Sebentar lagi sudah memasuki ujian kelulusan sekolah, aku harus mempersiapkan diriku supaya dapat lulus dengan nilai yang sempurna. Harapanku hanya satu, supaya bisa keluar dari rumah dan jauh dari keluargaku. Hari ini Arya terlambat lagi datang ke kelas, aku bingung sekali dengan anak itu kenapa selalu datang terlambat, padahal setiap ku telfon pukul 10 malam dia sudah tertidur.
"Sye, nanti pulang sekolah bisa ngobrol sebentar?" Ucap laki-laki dengan suara yang berat disampingku, hmm.. dia adalah Joe teman sekelasku, jujur aku sedikit risih dengan sikap Joe karna terlalu berlebihan jika dekat denganku, entahlah aku merasa sedikit tidak nyaman saja.
"Umm.. kayanya gak bisa deh, aku kan pulang bareng Arya"
"Memangnya Arya hari ini sekolah?" Belum sempat aku menjawab pertanyaan Joe, seseorang memukul pundak Joe dengan keras. "Sekolah lah gue, kenapa memangnya?" Timpal laki-laki yang baru saja memukul pundak Joe, yakni Arya.
Arya mulai mengajakku berbicara, dan seketika saja aku melupakan kehadiran Joe disana. Dia hanya diam dan mendengarkan kami bercanda berdua. Aku melihat muka Arya seperti ada beban di wajahnya, tapi aku tidak tahu apa.
"Nanti pulang sekolah mau ke pasar malam gak?" Tanyaku kepada Arya, di ujung komplek kami ada pasar malam yang baru saja buka sekitar tiga hari yang lalu, kami berniat pergi kesana tapi Arya selalu membatalkan mendadak tidak jelas alasannya apa. "Kalo kamu batalin lagi aku datang ke rumahmu ya?"
"Iya sye, nanti kita ke pasar malem ya.." Jawaban itu membuat hatiku senang. Entahlah, menghabiskan waktu dengan sahabatku ini benar-benar membuatku bahagia.
***
tepat pukul 7 malam, aku menunggu Arya menjemputku dengan motornya di rumahku. sudah hampir satu setengah jam dia tidak muncul-muncul. aku sudah menelfonnya berkali-kali namun tidak ada jawaban sama sekali.
"Arya bener-bener deh!!" Aku menjatuhkan badanku ke kasur, lalu terlintas di kepalaku untuk melihat dia kerumahnya, mungkin saja anak itu ketiduran atau lupa. Tidak ada salahnya juga kalau aku yang datang menjemput dia. Lalu aku turun ke lantai bawah untuk berpamitan dengan bunda, dan izin untuk membawa mobilnya. Untungnya bunda bukan salah satu orangtua yang membatasi pergaulan anaknya, dia percaya bahwa aku tidak akan pernah mengecewakannya dengan hal-hal yang tidak pantas.
rumah Arya tidak begitu jauh, hanya membutuhkan waktu 5 menit berkendara dengan mobil untuk sampai kerumahnya. Rumah Arya sepi, ibu dan ayahnya jarang sekali ada di rumah hanya dia dan adik laki-lakinya yang ada di rumah. Aku membuka pagar rumahnya yang besar dengan tertatih-tatih, mengingat badanku yang kecil membuatku kesulitan mendorongnya.
Aku masuk ke dalam rumahnya, dan satu hal yang tidak aku percaya sedang ku saksikan.
"Jessica.. lo ngapain disini?" Tanyaku dengan nada kaget melihat Jessica sedang menangis di sofa sambil di peluk oleh Arya.
"Shanon!" Sahut Arya dengan wajah kaget dan langsung menghampiriku. "Kamu ngapain disini?"
"Lho? kamu kan janji mau pergi sama aku kan?" Wajah Arya langsung berubah kebingungan, entah apa yang sedang terjadi tapi sepertinya ada pertengkaran hebat sebelum aku sampai di rumah Arya, ku lihat ada pecahan gelas di dekat sofa yang di duduki Jessica. Belum sempat Arya menjawab pertanyaanku, Jessica langsung berdiri dari kursi dan berpamitan dengan Arya.
