Pagi hari, pukul 04:30Waktu memulai hari dengan tekad dan ambisi. Setidaknya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah sebelum pergi ke sekolah. Mencuci pakaian, membersihkan rumah dan memasak makanan untuk sarapan. Inilah kebiasaan ibu yang kini jadi tanggung jawabku.
Tidak berselang lama, terdengar adzan Subuh berkumandang.
"Alhamdulillah pas banget udah beres semua." Ucapku girang.
Setelah selesai sholat, segeralah aku pergi ke kamar adikku yang masih terlelap.
Tok, tok, tok. Aku mengetuk pintu kamar Rayn yang masih tertutup rapat.
"Bangun dek, udah jam setengah enam nih." Begitu kirannya aku meniru ibu, ketika membangunkanku. Melebihkan waktu yang seharusnya.
"Astaghfirullah, iya kak! Duhh, belum sholat."
Adikku segera membuka pintu kamar.Dengan nyawanya yang masih belum terkumpul sempurna, terlihat dari matanya yang masih beberapa saat ia pejamkan.
Aku hanya bisa menahan tawa kala itu. Dalam hati, "Maafkan aku wahai adikku tercintahh."
Ia segera berlari ke kamar mandi untuk mandi dan sholat. Tapi, anehnya dia bisa keluar dari kamar mandi hanya berselang waktu 5 menit saja. Tidak seperti kakaknya yang mandi minimal 15 menit.
Jam dinding menunjukkan pukul 06:00.
Setelah semua persiapan sekolah selesai. Dan berkas-berkas serta surat pengunduran diri dari sekolah yang aku sembunyikan dari adikku telah siap. Segeralah aku duduk di meja makan.
Rayn yang belum sama sekali melihat jam, kebingungan mencari kaos kakinya. Karena takut telat.
"Kak! dimana sih kaos kakiku yang sebelah? ayo kak udah jam berapa nih, kok kakak santai-santai?" Seru adikku yang dari tadi mondar-mandir keluar masuk kamar.
"Ya emang, udah jam berapa?." Sahutku pura-pura tidak tahu. "Ekhem." Sambil menahan tawa.
"Jam...." Lirihnya masih terdengar.
Tiba-tiba dia keluar dari kamar dengan wajah sinis. Dan aku yang memasang wajah tak bersalah membuatnya sedikit kesal.
Rayn mengerutkan dahi di hadapanku. "Kakak!! ada masalah apa kakak denganku?"
"Udah, makan aja. Yang penting kan kamu bangun dan tidak telat." Sahutku merasa paling benar.
"Kok keliatan enak, ada racunnya gak nih?" Ucapnya sambil menggeser kursi.
Ga tau ya, gampang banget emang ngembaliin mood cowo. Terutama mood Rayn.
"Nggak kok santai aja, efeknya masih 24 jam." Ucapku membalas candaannya.
"Ha?! beneran gak? bohong kan." Sahutnya terkaget.
"Suhu di lawan." Balasku memiringkan alis.
"Cepetan kak aku udah selesai." Terlihat Rayn minum seteguk air yang menandakan ia telah selesai makan.
"Oh, iya-iya." Dengan terburu-buru aku memasukkan berkas dan surat tadi secara bergantian. Meski aku tidak begitu melihat tas ku tapi aku merasa tidak ada yang salah.
"Bawain sekalian kedepan ya kak, tas punyaku." Seru Rayn yang sudah bersiap di depan.
"Iya." Ucapku membalas perintahnya.
Aku segera membawa kedua tas yang tadi letaknya berada berdempetan.
•~•
Setelah kami selesai makan, akhirnya kami berdua pergi ke sekolah berboncengan, menggunakan sepeda usang milik ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Tak Terucap'
RomanceKisah ini tentang gadis bernama Aira, yang menjerit dalam kebisuan dan berkeluh pada setiap kegelapan malam. Lahir dari keluarga yang serba kekurangan, tak membatasi dirinya untuk selalu bermimpi dan berangan. Ia tak pernah menyangkal bahwa semua...