18

983 103 0
                                    

Me update lagi kek biasa guyss

Happy reading

Apa Grizelle tidak tahu beberapa orang memasang wajah cemberut karena ulahnya? Bibir mereka dibuat melengkung ke bawah karena gadis itu memuji Harry Potter seperti yang lainnya.

Draco Malfoy, pemuda Slytherin itu memutar bola matanya malas. "Yang benar saja," gerutunya sebal. Entah kenapa dia merasa jengkel saat melihat salah satu Weasley itu menatap Potter dengan pandangan berbinar-binar.

Draco dengan berani mengambil langkah maju. Dia dengan kasar menyingkirkan orang-orang yang berdiri menghalangi jalannya. Matanya menatap sinis.

Dia memandang dengan angkuh Buckbeak. "Kau sama sekali tidak berbahaya 'kan? Dasar binatang besar yang jelek," ungkapnya.

"Malfoy, jangan ...."

Ah, diperingatkan pun percuma. Malfoy adalah orang yang tidak bisa diberitahu terlebih lagi karena sifatnya yang angkuh itu.

Buckbeak terlihat marah dan tersinggung atas ucapan Draco. Tanpa sengaja hewan itu mengarahkan cakar depannya ke arah Draco dan melukai tangan kanannya.

Grizelle menghela napas lelah. Dia sedikit jengkel mendengar teriakan Malfoy yang dilebih-lebihkan. "Ya ampun, lebay sekali dia," gumam Grizelle menggerutu.

Sementara semua orang panik karena Buckbeak menyerang Draco, Hagrid mencoba menenangkan Hippogrif itu dengan memberikannya makanan untuk mengalihkan perhatiannya.

"Ini membunuhku! Ini membunuhku!" Draco terus mengatakan hal itu sembari meringis kesakitan dan berguling-guling di atas tanah.

"Tenanglah, itu hanya goresan," ucap Hagrid. Mencoba menenangkan.

"Hagrid, dia harus dibawa ke rumah sakit," ungkap Hermione yang tiba-tiba saja muncul entah darimana.

Grizelle menaikkan sebelah alisnya terheran. "Sepertinya tadi Hermione ada di samping Ron." Ia mencoba mengingat-ingat.

Hagrid mengambil inisiatif. "Aku adalah gurunya! Aku akan melakukannya," ucapnya. Dia menggendong Draco ala tuan putri. Demi Salzar Slytherin, pemuda itu jadi terlihat konyol sekarang.

"Kau akan menyesali ini!" ungkap Draco mengancam.

"Kelas bubar!"

"Kau dan ayam sialanmu!"

Hagrid dan Draco pergi ke Hospital Wings agar Malfoy satu ini bisa mendapatkan pengobatan.

"Apa kau tidak ingin menemaninya?" Ron menaikkan kedua alisnya sembari memandang adik perempuannya dengan jahil. Senyuman tengil yang tersungging di wajahnya sukses membuat Grizelle bersungut-sungut dalam hati.

Dia sudah tahu Ron akan selalu menggodanya tentang Malfoy. Benar-benar menyebalkan.

Grizelle mendelik tajam. "Untuk apa aku menemaninya?"

"Bukankah kalian ini ... sangat dekat?" Ron kembali menggoda Grizelle.

Biarkan kali ini Grizelle membalas. Gadis itu tersenyum menyeringai sembari menaikkan sebelah alisnya. "Jadi kau tidak masalah jika Draco menjadi kekasihku, Ron?" tanyanya jahil.

Mata Ron membelalak. "Apa?! Sejak kapan kalian menjadi kekasih? Berani-beran—" Cukup. Grizelle tak sanggup lagi mendengar ocehan Ron. Cukup hanya Molly saja yang selalu mengoceh saat di rumah. Ron jangan.

Grizelle menutup mulut Ron dengan telapak tangannya agar sang kakak berhenti berbicara. "Lebih baik kau diam saja deh, Ron. Lagipula aku hanya bercanda," ucap gadis itu. Dia berusaha menyakinkan sang kakak daripada harus mendengarkan ocehannya.

"Benarkah?"

Grizelle menganggukan kepalanya. "Ya, jadi jangan mengoceh lagi ya," ujarnya seraya menyunggingkan senyuman terpaksa.

"Aku akan pergi ke kelas dulu."

[◇]

Dengan langkah pelan Grizelle berjalan menghampiri ruang Hospital wings diam-diam. Dia membuka pintu dengan perlahan dan menatap Draco yang terbaring di atas kasur dengan tangan yang diperban.

