"Andai waktu bisa diputar kembali, tak akan ku sia-siakan kesempatan yang sudah ada di depan mata. Meskipun kesempatan itu datang kembali, mungkin hasilnya tak akan sama. Bersyukur kalau lebih baik, tetapi jika lebih buruk? Hanya penyesalan saja yang tersisa."
Seperti yang dikatakan sebelumnya, Arshaka akan menemani Fadira berkeliling di sekitar lingkungan sekolah. Namun, tiba-tiba saja Fadira menghilang dari pandangan Arshaka. Tentu, lelaki yang bernotabe ketua kelas itu kelimpungan mencari keberadaannya. Bukan, apa-apa hanya saja takut gadis itu tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Seperti lagu, ya?
Ya, anggap saja ini terlalu berlebihan, padahal hanya di sekitar sekolah, jika tersesat tanya Pak Satpam pun beres. Jangankan Pak Satpam, tanya penghuni belakang sekolah yang sudah berpuluh-puluh tahun menetap di situ pun malah lebih ahli. Kalau berani, sih. Itu saja hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah profesional. Profesional nggak tuh?
"Wah, mana tuh bocah? Perasaan baru juga gue tinggal kedipin mata, udah ngilang aja," gerutu Arshaka dengan mengacak-acak rambut. Beberapa siswa yang tengah asik duduk di kursi koridor depan kelas terkekeh kecil. "Hallo adek-adek kelas, gimana, nih? Abang cakep, nggak?" Arshaka berkata dengan nada menggoda.
"Cakep, Bang. Lebih cakep lagi kalau jadi pacar gue!" sahut siswa laki-laki dengan dasi diikat di kepala dan badan bersender ke dinding dekat jendela.
"Lo cowok bege! Gue masih lurus," timpal Arshaka, murid yang terlihat santai itu memutar bola matanya malas.
"Daripada lo godain cewek orang mending godain gue, Bang," ucapnya sembari merangkul seorang gadis yang duduk di kursi sembari memainkan ponsel.
"Loh, udah berpawang ternyata! Maaf ya, maaf. Gue kira belum ada yang adopsi." Arshaka menempelkan dua telapak tangannya sembari membungkukkan badan beberapa kali.
"Adopsi? lo kira apaan!" tangkasnya dengan mata melotot membuat Arshaka memundurkan badannya beberapa langkah.
Kenapa jadi adek kelas gue yang galak, ya? Harusnya 'kan gue! Batin Arshaka dengan mengerutkan dahi.
"Santai, bos! Kenapa lo galak banget, sih? Ini kakak kelas lo tau!" Arshaka berkacak pinggang.
"Kakak kelas belagu! Tolol!" umpat seorang lelaki itu membuat Arshaka sedikit naik pitam.
Untung saja, seseorang dari ujung sana melihat kejadian itu. Garen berlari dari tengah lapangan menuju ke arah seorang sepupu yang berhadapan dengan adik kelas. Tak ingin kejadian itu bertambah besar Garen menarik sepupunya ke belakang membuat tubuh Arshaka sedikit terhuyung.
"Lo mending nggak usah banyak tingkah, deh. Lo nggak tau, orang yang lo hadapin sekarang?" bisik Garen. Arshaka menggelengkan kepala tak tahu menahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Arshaka
Teen FictionArshaka tak menyangka, harus terjebak dalam percintaan yang rumit ini. Ia masih mencintai masa lalunya, tetapi ia juga mencintai sosok baru yang masuk dalam kehidupannya. _____________ Memang sulit untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan tantan...