20

929 97 8
                                    

Wahh, udah lama banget ya aku nggak update

Maap ya semua soalnya draftku habis jd perlu nulis lagi hehehehe

Happy reading

Langit kini dihiasi oleh sekumpulan bintang dan rembulan yang menerangi malam.

Selangkah demi selangkah Grizelle ambil sehingga tanpa sadar dia telah keluar dari asramanya dan berjalan-jalan di mengelilingi Hogwarts.

Gadis itu terus melangkahkan kakinya sembari menghindari para prefek yang berjaga serta mengabaikan suara-suara yang keluar dari lukisan yang terpajang di dinding.

"Apa yang kau lakukan di luar asramamu, Weasley?" Perlahan Grizelle menolehkan kepalanya. Dia memandang Peeves, teman hantu yang sama jahilnya dengan Fred dan George, yang kini tengah berada di belakangnya.

Sejenak Grizelle terdiam. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya menatap Peeves.

Sekarang hantu itu merasa aneh. Dia mulai menduga kalau Grizelle kerasukan atau semacamnya sehingga gadis itu jadi sangat pendiam dengan tatapan kosong di matanya. "Kau baik-baik saja, Grizelle?" tanyanya.

"Ah, iya." Grizelle berdeham pelan. "Aku baik-baik saja. Ngomong-ngomong di mana ini?" tanya Grizelle pada Peeves.

Peeves memiringkan kepalanya. Ia merasa heran. Bagaimana Grizelle bisa berjalan tanpa tahu arah mana yang dia tuju?

"Ini dekat dengan asrama Slytherin," jawab Peeves. Ia menjeda sejenak ucapannya lalu menghela napas. "Sudahlah. Aku pergi dulu, segera kembali ke asramamu ya."

Grizelle mengangguk pelan. "Ya, Peeves." Gadis itu melambaikan tangannya ke arah hantu itu. Perlahan tubuh transparan Peeves tak lagi terlihat. Hantu itu telah pergi menjauh dari jarak pandangan Grizelle.

Sontak hal ini membuat Grizelle merasa lega. Kalau Peeves terus berada di dekatnya, sudah pasti dia akan menjahilinya atau bahkan memberitahu Fred dan George kalau gadis itu berjalan-jalan sendirian. Keluar dari asramanya hingga ke asrama Slytherin. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana wajah Fred dan George saat kedua kembar itu menggodanya. Pasti menjengkelkan.

"Huft, lebih baik aku kembali sebelum ada yang melihat," tutur gadis itu diiringi dengan helaan napasnya yang terasa berat.

Tanpa beralaskan kaki Grizelle terus melangkahkan kakinya, kembali ke asrama Gryffindor sebelum seseorang menemukannya tengah berkeliaran di luar asrama.

Permukaan telapak kakinya yang halus kini terasa kasar saat dia terus menginjak debu dan kerikil yang kasar.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Grizelle tersentak kaget. Sontak dia menghentikan langkah kakinya tatkala suara yang tak asing menyapa runggunya.

Dia memutar tubuhnya, menoleh ke belakang dan matanya bersirat nanar saat menemukan pemuda berambut pirang platina tengah berdiri sembari menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Malfoy," gumam gadis itu.

Draco diam di tempatnya dengan pertanyaan yang sama yang muncuk di benaknya. "Apa yang kau lakukan di dekat asrama Slytherin?" tanyanya lagi.

Grizelle terdiam. Dia tidak tahu bagaimana harus menanggapi pertanyaan Draco.

Dalam diam Draco menghela napas pelan. "Lebih baik kau segera kembali sebelum para prefek menemukanmu ada di sini," tutur pemuda itu serius.

Grizelle terdiam sesaat, tapi lantas dia mengangguk pelan. Niat yang sempat dia urungkan untuk kembali ke asrama hendak dia lakukan, tapi Draco lagi-lagi menghentikan langkahnya.

