Gadis itu duduk dikursi rodanya sambil mengetikan sesuatu dilaptop berwarna hitam metalik dipangkuan. Sesekali dia menoleh kesamping kanan, menatap seorang wanita yang lebih tua darinya lima tahun yang sedang duduk tenang disofa belakangnya sambil mengawasi.
"Kau tidak mengintip kan, perawat Kim?" tanya Bona curiga, gadis itu menutup sedikit layar laptopnya.
"Tentu saja tidak. Lanjutkan saja apa yang sedang kau lakukan, anggap saja aku tak ada disini." Ujar perawat Kim ramah sambil mengarahkan pandangannya kearah lain.
Gadis bernama Bona itu kembali mengarahkan pandangannya pada layar laptop. Dia mempercayai perawat itu dan kembali fokus pada apa yang sedang dia kerjakan.
Beginilah kesehariannya setiap hari. Dia akan bangun di pagi hari, dan segala kegiatannya akan selalu bergantung pada seseorang atau suatu benda. Bahkan untuk sekedar duduk di kursi roda dia sangat kesulitan dan harus mendapat bantua dari orang lain.
Selain itu, Bona menghabiskan banyak waktu dirumah sakit bersama anak-anak yang dirawat seperti dirinya, bercengkrama dengan perawat Kim meskipun terkesan membosankan jika bersama wanita itu karena lebih banyak diam dan berakhir larut dengan pikiran masing-masing, atau berbagi banyak cerita dengan Seola, satu-satunya teman yang mengetahui kondisinya selain keluarganya.
Perlahan tapi pasti, Bona yakin waktunya akan semakin berkurang dan habis. Dia sadar bahwa dirinya terlalu menyia-nyiakan waktu yang tersisa.
Tapi apalah daya jika dirinya tidak bisa berbuat apapun, selain harus terkurung dirumah sakit yang sangat dia benci ini setelah beberapa tahun lalu diberitahu jika dirinya mengidap penyakit langka itu, yang sukses besar mengubah seluruh hidupnya.
Tapi untuk beberapa hari ini, Bona sudah punya rencana, setelah mendapatkan sebuah surel masuk.
Bona mendapat surel dari Exy lima hari lalu yang berisi ajakan reuni kecil-kecilan mereka. Tentu saja dengan senang hati dia menerima ajakan tersebut. Sudah hampir lima tahun semenjak mengidap penyakit itu, Bona sama sekali belum pernah bertemu dengan teman-temannya.
Padahal jika dia sehat, satu tahun sekali atau bahkan satu bulan sekali pasti Bona akan selalu bertemu dengan mereka meskipun hanya sekedar bercengkrama ria tanpa arti.
Tidak seperti sekarang, yang justru ada kendala besar yang memungkinkan dirinya tidak bisa bertemu dengan mereka.
Penyakitnya.
Tapi Bona tidak boleh putus asa, pupus dan hilang harapan begitu saja bukan? Tekadnya harus kuat, karena ini semua demi semuanya, dan dia tidak boleh mengecewakan mereka.
Jadi ini saat untuk Bona menggunakan waktu berartinya.
Bona dibuat tersenyum penuh arti saat membaca alamat tempat reuni mereka yang sangat dia kenali. 'Cafe Cosmic', tempat yang menjadi dimana memorinya bersama sahabat-sahabatnya tersimpan. Memori mereka yang menyenangkan semasa sekolah.
Bona sangat bersyukur, Tuhan masih berbaik hati padanya. Saat dia mencoba berdiri dari kursi roda dan melangkah secara perlahan bersama satu dua langkahnya dia mulai berhasil dan tanpa terjatuh sama sekali atau merasaka ototnya yang bisa menjadi kaku dan tegang seketika secara bersamaan.
Semua terasa normal kembali, Bona tersenyum puas saat dia sudah bisa berjalan sepenuhnya.
Bona menghela nafas lega. Tuhan benar-benar memberikan kemudahan baginya untuk berkumpul bersama para sahabatnya yang sudah sangat dia rindukan.
~~~~~
Hari ini, Bona akan keluar dari dunianya untuk menyapa dunia lain, dunia yang sudah sangat lama dia tinggalkan. Dunia penuh kebebasan yang dipenuhi oleh kesenangan. Tempat dimana semua mimpi berkumpul, dan memori kenangan tersimpan.
Jas coklat susu yang membalut kaos polos warna putih yang dipadukan celana jeans longgar berwarna biru bersama dengan tatanan rambut tergerainya yang rapi dan kacamata bulat yang bertengger apik diatas pangkal hidungnya sebagai pelengkap, menyempurnakan penampilan Bona hari ini.
Dengan pasti dan penuh percaya diri, Bona menenggelamkan diri pada keramaian kota dengan senyum mengembang yang terus terpatri apik dan alunan nada yang sesekali dia gumamkan.
Bona berhasil lolos dari pengawasan perawat Kim. Pagi tadi, dirinya masih duduk manis diatas kursi roda dan seperti biasa ditemani oleh perawat Kim yang selalu mengawasi gerak-geriknya.
Bona tidak peduli jika perawat Kim panik karena tidak melihat dirinya diatas tempat tidur maupun taman belakang rumah sakit yang selalu dia singgahi. Itu akan menjadi urusannya belakanganya.
Karena sekarang hal yang lebih penting adalah bertemu dengan para sahabatnya.
YOU ARE READING
Dear My Friend - End
Cerita Pendek~ Dear My Friend's ~ Kenangan hari-hari yang kita habiskan bersama rasanya seperti angin lembut. Seperti angin yang berhembus dari daratan. Jadi, jangan pernah lupakan keajaiban dan pertemuan kita, meskipun kita sudah terpisah jauh ya? Pinky Promise...