Di malam harinya, El tidak bisa tidur dia khawatir dan was-was juga. Pikirannya selalu berkecamuk tertuju pada Matthew.
Apakah dia baik-baik saja?
Ataukah dia sudah menjadi orang-orang aneh itu?
Dua pertanyaan itu selalu mengelilingi kepalanya. Tak ingin bingung, lantas El pun keluar mengendap-endap untuk mencari Matthew.
Tidak ingin membangunkan Dylan.
El berjalan didalam kegelapan itu, tak ada lampu yang menyala satupun, gelap gulita total, tapi untungnya dia masih membawa ponsel.
Sialnya baterai hanya tersisa 5% lagi.
El menyalakan lampu senternya, napasnya tercekat saat sorot lampu senternya langsung tertuju pada mayat zombie tadi siang.
El jatuh terduduk dengan tangan yang memegang dadanya, sesak. Dengan mengumpulkan keberaniannya, akhirnya El bangkit.
Dengan perlahan, El menggeser kursi panjang itu, dengan penuh kehati-hatian pula El memutar kuncinya supaya tidak mengeluarkan suara terlalu keras.
Ctek
Rwwwwwwgggg
Suara sekecil itu bisa mengundang beberapa zombie disana.
El mengambil napasnya dalam-dalam setelah itu membuangnya "El... kita cari Matthew!" batinnya menyemangati dirinya sendiri.
"Aku tidak bisa melihat apa-apa" gumamnya dengan suara yang dibuat sekecil mungkin
El tersandung sesuatu sampai dia jatuh terduduk, masih untung tidak ada zombie yang mendengarnya. El mencoba melihat benda apa yang membuatnya bisa tersandung. Setelah mengamati, sampai memicing-micingkan matanya, dia menutup mulutnya saat melihat potongan kaki yang masih lengkap memakai sepatu dan kaus kaki.
Air mata El mengucur begitu saja, dia tidak bisa, ini terlalu menakutkan. El terisak dalam diam, dia meremat ponselnya. Lalu berdiri kembali karena dia melihat zombie berjalan kearahnya.
Rwwwwwwgggg
Rwwwwwwgggg
Rwwwwwwgggg
KAMU SEDANG MEMBACA
Ordinary Zombies (BL)
Science FictionSekelompok siswa harus berjuang untuk menghindari dan melawan wabah virus zombie di sekolahnya. Kepercayaan diantara mereka pun punah saat itu, mereka tidak bisa percaya begitu saja. Adapun jenis Zombie yang berlagak seperti manusia pada umumnya yan...