Tanpa sadar Grizelle menghembuskan napasnya pelan. Ia merutuki dirinya sendiri saat sadar kakinya berjalan menuju Hospital wings.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Menanyakan keadaan Draco? Pemuda itu terlihat baik-baik saja di matanya.

"Apa yang kau lamunkan?" Draco bertanya sembari menatap Grizelle dengan sinis. Dia menyadari kehadiran Grizelle, tapi pemuda itu tampaktidak begitu peduli sehingga ia terbaring membelakangi gadis itu. "Kenapa kau ada di sini?" tanyanya.

Grizelle mengangkat bahunya acuh tak acuh. Dia menjawab pertanyaan Draco dengan niat seadanya. "Hanya sedang bosan."

Ia duduk di kursi tepat di samping kasur tempat Draco berbaring. "Apa tanganmu masih sakit?"

Draco terdiam sejenak. Pikirannya berkecambuk. Haruskah dia jawab dengan jujur atau ia jawab dengan kalimat yang sedikit dilebih-lebihkan.

"Jawab saja dengan jujur, Draco," tutur Grizelle memaksa.

Draco berdecak sebal. "Sudah tidak sakit. Ini biasa saja," ungkapnya terus terang.

Dalam hati pemuda berambut pirang platina itu merutuki kebodohannya yang dengan mudah menurut saja dan mau menjawab pertanyaan Grizelle dengan jujur. Sebenarnya sejak awal pun dia merasa aneh dengan dirinya. Sial! Untuk apa pula dia mengirimkan surat pada seorang Weasley beberapa waktu lalu. Pasti ada yang salah dengan otaknya.

Entah kerasukan apa dia, tapi yang jelas ini semua salah si rambut jahe, Grizelle Weasley.

"Ahh, ini semua salahmu!" Draco memekik tiba-tiba. Dia terbangun dari tidurnya lalu mengacak-acak rambutnya frustasi. Kini rambut dan pikirannya sama. Sama-sama kacau.

Grizelle tersontak kaget. "Hah? Apa maksudmu? Bagian mana yang jadi salahku?" Ia bertanya bertubi-tubi. Jelas dia tak terima kalau Draco menuduhnya melakukan sesuatu yang tidak dia lakukan.

"Kau ...." Draco mengarahkan jari telunjuknya tepat ke depan muka Grizelle. Akhirnya pandangan mereka bertemu. Keduanya saling menatap dengan sengit, tapi sayangnya sang pangeran Slytherin sepertinya kalah. Dia luluh hanya dengan menatap mata gadis dihadapannya. "Lupakan saja!"

Draco cepat-cepat mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Dia kembali berbaring dan menyodorkan Grizelle punggungnya. Pemuda itu sama sekali tak ingin menatap ataupun berbicara dengan Weasley yang satu ini.

"Pergilah kau! Aku mau istirahat!" usirnya.

Grizelle berdecak sebal. Dia menyesal karena telah menghampiri Draco dan bertanya tentang kondisinya. Konyol sekali dirinya. Kalau sampai ada Ron atau George dan Fred yang memergokinya tengah menghampiri Draco di Hospital wings, entah bagaimana nasibnya. Saudara-saudaranya itu pasti akan mengolok-oloknya lagi seperti waktu kemarin.

Dengan sengaja Grizelle menghentakkan kakinya keras-keras di atas lantai. Menunjukkan seberapa kesalnya dia pada Malfoy muda itu. Draco Malfoy itu menyebalkan. Dia harus mencatat hal penting ini di otaknya. Hanya membuang-buang waktu jika mengkhawatirkan si pirang bodoh itu. Segera Grizelle meninggalkan Hospital wings. Dia bahkan menbanting pintunya dengan kasar karena tak kuasa menahan kesal.

Draco terdiam. Dia kini tak lagi bisa melihat punggung Grizelle melalui sudut matanya karena gadis itu telah melewati pintu Hospital wings. Sekarang hanya ada dirinya di tempat berbau ramuan obat itu.

Tubuhnya ia baringkan terlentang. Kini dia bisa melihat langit-langit tinggi ruang kesehatan itu dengan jelas. Beberapa kali Draco membenturkan kepalanya ke atas bantal. Sama sekali tidak sakit, tapi dia harap itu bisa menjernihkan pikirannya yang berantakan.

Memikirkan Grizelle Weasley hanya akan mengacaukan hidupnya. Dia tidak boleh berurusan lebih jauh dengan blood traitor itu selain untuk membullynya.

To be continued

You're Only Mine (Draco Malfoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang