"Sekarang bagaimana?"
Tiga orang pemuda dengan pakaian kumal penuh noda bersembunyi di balik tembok tinggi yang kotor dan berlumut. Ketiganya sama-sama merapalkan doa dan berharap agar tidak ada yang mengetahui tempat persembunyian mereka.
"Kita akan keluar setelah mereka berhenti mengejar kita." Jawab yang paling jangkung. Wajahnya penuh lebam dan darah yang mengering di sudut bibir. Namun tak menutupi ketampanan yang masih memancar dari wajahnya.
Yang paling pendek berdiri dengan cemas di tempatnya, bibir tidak berhenti komat-kamit rapalkan doa berharap mereka segera terbebas dari tembok yang menghimpit tubuh, juga semoga mereka berhasil lolos dari kejaran para penjahat yang sejak tadi berseliweran mencari keberadaan mereka.
"Hey, jika aku mati─"
"Bodoh. Siapa yang akan membiarkan mu mati?" Sungut pemuda yang masih celingukan memindai sekitar. Berjaga-jaga jika persembunyian mereka di ketahui oleh para penjahat.
"Jaga-jaga saja, tidak ada yang tahu bagaimana nasib kita kedepannya'kan?"
"Ck,berhentilah berbicara kematian. Kita akan pulang dengan selamat." Berdecak sebal lantaran kedua temannya malah memperburuk suasana. Ia yakini, tidak ada hal buruk yang akan menimpa hidup mereka.
"Chenle, berhenti menarik seragamku!" Yang punya nama merengut dan segera melepaskan tangannya dari seragam milik si jangkung Park Jisung.
"Ya maaf, aku hanya sedang cemas." Balasnya tak acuh dan segera mendekati pemuda yang lain. Bersembunyi di balik tubuh tingginya dan kembali menutup mata untuk merapalkan doa.
"Dasar bocah." Dengus Jisung sebal.
"Mereka sudah tidak ada." Kontan saja kedua teman ikut melongok melihat gang kecil yang tadi tak hentinya di lalui para pria bertubuh kekar, namun sekarang sudah lenggang tanpa seorang pun yang lewat.
"Haruskah kita keluar? Tubuhku sesak terhimpit tembok kotor ini." Keluh Chenle. Keinginan Chenle di setujui,mereka bertiga akhirnya keluar dari himpitan tembok dan menghembuskan napas lega.
"Huhh~akhirnya aku bisa terbebas dari tembok yang menyiksa ini. Terima kasih tuhan." Chenle tersenyum lebar mengundang senyuman para pemuda jangkung. Bersyukur karena mereka sudah terbebas dari kejaran para penjahat yang entah apa masalahnya sampai mengincar nyawa mereka. Chenle akan mengadu pada orang tuanya nanti.
"Mereka pasti akan mengincar kita kedepannya, aku harap kalian bisa menjaga diri jikalau mereka melakukan hal yang sama." Kedua teman mengangguk. Benar juga, para penjahat itu pasti akan kembali mengincar ketiganya karena alasan mereka belum terpenuhi, entah itu menculik satu dari ketiganya ataupun membunuh ketiganya. Tidak ada yang tahu. Yang jelas mulai hari ini ketiganya harus berjaga-jaga dan waspada dengan sekitar, tidak ada yang tahu kapan, dimana dan siapa yang akan berbuat jahat.
"Ya, kita harus mulai waspada dari sekarang. Para penjahat tidak akan menyerah semudah itu hanya karena melukai kita, mereka pasti memiliki rencana lain." Kali ini Jisung yang berbicara, kejadian tadi sungguh membuatnya takut dan kesal juga, apalagi dirinya baru pulang sekolah yang ingin segera pulang dan beristirahat setelah kegiatan yang menguras tenaga, namun tanpa diduga mereka dihadang oleh sekelompok orang tidak dikenal dan diserang secara tiba-tiba. Ingatkan Jisung untuk memberitahu orang tuanya dan menyuruh mereka untuk mencari tahu siapa dalang di balik kejahatan ini. Jisung akan memberikan pelajaran yang lebih kejam dari yang mereka lakukan. Lihat saja nanti.
"Berhubung hari sudah petang mari kita pulang. Aku ingin membersihkan tubuh dan beistirahat, hari ini begitu melelahkan." Hari memang sudah petang terbukti dari kanvas senja yang menghias mega. Mereka harus segera pulang sebelum malam tiba atau mereka akan di marahi karena belum kunjung pulang dari waktu yang ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAVORITE
FanfictionPeribahasa 'buah jatuh tak jauh dari pohonnya' memiliki arti sifat anak tidak jauh berbeda dengan orang tuanya. Atau hal yang menurun dari leluhurnya pasti akan ada kemiripan dengan orang tuanya sehingga menurun pula pada anak─entah itu fisik maupun...