"Arya, aku pulang aja ya kamu bisa telfon aku nanti kalau sudah luang." Arya sempat menahan tangan Jessica dengan tatapan tajam, mengisyaratkan dia untuk tetap duduk disana. Tapi Jessica tetap kekeh dengan pendiriannya. "Sudah, aku gapapa kok masih banyak waktu besok"
"Ica, lo mau balik naik apa?" Sahut Arya kepada Jessica. lalu Arya memberikan kunci mobilnya ke tangan Jessica. "Udah malem, pulang naik mobil gue sana." Jessica pun menuruti apa yang Arya perintahkan, dia pergi tanpa melihat ke arahku, canggung tapi mau bagaimana lagi aku sudah terlanjur ada di tengah tengah mereka.
aku dan Arya membuat makan di dapur, kami kembali membatalkan rencana kami untuk pergi melihat pasar malam karna aku melihat kondisi Arya sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Mungkin yang dia perlukan saat ini adalah teman untuk cerita?
"Los, kamu nih sedang kenapa sih?" Los adalah panggilan ku kepada Arya, kepanjangan dari nama belakangnya yaitu, Carlos.
"Gapapa, cuman lagi ada yang dipikirin aja." jawabnya singkat. Dia terus mengotak-atik ponselnya, aku tidak tau apa yang sedang dia lakukan tapi sepertinya memang benar-benar ada yang menggangu pikirannya.
"Iya yang dipikirin itu apa?"
"Sye! bisa gak diem sebentar?" Bentaknya dengan nada yang membuatku kaget, selama bersama dengan Arya dia tidak pernah sekalipun berbicara kasar jadi hal ini membuatku sangat terkejut sampai ingin menangis. Melihat aku yang sudah mau menangis Arya langsung menarik badanku dan memeluknya. "Maaf ya, aku sedang banyak pikiran tidak berniat untuk nyakitin hati kamu"
"Sye, gimana kalau kita jalan-jalan kamu bawa kendaraan kan?" Bujuknya supaya aku memaafkan kesalahan dia tadi. aku hanya diam, Arya langsung menarik tanganku keluar dari rumahnya dan masuk ke dalam mobilku. di dalam mobil kami kembali berbicara seperti biasa, Arya tertawa lepas denganku seolah tidak ada beban di pundaknya, kami melupakan semua kejadian yang terjadi di rumah Arya, walaupun aku masih banyak sekali pertanyaan tapi aku berusaha untuk tetap diam sampai Arya sendiri yang memberitahuku ada apa.
***
Sabtu pagi memang benar-benar waktu yang indah, tepat pukul 6 pagi aku keluar dari rumah dan berolaraga keliling komplek rumahku, udara pagi Jakarta yang sejuk membuat badanku sangat rileks. Aku berniat untuk membuat makanan setelah kembali di rumah, namun di perjalanan pulang ponselku menyala, ada satu nama muncul di layar ponselku, Arya.
Arya : 'Ada yang perlu ku beritahu tentang aku dan Jessica'
tidak ada 2menit aku langsung membalas pesannya.
Shannon : 'apa?'
Arya : 'Kamu dimana?'
Shanon :'Taman biasa'
5menit kurang lebih aku menunggu Arya datang menghampirku di Taman, entah apa yang ingin dia bicarakan sampai harus bertemu dan tidak mau berbicara lewat ponsel, tidak seperti biasanya.
"Sye, kejadian kemarin yang kamu lihat itu sebenarnya.." Ucapannya terpotong sampai disitu, entah kenapa seperti ada yang Arya tutup-tutupi, kalau memang menurutnya hal tersebut adalah privasi dan tidak bisa di bagi kepadaku aku juga tidak akan marah.
"Los, kamu gak perlu cerita ke aku apa-apa, aku hargain privasi kamu kok. Lagi gak semua hal kan harus di kasih tau aku kan?" Ucapku.
"Jessica hamil sye, aku pusing banget." Kata-kata itu langsung keluar dari mulutnya, wajahnya langsung lesuh dan tidak bersemangat lagi, jadi ini yang mengganggu dia dari kemarin. Aku masih dalam posisi menutup mulutku dengan kedua tangan, kaget, kecewa, rasanya campur aduk. Aku gak tau lagi apa yang harus kulakukan mendengar ucapan Arya, tapi aku juga harus tetap mensupport dia supaya tidak jatuh terlalu jauh dalam kesedihan, dan penyesalan.
"Siapa aja yang udah tau los?" Tanyaku kepada Arya.
"Belum ada, baru kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEING PARENTS
ChickLit"Ayah.." Arya adalah duda beranak satu. Di umurnya yang tergolong sangat muda, dia harus berperan sebagai ayah untuk Gabby putrinya. Tidak mudah menjadi single parent, di tengah gejolak muda sedang menggebu-gebu, mengurus putrinya sendiri, di kucil...