar tidak akan ada yang abadi menetap bersama kita bahkan kita juga bisa saja pergi kapanpun..... Penyesalan bahkan pengorbanan yang tiada artinya membuatku sadar bahwa berharap terlalu tinggi juga ter...