11. MOLLA!

499 79 5
                                    

"Kak Rene..." panggil Yerim yang berada di ambang pintu kamar Irene.

"Iya," jawab Irene singkat. Irene sedang sibuk berkutat pada laptopnya. Menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda karena kemaren Irene menemani Jisoo yang sudah mendapatkan pencerahan.

"Kak, kakak sibuk?" tanya Yerim, kali ini ia sudah berada diatas tempat tidur kakaknya.

"Lumayan, kenapa?" jawab Irene yang tetap menatap layar laptopnya.

"Itu..." Yerim menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia terlalu malu untuk menanyakan pada kakak sulungnya.

"Kenapa sih Yerim?" Irene menutup laptopnya, lalu menatap Yerim dengan serius. Yeri sudah seperti lelaki yang malu-malu untuk menyatakan perasaannya. "Mau dibikinin seblak, kayak Chaeyoung?"

"Ngak! Kok seblak sih!" Yerim menatap Irene dengan kesal. Ia menepuk-nepuk kaki Irene dengan brutal. "Aku bukan kak Chaeng yang dikit-dikit minta makanan."

"Kalo ngak seblak, terus apa? Boba?"

Yerim memberengut. "Kak hyun~"

"Apa Yerim? Seblak bukan, Boba bukan. Jadi apaan? Kakak tuh CEO bukan cenayang yang bisa tau Yerim mau apaan. Gunanya mulut tuh buat apa, kalo ngak buat ngomong."

"Yaudah deh, yaudah. Ngak jadi. Yerim mau balik kekamar aja."

Irene menarik tangan Yeri yang hendak keluar dari kamar sambil menghentakkan kakinya. Irene sendiri heran. Kenapa adik-adiknya paling suka menghentakkan kaki. Untung, pondasi rumah ini kuat. Jika tidak? Sudah lama ambruk karena hentakan kaki dari mereka.

"Kenapa?"

Yerim menggigit bibirnya. Mulutnya berkali-kali
Terbuka dan tertutup. Ia sungguh
Ragu ingin bertanya pada Irene.

"Kenapa sih, Yeri!"

"Tuhkan, kakak marah-marah. Belum ditanya juga."

Irene mendengus. "Ya, gimana kakak ngak kesel. Tingkahnya kayak gitu. Kenapa? Mau nyatain cinta sama kakak? Kena sister complex ?"

"Kak..."

"APA!"

"Itu, arti Molla apaan? Kakak kan suka Korea."

"Jadi dari tadi muter-muter sana sini cuma mau nanya itu doang?

Yeri mengangguk.

"Ngak tau," jawab Irene.

Yerim memicingkan matanya. "Katanya suka Korea, arti Molla aja ngak tau. Gimana sih!"

"Ya, artinya ngak tau."

"Serius dong kak, Yerim nanya baik-baik nih sama kakak. Ngak ngegas atau ngajak ribut."

Irene menghela nafas dalam-dalam. "Kakak juga serius. Artinya ngak tau!"

Yerim mempout bibirnya. "Au ah, sok sok an jadi kpopers. Arti Molla aja ngak tau. Kpopers jalur booming gini nih bentukannya."

"Astaghfirullah," Irene mengelus dadanya dengan sabar. Mencoba menghilangkan kekesalan pada Yerim.

"Molla itu artinya ngak tau, bisa juga entahlah. Semacam itu," jelas Irene lagi.

"Au ah, susah nanya sama kpopers jalur booming, ikut-ikutan tren doang." Yeri melemparkan kerupuk pada irene lalu pergi sambil menghentakkan kakinya seperti tadi.

"MOLLA ITU ARTINYA NGAK TAU, ENTAHLAH, BODO AMAT ATAU  TERGANTUNG KONTEKS PEMBICARAAN APA!"

"KAKAK NOOB! KPOPERS NOOB! NYESEL NANYA SAMA KAKAK."

"MOLLA YERIM MOLLA! BODO AMAT!"

"JANGAN SOK-SOKAN BILANG MOLLA KALO ARTINYA AJA NGGAK TAU!"

"ARRRRGH! MOLLA!"

"BODO AMAT!"

Irene memberengut kesal. Ia melempar laptopnya dengan sekuat tenaga ketempat tidur. Moodnya untuk kerja sudah menguap hanya gara-gara Molla.

"Ah Molla, Molla!" Irene mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

Kenapa dia punya adik yang otaknya minus semua. Kecuali Wendy.

𝗖𝗿𝗮𝘇𝘆 𝗙𝗮𝗺𝗶𝗹𝘆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang