Setelah melahirkan bentuk badan Jessica sama sekali tidak berubah, wajahnya juga tetap cantik seperti pertama kali kita bertemu, tapi entah mengapa aku kehilangan selera ketika melihatnya. Aku menjadi tidak betah berada dirumah lama-lama, aku sadar aku punya tanggung jawab atas Gabby. Tapi untuk bersama dengan Jessi di rumah lama-lama aku benar-benar tidak bisa. Kehidupan ku yang berada di tengah pedesaan membuat ruang pertemananku menjadi sempit, aku hanya bergaul dengan para bapak-bapak yang jelas topik pembicaraannya berbeda dengan diriku, aku memang menyatu tapi terkadang aku rindu dengan kehidupan lamaku, aku rindu Shannon.
Gabby lahir sebagai bayi yang sangat lucu, cantik, semua orang di lingkunganku sangat menyukai Gabby, bahkan beberapa ibu-ibu yang sedang hamil berharap anaknya lahir dengan paras seperti Gabby. Jujur, wajah cantik Gabby adalah warisan dari Jessi. Perempuan itu telah membuat anakku menjadi wanita yang akan di kagumi banyak laki-laki, dan hidupnya akan mudah. Thanks God.
Di tengah kekosonganku, Sinta selalu menemaniku, membuatkan kopi, atau sekedar menemani ku berbicara soal orang-orang di lingkungan sini. kami selalu bertemu karna memang dia adalah asisten yang di kirim Ayah untuk membantuku mengelola bisnis Ayah disini. Sinta baru saja menyelesaikan kuliahnya di bidang ekonomi, perempuan cerdas, dan sederhana. Kalau wajahnya disandingkan dengan Jessi, tentu Sinta tidak ada apa-apanya. Tapi entah mengapa ada daya tarik sendiri yang dimilki Sinta. Sinta selalu memakai pakaian yang ketat, entah apa tujuannya, tapi aku sedikit menyukai gayanya.
"Mas Arya, besok kita jadi ke tempat bapak?" Tanya sinta sambil memberikan secangkir kopi.
"Ya, tapi kayanya tidak di tempat biasa, bapak sedang banyak urusan."
"Nginep lagi ya mas?"
"Kenapa memang kalo nginep, tidak nyaman kamu?"
"Mana pernah si mas, saya tidak nyaman?"
Aku merasakan ada hal yang aneh di dalam diri ini, bahasa Sinta membuat saya menjadi berselera. Baru ku ingat, aku sudah hampir beberapa bulan tidak melakukannya dengan Jessi. Lalu terlintas pikiran kotorku untuk membuat Jessi terlihat mirip dengan Sinta. Aku bertanya kepada Sinta pakaian perempuan yang biasa dia beli..
"Mas mau cari baju-baju untuk Mba Jessi atau untuk saya?"
"Untuk Jessi, emang kamu mau?"
"Haha" ucapnya sambil menggoda. "Yasuda nanti saya kirimkan lewat chat ya."
Aku sengaja pulang cepat kerumah untuk bertemu dengan Jessi, sampai di rumah aku melihat dia sedang sibuk menjaga Gabby. Dengan pakaian yang kotor, dan rambut yang acak-acakan.
"Kamu gak bisa apa Jess pakai baju yang rapih, dandan?" Ucapku sambil menyalakan tv.
"Ha?"
"Ya pakaianmu itu, kaya pembantu."
Jessi mengampirku dan menyodorkan Gabby ke hadapanku. "Nih, coba kamu urusin dia 3jam aja gak perlu seharian. Pengen liat apa kamu masih serapih ini."
"Alasan mu selalu Gabby."
"Kmu kenapa sih?"
"Ya kamu dandan harusnya, yang cantik."
Tiba-tiba ku dengan suara laki-laki dari arah dapur. "Jessi tuh gak perlu dandan sudah cantik, lu harusnya sadarlah, nanti kalo dia di ambil laki lain baru deh kebuka matanya."
"Arka kapan lu sampe?" Tanyaku kaget setelah melihat adik laki-lakiku ada di dalam rumah.
"Baru sampe gue, mau liat ponakan gue."
"Lu gak sekolah emangnya?"
"Mami udah izin ke guru gue tiga hari untuk jenguk sodara yang sakit."
Kami pun menghabiskan waktu bersama, lalu ganti-gantian menjaga Gabby. Aku masih menunggu Gabby untuk cepat dewasa supaya bisa ku ajak pergi-pergi traveling bersama ayahnya yang ganteng ini.
***
Tepat pukul 12 malam aku terbangun karna merasa sangat berselera, aku membangunkan Jessi untuk mengajaknya melayaniku. Jessi selalu menolak, mungkin karna dia cape ngurusin Gabby seharian, aku faham. Tapi aku juga perlu untuk di rawat kan?
Aku menarik badan Jessi yang kecil ke sisi pojok kasur, aku buka perlahan baju tidurnya, lalu celananya. Jessi selalu terlihat cantik.
"hhnngg.." Jessi menggerang manja dia melikukan tubuhnya merasakan badannya bergetar kenikmatan. sensasinya membuatnya melayang.
Malam itu ada yang pertama lagi setelah beberapa bulan kami tidak bermain, walaupun aku tidak bisa berenti memikirkan Sinta dan terkadang lekuk badan Shannon, tapi Jessi juga tidak kalah nikmat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEING PARENTS
ChickLit"Ayah.." Arya adalah duda beranak satu. Di umurnya yang tergolong sangat muda, dia harus berperan sebagai ayah untuk Gabby putrinya. Tidak mudah menjadi single parent, di tengah gejolak muda sedang menggebu-gebu, mengurus putrinya sendiri, di kucil...