"Eh, tunggu, apa-apaan kau?!" Suara pemuda itu meninggi. Matanya bergulir dari atas ke bawah, memperhatikan Grizelle dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kenapa kau tidak memakai alas kaki atau pun selimut?! Apa kau tidak tahu kalau malam itu sangat dingin terutama di dekat asrama Slytherin?!" Dia memekik marah.

Grizelle semakin tidak paham. Kenapa pemuda itu peduli? Bukan urusannya juga jika Grizelle terluka atau pun kedinginan.

"Kenapa kau marah, Malfoy?"

"Aku tidak akan menjawab jika kau memanggilku dengan nama itu," tutur Draco dengan wajah cemberut.

Grizelle menghela napasnya pasrah. "Jawab saja, Draco."

Draco menyunggingkan senyum seringai di wajahnya. "Karena aku tidak ingin kau kenapa-napa, love," jawabnya. Suaranya yang serius dengan tatapan mata yang menatap lurus ke arah Grizelle membuatnya terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

Grizelle mendengus pelan. "Berhenti bercanda!" serunya kesal. Dia sudah muak mendengar candaan kekanak-kanakan pemuda itu. 

Draco memutar bola matanya lantaran kesal. Grizelle mungkin adalah satu-satunya wanita menyebalkan yang dia temui dalam hidupnya ini. "Tunggu disini, Grizy. Jangan kemana-mana!" katanya sambil berseru.

Pemuda itu cepat-cepat masuk ke dalam asrama Slytherin, meninggalkan Grizelle yang masih diam termangu dengan tatapan malas.

Entah untuk apa dia menunggu. Kenapa juga dia harus mendengarkan kata-kata Draco. Benar-benar tidak masuk akal.

Beberapa menit telah berlalu. Grizelle sungguh seperti patung yang berdiri tegak tatkala dia menunggu Draco.

Sepertinya pria berambut pirang platina itu sedang mengerjainya.

"Aku pasti sudah gila karena masih saja menunggu setelah 10 menit berlalu," gumamnya dengan suara pelan. Dia menggerutu seperti seekor banteng yang melihat kain berwarna merah.

"Kenapa kau menggerutu terus?" Grizelle terkesiap. Ia tak sempat menolehkan wajahnya, tapi kini tubuhnya tertutupi jubah Slytherin milik Draco hingga menutupi seluruh tubuhnya. 

"Kembalikan besok sebelum kelas," pinta Draco. Pemuda itu menarik tubuh mungil Grizelle ke dalam dekapannya. Dia merasa sedikit bangga melihat bagaimana Grizelle tenggelam dalam jubah Slytherin miliknya. Dia mengecup sekilas puncuk kepala gadis itu.

Grizelle termangu. Perlakukan Draco terasa berbeda untuknya. Kasih sayang yang tak biasa dari Malfoy itu menimbulkan getaran-getaran yang tak pernah dia rasakan dalam hidupnya. Tidak dalam kehidupan ini maupun kehidupan sebelumnya.

Draco melepaskan dekapannya. Ia mendorong tubuh Grizelle agar terus melangkah ke depan.

"Cepatlah kembali ke asramamu," ucapnya.

[◇]

Grizelle kembali ke asramanya dengan senyuman tipis di wajahnya. Dia menyentuh keningnya seraya mengingat kembali sensasi saat Draco mengecup puncak kepalanya.

Tak kuasa dia menahan rasa senangnya. Diperlakukan dengan manis seperti itu oleh seorang Malfoy sukses mmbuat hatinya berbunga-bunga. Seketika perasaan cemasnya menghilang. Ya, cemasnya menghilang walau digantikan dengan perasaan ragu akan dirinya sendiri.

Grizelle termangu. Dia membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan pandagan ke atas. Tatapannya yang kosong menatap lurus langit-langit kamar asramanya. Dia kini bertanya-tanya. "Sebenernya aku ini ... siapa?"

To be continued

Huhuhu akhirnya ane update lagiii

You're Only Mine (Draco Malfoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang